Mencari

100K 7.6K 117
                                    

[Empat puluh dua]

"Mentari, buka pintunya." Baskara mengetuk pintu rumah, sebelah tangannya membawa bungkusan berisi martabak manis dengan ekstra keju.

Tok tok tok!

Baskara mengetuk kembali, namun masih tak ada tanggapan. Apa Mentari belum pulang? Baskara sudah ke kampus untuk menjemput Mentari, namun semua teman-temannya sudah pulang. Itu berarti isterinya juga sudah pulang, kan?

Dengan kunci cadangan, Baskara berhasil memasuki rumahnya. Kosong, Mentari tak ada. Langkahnya semakin cepat masuk ke dalam kamar, pun di sana juga kosong.

"Mentari?" Baskara memeriksa di dalam kamar mandi juga halaman belakang. Masih tidak ada juga.

Dengan berlari kecil Baskara keluar rumah menuju rumah pak RT, membuka pintu pagarnya dengan terburu-buru. Safira yang sedang menyiram tanaman menoleh cepat ke arah Baskara, lelaki idamannya, dengan senyum cerah.

"Bang Bas---"

"Dimana Mentari? Dia ke sini?" sela Baskara dengan cepat.

Safira menggeleng pelan, bibirnya mengerucut. "Gak, tuh! Bukannya kak Mentari tadi pagi pergi sama Bang Baskara?"

Iya! Baskara juga tahu itu. Tapi sekarang isterinya tidak ada, entah pergi kemana. Mentari tidak pernah pulang sendirian sesore ini, dan perempuan itu juga tidak punya teman untuk di datangi.

Baskara berlari keluar, tak mengacuhkan Safira yang memanggilnya kesal. Langkahnya berhenti di rumah yang ada di samping kiri rumahnya. Memanggil pemilik rumah, melalui depan pintu pagar yang terkunci.

"Mbak Milaa? Mbak?! Mbak Milaa?!"

Ah! Sial sial sial! Tidak ada orang.

Baskara mengacak rambutnya, berlari kembali ke dalam rumah. Lelaki itu menggeledah tasnya yang tadi ia lempar di atas ranjang, mencari ponsel dan mendapatinya dalam keadaan mati.

Umpatan-umpatan meluncur mulus dari bibirnya, rahangnya mengetat sembari menunggu ponselnya menyala sambil menyambungkan kabel casnya pada stop kontak.

Setelah menyala, nomor Mentari menjadi yang pertama ia cari, kemudian menekan ikon telepon. Bunyi nada sambung terdengar beberapa kali sebelum suara seorang wanita berbicara dengan nada monoton yang artinya Mentari menolak panggilannya.

"Sialan! Mau lo apa sih, Tar!!" Baskara membentak ponselnya kasar.

Bisa-bisanya Mentari menolak panggilannya di saat ia mendapat serangan panik karena perempuan itu. Bagaimana dengan bayi-bayinya? Baskara cukup sadar bahwa isterinya itu sedikit ceroboh, bisa saja mereka mendapat masalah saat berada di manapun itu. Setidaknya Mentari memberitahukan di mana tempatnya sekarang.

Baskara hendak mencari nomor seseorang yang mungkin tahu keberadaan isterinya. Ia lalu melihat pesan yang dikirim Laras tadi siang.

Ah, Laras! Gadis itu pasti tahu di mana Mentari.

Baskara membukanya, menemukan beberapa gambar yang menampilkan Mentari yang tengah berpelukan dengan seorang lelaki. Baskara menajamkan matanya, menyadari jika lelaki tinggi yang memeluk isterinya itu adalah Fajar.

"Bangsat! Brengsek!" Dengan penuh emosi Baskara menendang pintu lemarinya hingga jebol.

Baskara menghubungi Laras dengan emosi menggebu-gebu. Mengetuk ujung kakinya cepat di atas lantai tanpa sadar.

"Hal---"

"Lo lihat mereka di mana?" tanya Baskara langsung, rahangnya semakin mengetat kuat.

"Oh, Mentari ya? Bukannya dia lagi selingkuh? Kakak udah lihat gambar---"

Unpredictable Journey [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang