08

3.7K 532 10
                                    

Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku merasa punya teman.

Seperti yang kalian tahu, Bright namanya.

Dia aneh.

Bagaimana mungkin dia bahagia sekali jika bisa mengabulkan permintaanku? Aku tidak akan pernah mengerti dengan isi kepalanya.

Dan baru beberapa hari kemarin, dia berkata padaku, sekarang dia bukan lagi seorang penyihir. Dia adalah cahayaku.

"Cahaya?"

Bright mengangguk. "Ya, aku bukanlah seorang penyihir. Karena yang aku kabulkan hanya permintaanmu saja, Win. Jadi, sekarang, aku adalah cahayamu seorang, yang akan membuat hidup Win Metawin lebih cerah."

Oke, itu sedikit membuatku geli. Namun, aku hanya bisa tersenyum padanya.

Dan agar membuat lelaki itu terlihat sumringah setiap saat, aku jadi meminta hal-hal kecil seperti barang dan makanan yang aku inginkan.

Bright akan menjentikkan jarinya dan sesuatu yang aku inginkan akan muncul begitu saja.

"Lucu sekali," katanya.

"Apa?" tanyaku, yang saat itu melahap kue ulang tahun berukuran besar.

Tidak ada yang ulang tahun, aku hanya memintanya asal pada Bright. Dan aku tidak mengeluh jika harus menghabiskan itu semua.

"Kau begitu menyukainya?" Bright terkekeh. "Apa mau aku berikan lebih banyak lagi?"

Aku menggeleng dengan pipi menggembung.

"Yakin?" tanyanya, dengan raut wajah sedih yang dibuat-buat.

Aku mengangguk.

Tidak mungkin kan aku menghabiskan begitu banyak kue untukku seorang? Ibu juga tidak suka makanan yang manis-manis, aku tidak bisa memberikan ini padanya.

Ngomong-ngomong soal Ibu. Dia selalu melihatku dengan aneh setiap kali aku memberikannya barang baru dan makanan enak.

Pernah sekali dia bertanya padaku. "Win, dari mana kau dapat semua ini?"

Aku hanya bisa menjawab, "dari Bright."

Dan perempuan paruh baya itu mengerucutkan bibirnya. "Bright lagi, Bright lagi."

"Kenapa? Bright kan temanku."

Ibu memandangku pasrah. "Tapi, kau tidak pernah mau memberitahu Ibu tentang si Bright ini—"

Tiba-tiba, Ibu berhenti bicara. Perlahan, dia menatapku dengan wajah horor. "Win, jangan bilang, Bright adalah om-om tua yang ingin menggodamu dengan memberi banyak hal seperti ini? Bilang Ibu nak, Ibu akan meninju orang itu!"

Oke, aku jadi mempertanyakan akal sehat Ibu.

Aku menghela nafas.

"Ibu, Bright itu seumuran denganku, tenang saja," kataku, menenangkan Ibu yang sudah melipat ujung kemejanya. "Dan dia adalah orang baik, kau harus percaya padaku."

Setelah itu, Ibu tidak pernah mengungkitnya lagi. Namun, dapat terlihat dia masih saja curiga padaku. Jadi, aku hanya mendiamkannya.

Walaupun begitu, aku tetap memberikan beberapa hal yang dikasih Bright pada Ibu. Lucunya, perempuan parah baya itu tidak pernah sekalipun menolak.

• • •

a/n

mohon maaf lahir batin ya! dan makasih banyak buat yang udah mau meluangkan waktu untuk baca fanfic ini, xoxo 💚

magical mirror | brightwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang