30 - Ribut

33 9 0
                                    

Sebelum naik ke atas motor, Aree membuka jaketnya lalu ia sampirkan ke tubuh Tazia. Barulah Tazia naik ke atas motor cowok itu.

"Kak, jangan ngebut ya." Ucap Tazia dengan nada lemah.

"Iya, Taz. Gue tau. Lo boleh peluk gue kok kalo masih takut,"

Tazia tahu Aree bicara seperti itu pasti sekalian modus. Tapi, Tazia memeluk cowok itu dari belakang dan meletakkan wajahnya di punggung Aree. Ia masih merasa lemas akibat dibonceng Fahri tadi.

Aree tersenyum senang ketika melihat sebuah tangan melingkar di perutnya. Ia mengusap tangan itu dengan lembut.

Ada rasa gelenyar hebat di kedua hati mereka berdua.

Sampai di rumah Reni, Tazia turun dari motor Aree. Ia melihat ada sebuah motor yang terparkir di sana. Ia tahu itu motor siapa.

"Ada siapa, Taz? Cowok tadi?" Tanya Aree yang sudah membuka helm.

Tazia mengangguk pelan. "Masuk dulu yuk, Kak." Ajak Tazia yang diangguki oleh Aree.

Tazia melihat Reni yang tengah mengobrol dengan Fahri. Ketika Tazia dan Aree masuk, Reni menatap ke arah mereka berdua bergantian.

"Ma," Tazia menangis lagi dan berhambur ke dalam pelukan Reni.

Reni mengusap kepala Tazia dan memegang pipi anaknya yang terasa dingin akibat angin malam.

"Tazia takut, Ma." Lirih Tazia.

Fahri hanya duduk diam sambil menundukkan kepalanya. Sedangkan Aree, ia mengepalkan tangannya dan memasang wajah penuh emosi yang tertahan. Rasanya ingin sekali ia membogem cowok itu. Kalau saja di sini tidak ada Reni yang notabenenya calon mertua. Aree harus menjaga sikap sebelum dicap lebih buruk lagi di mata Reni.

"Kamu nginep di sini aja ya? Biar Mama suruh Rean anterin seragam kamu ke sini," ucap Reni.

Tazia mengangguk sambil sesegukan. Reni menatap ke arah Aree.

"Duduk. Kamu yang anter Tazia ke sini?" Tanya Reni.

Aree tersenyum sopan. "Iya, Tante."

"Makasih ya. Ini udah malem, sebaiknya kamu pulang."

"Ma..." Tegur Tazia sambil merengek.

Aree hanya bisa tersenyum tipis. Reni sibuk bermain ponsel untuk menghubungi Rean. Aree pun sama. Ia mengabari Rean bahwa cowok yang dipercaya Reni sudah membuat Tazia menjadi ketakutan akan traumanya itu.

Aree tersenyum miring lalu memasukkan ponselnya ke kantung celana.

Reni bisa menghirup bau dari arah Tazia. Ia melihat jaket yang tersampir di bahu anaknya itu.

"Jaket siapa ini, Ta?" Tanya Reni.

"Kak Aree," jawab Tazia dengan suara serak.

"Balikin,"

"Gak pa-pa, Tante, nanti aja. Kayaknya Tazia masih kedinginan," ucap Aree.

Tazia menatap Aree dengan rasa kasihan.

Tak lama, terdengar suara motor dari luar rumah. Sudah Aree pastikan bahwa itu adalah Rean. Dan benar saja, Rean datang membawa tas berisi baju seragam Tazia dengan raut wajah yang tidak bisa dijelaskan.

Dengan gerakan cepat, Rean melempar tas itu asal dan menarik Fahri agar keluar dari tempat duduk. Langsung saja, ia tonjok wajah tengil Fahri.

Bugh!

"REAN! JANGAN TONJOK MAS FAHRI!" teriak Reni sambil melerai keduanya.

Aree berdiri di belakang Rean, ia menarik tubuh Rean agar berhenti memukuli Fahri.

RIZZIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang