"Pr apa emang?" tanya Jennie.
"Matematika."
"Eunha jago matematika tuh," sahut Chanyeol.
"Eunha siapa Bang?"
"Adeknya Chan," sahut Jennie.
"Oh, engga ah. Ga kenal sama kak Eunha. Mau sama bang Enu aja," kata Jay sambil melengos pergi ke kamar sebelah, kamarnya Eunwoo.
"Dasar bocah, lagian gue juga ga mau bantuin lo, males mikir." Eunha yang lagi kesel.
•
•
•"Mulai hari ini sampe seterusnya kita bakalan tinggal di sini?" tanya Jennie sambil menatap rumah modern bertingkat dua di hadapannya ini.
"Iya lah, gue udah beli rumah ini. Tapi masih kredit, belum lunas."
"Kenapa ga tinggal di rumah orang tua aja?"
"Ya jangan lah anjir, kan gue punya duit, makanya dimanfaatin buat beli rumah. Lagian juga--" Chanyeol sengaja menggantungkan ucapannya lalu melirik Jennie sambil smirk.
"Biar ga ada yang ganggu pas kita lagi nganu," lanjutnya sambil membuka pintu mobil lalu keluar untuk membukakan pagar rumah.
Deg!
Fix, jantung Jennie udah merosot ke otak.
Mukanya jadi tegang, belum 12 jam nikah, Chanyeol udah bahas gituan.
"Lah, ngapa lo? Tegang amat mukanya," tanya Chanyeol ketika baru saja masuk ke mobil dan mendapati Jennie yang wajahnya tegang sambil melotot ngeliatin depan.
"Gue ga mau tidur sekamar sama lo!" kata Jennie ketus.
"Eh?" Chanyeol mengangkat satu alisnya. "Siapa juga yang mau tidur sekamar sama lo?"
"Lah itu tadi lo bahas nganu-nganu maksudnya apa?"
"Pfft~" Chanyeol menahan tawanya. "Becanda Jen."
Walaupun hanya bercanda, Jennie tetap deg-degan. Sampai sampai ia tidak sadar jika mobilnya sudah terparkir di garasi.
"Ga turun? Mau tidur di mobil?" tanya Chanyeol yang membuat Jennie seketika tersadar.
Tanpa menunggu jawaban Jennie, Chanyeol langsung keluar dari mobil untuk membukakan pintu rumah.
Jennie yang sudah lelah dan ingin cepat-cepat rebahan akhirnya mengikuti Chanyeol masuk ke dalam rumah.
"Loh, kok belum ada barang-barang?" tanya Jennie ketika melihat ruang tamu dan ruang keluarga yang masih kosong melompong.
Ia langsung berjalan menuju dapur. Sama, kosong juga. Hanya ada beberapa peralatan makan, satu panci yang menempel di tembok, dan satu kompor yang masih dibungkus kardus.
"Lo pikir duit gue cukup buat beli semua perabotan rumah dalam sehari?" sahut Chanyeol yang sedang memeriksa kran air di kamar mandi yang ada di dapur.
Jennie nyengir. "Hehe."
"Semua itu butuh proses," kata Chanyeol yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"Tapi kasurnya udah ada kan?"
"Udah, dua kamar di lantai bawah udah ada kasur, lemari, sama perabotan lainnya. Kalo dua kamar di lantai atas belum ada apa-apanya."
"Padahal gue pengennya di kamar atas."
"Bawel aja lo."
"Kita butuh kulkas Chan, buat nyimpen makanan."
"Tenang, hari ini kulkasnya dikirim."
"Wah? Iya kah?" tanya Jennie senang. Chanyeol mengangguk.
"Enak juga nikah sama Chanyeol, semuanya udah disiapin, walaupun belum lengkap sih," batin Jennie sambil mesem-mesem.
"Kenapa lo mesem-mesem? Enak kan nikah sama gue? Rumah punya, mobil punya, motor punya, terus hari ini kulkasnya dikirim."
"Ish, pede banget jadi orang," kata Jennie sambil melengos pergi.
Ia langsung menuju kamarnya. Dan benar saja, Chanyeol tidak bohong. Barang-barang di kamar sudah lengkap semua.
Jennie langsung merebahkan tubuhnya di kasur. Ia berpikir, menikah dengan Chanyeol bukanlah suatu hal yang buruk.
Tring!
Ia langsung mengambil hpnya. Sedetik kemudian, matanya melotot setelah membaca pesan dari nomor tidak dikenal tersebut.
62 822-2803-7654
online|Sayang, udah nikah ya? Kok ga ngundang aku sih?
•~• •~• •~•
To be continue
Aku harap ff ini tetap ada di library kalian sampai end
16. Sah
Mulai dari awal