[11]. Undecim

24.3K 2.5K 187
                                    

Jangan lupa tonton trailernya

Selamat membaca kisah dokter Amanda dan dokter Aftar.

Now Playing : Minseo - Start

***

Bagian Sebelas

Ut ameris, amabilis esto

Ramahlah agar kau dicintai

***

"Nda, nikah yuk?"

Bisakah kalimat diatas dikatakan lamaran? Orang gila mana yang melamar perempuan di depan pasien? Mati matian aku menahan malu di depan dokter Ririn yang menertawakanku karena timing yang tidak sesuai. Bisa di bilang urat malu Dokter Aftar putus, mungkin ikut kepotong waktu di OR.

"Are you crazy? Mana ada ngelamar kayak gitu?" 

Dia tertawa. Menyebalkan!

Aku menyeruput minumanku menikmati film yang di putar dokter Aftar di pinggir pantai Parangtrtitis. Ya seperti bioskop on the road begitu. Saat ini suasana mendekati malam hari jadi sedikit leluasa kami, terlebih tempat kami menginap ada di belakang.

"Kamu udah cocok Nda, jadi ibu." Dokter Aftar mengambil jagung bakarnya dari perapian, dan memainkannya tanpa ada niatan untuk memakan. "Mom for our children."

Aku tersedak jagung yang sedang ku makan karena rayuannya. Aku melihat wajahnya yang tanpa dosa mengatakan itu dengan santainya. "Tapi ya gimana, kamu belum nerima saya." Dia bergumam.

"Jadi bareng bareng dari kemarin belum cukup arti buat kamu?" Dokter Aftar menghadap ke arahku. "I have to answer it?"

"Iyalah,"

Aku meletakkan jagung bakarku di tempat. "Let us try new relationship, between you and me as you said yesterday."

Senyumku terukir di depannya, saat dia mengacak acak rambutku.

"I know, kamu bakal kepincut aku." Aku tertawa di pelukannya, aroma parfum yang selalu menjadi canduku setiap kali aku berada di dekatnya atau jauh darinya. Malam ini ku habiskan bersama Dokter Aftar di bibir pantai dengan pemandangan yang indah, dokter Aftar mengeratkanku untuk bersandar di bahunya.

Percaya diri sekali dia bakal aku terima, "Ya kalau udah tahu kenapa masih ngejar tanya?"

"Sengaja."

Aku menoel pipinya, sengaja dia kata?

Lebih nyaman aku kamu ternyata daripada saya saya an, seperti atasan dan bawahan saja. Sepertinya aku mulai yakin tentang masa depanku bersama nya, sama seperti halnya Juan dengan dokter Ririn yang sudah terang terang an saling blow up hubungan. "Lusa ada marathon, you wanna come with me?"

Dokter Aftar mengecup pelipisku. "Sure, and breakfast together."

Aku mengangguk kencang, kalian tahu reaksi dia sewaktu aku masakin beberapa masakan yang dia suka? Seperti anak kecil yang menunggu ibunya memasak dan memakannya dengan lahap, Dokter Aftar sering datang setiap pagi atau malam ke Apartement ku untuk sekedar makan atau menonton film bersama hingga tertidur di depan televisi dengan aku bersandar di bahunya masih terjaga atau pergi mendadak karena ada panggilan operasi. 

Vulnere [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang