"Laa taghdzob wa lakal jannah."
Artinya:
"Jangan marah, bagimu surga."
(HR. Thabrani)--------------
"Mana nih kue buatan sarjana ekonomi? Mau icip, dong," ucap Bang Irsyad saat masuk ke dapur sambil mengambil sepotong pie buah lalu mengunyahnya. Dia baru saja pulang kerja, tapi bawaannya sudah ingin ngajak berantem Zaza aja.
"Jauh-jauh kuliah di Yogya ambil jurusan ekonomi, giliran balik ujung-ujungnya masuk dapur Ibu juga. Seragam kerjanya apron juga. Tragis banget, Dek," lagi ejek Bang Irsyad sambil tersenyum jahil.
"Terus aja ghibah-in Adiknya Bang, teruuus! Biar dosa-dosa aku pindah ke Abang," ucap Zaza sambil memincingkan matanya tajam, menantang bang Irsyad.
"Marah nih, yee ... marah."
"Ate, Laa taghdzob wa lakal jannah. Jangan malah, bagimu sulga. Ate, jangan malah ya. Kalau Om Icad nakal, Shaka yang belain Ate," ucap Shaka polos dengan suara cadel khasnya yang belum bisa jelas mengucapkan huruf R. Dia membacakan sebuah hadist tentang marah yang dipelajarinya di sekolah.
"Tuh, Shaka aja lebih pinter daripada kamu, Dek," lagi dan lagi ejek Bang Irsyad kepada Zaza sambil tertawa puas.
"Om Icad jangan nakal sama Ate Zaza. Shaka nggak mau temenan sama Om Icad, kalau Om Icad buat Ate Za sedih," ucap Shaka membela Tantenya.
Zaza tersenyum puas kepada Bang Irsyad. Ada Shaka yang membelanya. Dia meletakkan brownis yang baru saja dikeluarkan dari oven, kemudian melepas apronnya lalu ber-high five dengan Shaka. Zaza kemudian mengangkat Shaka dalam gendongannya dan menciumi seluruh wajah Shaka hingga membuatnya geli dan tertawa. Saat menggendong Shaka, dia merasa keponakannya semakin berat saja.
"Denger tuh, Bang, denger! Shaka juga lebih pinter dari pada Abang. Inget umur, Bang! udah tua jangan nakal terus, apalagi ngejek-ejek adiknya terus. Dosa Bang, dosa," ujar Zaza sok menasihati Abangnya.
"Iya, deh. Abang bakalan baik demi Shaka, keponakan kesayangan Om Icad. Yuk! sekarang Shaka ikut Om ke kamar. Kita mandi berdua. Shaka belum mandi, kan?"
Ditanya begitu, Shaka hanya terdiam polos. Dia merasa sudah mandi dan Shaka merasa dia juga sudah wangi.
"Enak aja, udah wangi gini dibilang belum mandi. Aku yang mandiin Shaka tadi. Udah sana Abang buruan mandi sendiri! Bau asem Abang udah mulai menyebar ke seantero komplek."
"Lebay kamu, Dek, hahaha ... Oke deh, oke. Aku mandi dulu," balas Bang Irsyad sambil berlalu dari sana menuju ke kamarnya.
Begitulah interaksi saat mereka kumpul hanya bertiga. Kedua orang tua mereka saat ini sedang pergi, menghadiri undangan pernikahan anak teman ayah Yusuf.
Sudah satu tahun ini, Zaza kembali lagi ke rumahnya. Lulus sebagai sarjana ekonomi, Zaza pernah bekerja sebagai tenaga akuntan saat masih di Yogya, tetapi itu tidak berlangsung lama.
"Za, maaf. Aku nggak bisa menolak permintaan Umi. Kami sekeluarga akan pindah ke Surabaya. Aku akan melanjutkan S2 dan menikah dengan anak dari sahabat Umi yang juga tinggal di sana. "
Alasan Kak Zayyan meninggalkannya, masih terekam jelas dalam otak Zaza. Katakanlah, laki-laki itu memilih berbakti kepada orang tuanya daripada menepati ucapannya dahulu kepada Zaza. Bagi anak lelaki, bakti kepada orang tua selalu menjadi hal yang utama, Zaza paham akan hal itu. Namun tetap saja, hubungan yang dari awal tak pasti ini memang salah, dan akhirnya meninggalkan luka, terutama bagi Zaza karena dia pihak yang ditinggalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PELANGI yang Sama (END) ✔ [Proses Terbit]
RomanceCinta adalah anugerah rasa dari Tuhan yang paling manis. Namun, cinta juga dapat menjadi bagian dari ujian Tuhan yang paling pahit. Atharizz Hamizan Erlangga, seorang dokter kandungan. Sejak lama Atha menyukai seorang gadis bernama Zaza -- Azzahra P...