Proses pembelajaran siang itu terpaksa dihentikan saat kepala sekolah bersama jajarannya serta anggota osis datang ke kelas mereka. Lisa yang tadi sibuk menulis jadi mendongak, menatap teman-temannya yang sama kaget.
"Pertama, letakkan handphone kalian di atas meja!" seru pria yang Lisa ketahui sebagai penegak kedisiplinan sekolah itu tegas.
Meskipun mengeluh, mereka semua menurut tanpa bantahan dan meletakkan ponsel di atas meja. Termasuk Lisa yang tak perlu repot, karena ponselnya memang sudah ada di sana sejak tadi. Pandangannya berpindah pada gadis yang duduk di depannya, Lisa mengernyit ketika sadar tak ada pergerakan dari Rose.
"Hey, do you hear that? Your phone..." ujar Lisa berbisik, mengetuk pundak Rose dengan jari telunjuknya.
Rose mengerjap, segera meletakkan benda pipih itu di atas meja kemudian berbalik menatap Lisa sesaat.
Anggota osis yang ditugaskan mendampingi aksi penggeledahan siang ini berjalan untuk mengambil ponsel mereka sementara, dan meletakkannya dalam tas yang sudah di sediakan. Berjaga-jaga agar kabar itu tak langsung menyebar ke kelas lain.
Tepat ketika William berjalan ke arah mejanya dan mengambil ponsel milik gadis itu, Lisa membuang muka. Ia tentu masih sangat kesal atas insiden saat istirahat di perpustakaan tadi.
"What's wrong?" Tanya Rose saat William akan beranjak.
"You'll know." Sahut si ketua osis singkat.
Tak puas dengan jawabannya, Rose menatap tepat pada Arthur yang berdiri di samping kepala sekolah. Berusaha bertanya pada temannya itu lewat tatapan mata, sementara Arthur mengalihkan pandangannya pada Lisa yang terlihat melamun.
"Kami baru saja mendapat laporan kalau salah satu dari kalian membawa sesuatu yang dilarang ke sekolah. Untuk itu, demi menjaga keamanan dan tata tertib sekolah ini. Letakkan tas kalian di atas meja dan keluarkan seluruh isinya tanpa sisa!" ujar Kepala Sekolah memerintah.
Lisa mengeluarkan isi dalam tasnya dengan malas, meletakkan semua barang satu per satu ke atas meja. Hingga kegiatannya terhenti, keningnya mengernyit saat menemukan barang asing yang tak di ketahuinya.
Gadis itu mendongak, menatap Arthur yang masih memeriksa barang siswa yang duduk dua kursi di depan Rose. Lisa meremas bungkusan kecil itu ragu kemudian menatap sekitar, sampai pandangannya bertemu dengan William yang juga memerhatikannya sejak tadi.
Ia tak tahu benda apa yang saat ini ada padanya, tapi Lisa yakin itu adalah hal yang buruk. Terlepas dari siapapun orang iseng yang ingin bermain-main dengannya, gadis itu yakin semua ini pasti memiliki tujuan.
Arthur sudah ada di meja Rose, dan sebentar lagi Lisa akan diperiksa. Gadis itu berdecak sekali, memutar otak. Dengan dada yang berdebar gugup, ia berusaha terlihat tenang. Apapun isi bungkusan yang ada dalam tasnya, Lisa harus bisa menyembunyikannya terlebih dahulu.
Perlahan ia menarik tangannya, mengeluarkan benda itu dari dalam tas. Berusaha menyembunyikan bungkusan itu ke dalam rambutnya yang segera ia kuncir asal. Tepat setelah itu Arthur berdiri di samping mejanya sambil tersenyum menyapa.
Lisa balas tersenyum dan berdiri, membiarkan siswa yang berstatus sebagai wakil ketua osis itu memeriksa barang bawaannya, hingga laci dan bawah kursi mejanya.
"I've done." Ujar Arthur setelah memastikan tak ada hal yang aneh. "Take a seat..." ujarnya melanjutkan sambil menarik kursi Lisa agar gadis itu kembali duduk.
"Thanks, Arthur." Balas Lisa saat mendapat perlakuan manis pemuda itu.
Arthur mengangguk, sudah akan beranjak saat tiba-tiba ia kembali berbalik menatap Lisa dan berujar. "Your hair..."
YOU ARE READING
The End
Teen FictionSama seperti apa yang selalu ia dengar saat kecil, dongeng sebelum tidur dengan akhir cerita bahagia. Elizabeth ingin hidupnya pun serupa dengan semua cerita itu. Hanya saja, harapan itu memang tak pernah ada sejak awal. Bukan bagi Elizabeth yang ti...