-HAPPY READING-
"Lo mau apain anak gue, Freya?!" tanya Nayara dengan nada yang tinggi.
Rasanya ia ingin membunuh gadis yang tengah menatapnya dengan senyuman kepuasaan itu saat ini juga. Nayara rela jika dirinya yang di sakiti, namun tidak jika putrinya yang di sakiti.
Sebagai seorang Ibu pastilah akan emosi saat anaknya di sakiti. Ia tidak akan pernah rela putri kesayangannya itu juga terkena imbas dari kebencian seorang gadis dengan ambisi nya yang gila ini.
"Enaknya di apain ya?"
Freya terkekeh, penderitaan Nayara adalah kebahagiaan baginya. Dari kecil Freya mempunyai ambisi yang kuat akan perhatian dan kasih sayang dan itu membuatnya membenci siapapun yang mendapat semua itu dengan sempurna.
Freya memang gila, Nayara bahkan tak menyangka ada manusia yang begitu terobsesi hanya karena kehausannya akan perhatian dan kasih sayang.
Sikap baiknya, kepolosannya, senyuman ramahnya, semua itu hanyalah topeng kepalsuan. Nayara tak habis pikir kenapa ia dulu begitu bodoh sehingga begitu percaya pada Freya.
"Anak lo bakal baik-baik aja kalo lo mau nurutin gue, Nayara. Kalau nggak mau turutin juga gak papa." ucap Freya santai.
"Tapi lo harus siap kehilangan dia, karena...gue gak akan segan untuk jual dia." lanjut Freya berbisik.
Nayara mengepalkan tangannya, ia benar-benar emosi mendengar ucapan Freya. Tidak bisa ia biarkan ada seseorang yang menyakiti putrinya.
"Jangan macem-macem sama anak gue Freya!" titah Nayara penuh emosi dan penekanan.
*****
Devan semakin resah, sedari tadi ia khawatir dengan Nayara. Ia cemas namun tak tau penyebabnya, itu membuatnya frustasi.
"Lo kenapa sih, Al?" tanya Farrel yang metasa kesal karena sedari tadi melihat Devan berjalan mondar-mandir tanpa sebab.
"Lo dari tadi mondar-mandir mulu, kenapa sih? Kalau ada masalah, bilang!" sahut Raka.
Devan menatap sekilas ke arah para sahabatnya, namun ia sama sekali tak menjawab pertanyaan yang di berikan oleh sahabatnya itu. Ia sendiri juga tidak tahu ada apa dengan dirinya sampai merasa secemas ini.
"Gue harus pergi."
Devan mengambil kunci mobilnya dan segera keluar meninggalkan rumahnya, ia tak bisa terus-terusan seperti tadi. Lebih baik ia memastikan keadaannya langsung.
"Lah, aneh!"
"Dia kenapa lagi dah? Aneh banget!"
"Ntah, aku pun tak tau."
*****
Devan mengendarai mobil dengan kecepatan yang cukup. Ia tak bisa mengulur waktu, ia yakin ada sesuatu yang tengah terjadi. Jika tidak, kenapa ia merasa secemas ini?
Ia menghentikan mobilnya di depan rumah Nayara, rumah itu terlihat sepi. Apa tak ada orang di rumahnya? Atau mereka sedang pergi?
Devan memutuskan untuk turun dari mobilnya dan masuk untuk mengecek keadaan, ia langsung masuk rumah tanpa izin. Terkesan tidak sopan memang, namun rasa cemasnya lebih besar sekarang.
Devan terkejut, saat melihat ruang tamu Nayara begitu berantakan seperti ada seseorang yang masuk. Tidak mungkin jika ini kejadian yang di sengaja, ini pasti disengaja dan direncanakan.
Mata Devan melirik kesana-kemari memperhatikan keadaan, ia pethatikan rumah Nayara begitu sepi seakan tak ada orang di dalamnya.
Devan berjalan perlahan, menghindari pecahan vas dan barang-barang lain yang bercecer di lantai untuk menuju kamar Nayara yang berada di lantai dua.
Samar-sama suara tangisan bayi terdengar di telinga Devan, dan ia yakin suara tangisan itu ialah tangisan Kiara.
Pintu kamar Nayara sedikit terbuka, Devan berjalan mendekatinya dan mengintip perlahan. Devan mengernyitkan dahinya saat pria berbaju hitam yang tengah menggendong putrinya tertangkap di penglihatannya.
"Siapa?" batin Devan.
Devan membuka pintu dengan perlahan, namun orang tersebut menyadari kehadiran Devan dan langsung berbalik melihat Devan.
"Siapa lo?" tanya Devan dengn nada dingin.
Orang tersebut tetap diam, ia mulai mundur berusaha untuk kabur tapi dengan cepat Devan menghentikannya. Devan menarik tudung jaket oramg tersebut dan orang itu berusaha untuk memberontak dengan menendang kaki Devan.
Karena tak siap Devan pun terjatuh, namun dengan sigap ia kembali bangkit dan menendang punggung seseorang tersebut.
Bugh..
"Siniin anak gue!" titah Devan.
Namun, seseorang tersebut tak menggubris dan tetap berusaha kabur. Devan yang geram pun mencoba merebut Kiara dari gendongan orang tersebut, Devan berhasil meskipun sedikit kesulitan.
"Anjing lo!" umpat Devan.
Ia kembali menendang orang tersembut, membabi buta orang tersebut dengan keadaan Kiara yang masih dalam gendongannya.
"Suruhan siapa lo hah?!" bentak Devan.
Orang tersebut masih belum menjawab, membuat Devan geram. Ia semakin memperkuat injakan kakinya di dada orang tersebut.
"JAWAB, ANJING! JAWAB ATAU GUE BUNUH LO SEKARANG! ucap Devan penuh emosi.
Orang tersebut meringis kesakitan, injakan Devan di dadanya nenar-benar kuat hingga membuatnya kesulitan bernapas.
"Fre-Freya" jawabnya terbata-bata.
"FUCK!"
Devan berlari keluar rumah Nayara sambil membawa Kiara, lalu dengan cepat ia kembali ke mobilnya. Ia mengambil ponsel dari saku celannya dan menghubungin teman-temannya.
"Halo!"
"Kenapa, Al?"
"Pergi sekarang dari rumah gue!
"Hah? Kenapa emang? Pergi kemana?"
"Gak usah banyak tanya! Gue sharelock sekarang!"
Pip
JENG JENG JENG...
AUTHOR BACK!!!GIMANA PENDAPAT KALIAN UNTUK PART KALI INI?
ADA YANG MAU DI SAMPEIN BUAT
DEVAN?
NAYARA?
FREYA?
COMMENT NYA DI PERSILAHKAN!
OKEH, UNTUK KALI INI SEPERTI BIASA AUTHOR MINTA VOTE DAN COMMENTNYA UNTUK LANJUT KE NEXT PART!
SEPERTI YANG UDAH AUTHOR BILANG DI PART SEBELUMNYA, JADI AUTHOR MINTA...
👇👇👇
1K VOTE 500 COMMENT BUAT LANJUT KE NEXT PART, OKEH?UNTUK PARA SIDERS AUTHOR MOHON KALIAN KELUAR!!!!
JANGAN SEMBUNYI MULU OY!!!
AYOK PARA SIDERS MUNCUL YOK MUNCUL!!!
SEE YOU NEXT PART🤗
Sekian dari author
TERIMA KASIH🙏Wassalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh
Selamat malam😊
Salam Author❤
KAMU SEDANG MEMBACA
BABY KIARA (TERBIT)
Teen Fiction(TELAH TERSEDIA DI SHOPEE) Ia hancur, bahkan sangat hancur, saat mahkota yang telah ia jaga selama 16 tahun direbut paksa darinya. Dan, yang paling membuatnya hancur ialah, saat ia mengetahui bahwa ada kehidupan lain dalam dirinya. Lalu apa yang aka...