EPILOGUE

1K 67 55
                                    


Lima tahun kemudian.

Tok, tok, tok.

"Permisi, Bu Alza."

Seorang wanita paruh baya memakai seragam guru masuk ke dalam ruangan yang ditempati oleh Alza. Sementara Alza yang tengah menulis sesuatu di mejanya, mengangkat kepala untuk melihat siapa yang datang.

"Iya, ada apa Bu Jessica?" tanya Alza yang melihat guru itu tidak masuk sendirian, melainkan bersama satu orang murid laki-laki yang berseragam urak-urakan.

Bu Jessica berdiri di hadapan Alza seraya menarik tangan murid itu.

"Ini, Bu, tolong hukum dia, sudah beberapa kali dia selalu telat masuk sekolah. Udah gitu nggak pernah mengerjakan tugas dari saya."

Alza memerhatikan murid itu yang memalingkan wajahnya ke arah lain dengan pandangan datar. Alza seketika menghela napasnya. Dia tahu siapa murid itu. Murid nakal yang kerjaannya selalu bolos ke atap sekolah.

"Martin? Kamu lagi. Apa kamu tidak bosan selalu dihukum oleh guru-guru? Kapan kamu akan menjadi anak baik?" tanya Alza, yang tidak jawab oleh murid laki-laki itu.

"Yaelah, Bu, dia mah nggak akan pernah tobat. Tobatnya nanti kalo udah kiamat," ucap Bu Jessica dengan melirik sinis pada murid itu.

Alza menggelengkan kepalanya mendengar ucapan bu Jessica. "Ya sudah, Bu Jessica bisa kembali mengajar. Biar saya yang mengurus Martin."

"Oke, Bu." Bu Jessica mengangguk. "Kasih hukuman yang setimpal, Bu, sama perbuatannya. Kalau perlu yang berat-berat, Bu. Supaya kapok."

Alza terkekeh. "Iya, Bu, nanti saya kasih hukuman yang setimpal sama perbuatannya."

Lalu bu Jessica keluar dari ruang BK. Ruangan yang diperuntukkan untuk guru BK seperti Alza.

Sepeninggal bu Jessica, terjadilah keheningan di ruangan itu. Alza yang kembali menulis, sementara murid laki-laki itu yang terus memerhatikan Alza.

"Jadi," Alza membuka percakapan. "Kapan kamu akan berubah?" Lalu Alza mengangkat wajah untuk menatap murid laki-laki itu.

"Saya nggak akan berubah, sebelum Bu Alza menjadi pacar saya," ucap murid bernama Martin itu.

Alza memijat pelipisnya. Menjadi guru termuda di SMA Grahita, memang ada kelebihan dan kekurangannya. Kelebihannya Alza menjadi lebih terpandang di antara guru-guru yang lain. Terlebih menjadi guru BK, membuat Alza menjadi tempat curhat bagi murid perempuan, sehingga banyak murid perempuan yang menyukainya.

Tapi, tidak enaknya adalah Alza selalu didekati oleh laki-laki. Dari guru laki-laki sampai murid laki-laki yang ada di SMA Grahita. Bukan hanya didekati saja, tapi juga ditembak bahkan dilamar.

Alza tentu saja beberapa kali menolak karena dia sudah memiliki seorang kekasih. Dan itu hanya bisa membuat satu sampai dua orang lelaki yang menyerah untuk mendekati Alza. Selain itu, mereka tetap kekeh mendekati Alza. Contohnya saja anak murid bernama Martin yang duduk di hadapannya saat ini.

"Sudah beberapa kali saya bilang, saya nggak bisa jadi pacar kamu," jawab Alza yang terdengar frustasi.

"Kenapa emangnya, Bu?"

"Ya karena saya sudah memiliki pacar."

Martin memalingkan wajahnya. "Saya nggak akan percaya Ibu sudah memiliki pacar kecuali Ibu tunjukin di depan mata saya. Selain itu, saya nggak akan menyerah untuk mendapatkan cinta Ibu."

Martin bangkit berdiri dan keluar dari ruang BK tanpa menoleh lagi.

Alza menghela napasnya. Entah sampai kapan para lelaki di SMA Grahita akan menyerah untuk mendekatinya. Tekhususkan Martin yang paling gencar untuk mendapatkan Alza.

Andhika's Girlfriend [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang