Tiga puluh delapan derajat celcius.
Angka itu tertera di thermometer setelah aku memakainya. Tak heran aku terkena demam sebab kemarin aku kehujanan saat lari sore. Akibatnya, hari ini aku tidak bisa pergi ke sekolah.
Yah bukan berarti aku ingin pergi sekolah sih.
Aku merebahkan tubuhku di kasur kesayanganku dan menarik selimut membungkus seluruh badanku. Hari ini aku hanya akan bermalasan-malasan.
Setidaknya itulah yang kupikirkan. Hingga sosok Kita Shinsuke, sang kapten tim voli kebanggaan SMA Inarizaki muncul dibalik pintu rumahku. Aku terperangah.
"Kita....san?"
"Selamat sore," sapanya.
"Si-silahkan masuk," ucapku yang entah kenapa jadi gelagapan.
"Permisi." Kita-san melangkah masuk ke dalam rumah yang hanya ada aku seorang. "Dimana orang tuamu?" Tanyanya kemudian.
"Mereka akan pulang larut malam," jawabku. "Kita-san kenapa datang kemari?"
"Kudengar kau sedang sakit, jadi aku datang menjenguk. Aku membawa catatan pelajaran untukmu," ujarnya sembari mengulurkan beberapa buku padaku.
Seperti yang kuduga. Kita-san pasti meminta salah satu teman sekelasku untuk meminjamkan catatannya padaku.
Bagaimana pun, kami berdua adalah sepasang kekasih setidaknya semenjak seminggu yang lalu setelah aku mengungkapkan perasaanku padanya. Aku memanggilnya 'Kita-san' karena aku hanya ingin menghormatinya sebagai seorang senpai. Disamping itu, aku menyukai panggilan itu dan dia sendiri tidak pernah menolak.
"Itu catatan pelajaran hari ini yang kupinjam dari temanmu. Kurasa itu sudah lengkap karena aku sudah memeriksanya, tapi kalau ada yang kurang, kamu bisa tanyakan padaku." Kita-san masih belum selesai membahas tentang catatan pelajaran yang aku sendiri tidak inginkan ini.
Aku hanya bisa tersenyum pasrah. "Arigatou.... Kita-san."
Kita-san tiba-tiba menghela napasnya. "Padahal aku ingin bermalasan tanpa harus memikirkan pelajaran."
Aku terperanjat.
"Begitukah yang ada dipikiranmu?"
Dia benar-benar membaca pikiranku!
"Aku tidak membaca pikiranmu. Itu semua terlihat jelas dari wajahmu."
Kita-san menyeramkan!
Kita-san menepuk puncak kepalaku. "Walau begitu, kamu memang harus beristirahat."
Ia mengusap rambut yang menghalangi dahiku kemudian menempelkan dahinya. Untuk sesaat, napasku tercekat dan wajahku memanas.
Kita-san menatapku dari jarak yang sangat dekat dengan sorot mata tajam miliknya. "Berapa suhu tubuhmu?" Tanyanya kemudian.
"Ti-ti-tiga puluh.... delapan de-derajat." Sial. Aku benar-benar gelagapan. Aku bahkan tak tahu harus melihat kemana saat hidung kami hanya berjarak 10 cm.
Kita-san meraih kembali buku-buku catatan di tanganku. "Sudah makan?"
"Ah, aku belum makan malam."
"Kalau begitu, berbaringlah di kamarmu. Aku akan membuatkan sesuatu untuk kau makan. Kamu mau bubur atau sup?"
Tunggu, barusan dia menyuruhku berbaring? Lalu dia ingin membuatkan makanan untukku? Tunggu dulu. Aku belum bisa mencernanya.
"Yang mana?" Pertanyaan Kita-san membuyarkan lamunanku.
"..........bubur."
"Akan kuantar ke kamarmu. Tunggulah sebentar."
Aku hanya mengangguk dan kembali ke kamarku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haikyuu Boyfriends!!
FanfictionJika karakter Haikyuu!! adalah pacarmu. . . . © Haikyuu!! by Haruichi Furudate. © Fanarts by their artists © Written by itsnavara, 2020