Selama kurang lebih satu jam berlalu, Alza, Veli, dan Sarah masih tetap mengobrol di dalam ruang rawat Alza.Namun berbeda dari ketika Sarah datang, yang mana ketika itu dilihatnya Alza masih terbaring di ranjang dengan selang pernapasan yang masih menempel pada hidungnya. Kini Alza telah duduk tegak, dan selang pernapasan sudah disingkirkan oleh suster semenjak beberapa menit yang lalu.
"Al," panggil Veli yang membuat Sarah tengah berbicara, menghentikan perbuatannya.
"Ya?" jawab Alza.
Veli terdiam sejenak. "Gue mau ngomong berdua sama lo." Lalu Veli menatap Sarah. "Sar, lo bisa keluar dulu sebentar?"
Sarah menatap Veli bingung. "Kenapa, Vel? Apa yang mau lo omongin sama Alza?"
"Sebentar doang kok. Nanti kalo udah selesai, gue kasih tau lo."
Sarah menimbang-nimbang sejenak, sebelum akhirnya menganggukkan kepala, membuat Veli tersenyum lebar dan memeluk temannya itu.
"Makasih, Sar."
"Hm, iya. Gue kasih waktu dua puluh menit, ya? Kalo lebih dari itu, gue pulang," kata Sarah dengan memasang wajah ditekuk.
"Iya, sayang, nggak lebih kok."
Veli tertawa menatap wajah Sarah yang merasa jijik karena ucapannya.
Lalu ketika Sarah keluar, Veli mengalihkan pandangannya ke arah Alza yang menatapnya dengan bingung.
"Kenapa, Vel?" tanya Alza.
Veli mendekat pada Alza. Dia dengan wajah serius, menatap Alza yang masih memandangnya bingung.
"Lo ... masih ada perasaan suka ke Andhika?"
Pertanyaan dari Veli itu membuat Alza seketika mengatupkan bibirnya. Tidak tahu kenapa jika Veli kembali membahas hal ini, Alza jadi teringat dengan kejadian pada waktu itu.
"Ke-kenapa lo tanya itu?" Bukannya menjawab, Alza justru balik bertanya.
Veli menghela napas sejenak. "Gue tau, Al. Lo masih suka kan sama Andhika? Terlepas dari lo yang bilang ke gue bahwa lo akan menjauh dari Andhika. Tapi sebenarnya lo nggak pernah bisa ngelakuin itu."
Mendengar itu, Alza menundukkan wajahnya.
Bicara soal perasaan, Alza tentu saja masih menyukai Andhika. Dan memang, untuk menghilangkan rasa suka itu tidak mudah. Bahkan sampai sekarang pun, Alza masih belum paham cara untuk menghilangkannya.
Melihat Alza yang menundukkan wajahnya, Veli jadi semakin yakin jika yang diucapkannya itu adalah benar. Alza masih menyukai Andhika. Mengetahui fakta itu, membuat Veli kembali merasakan sesak di dadanya. Tapi dia berusaha untuk mengerti. Veli tidak bisa memaksakan kehendaknya lagi. Sudah menjadi takdir jika Andhika dan Alza akan bersatu, sebab mereka saling mencintai satu sama lain. Dan Veli tidak bisa lagi memisahkan kedua insan itu, meski harus melakukan berbagai cara sekalipun.
"Al," panggil Veli. Namun Alza masih tetap menundukkan wajahnya. Hal itu membuat Veli tersenyum tipis, dan menyentuh pundak temannya itu.
Masih dengan menunduk, Alza menjawab, "Maaf, Vel, gue nggak berhasil nepatin janji gue. Gue emang masih suka sama dia. Dan jujur, untuk menghilangkan rasa suka itu, gue nggak tau gimana caranya."
Veli tersenyum mendengar Alza berbicara jujur padanya.
"Gue tau, Al. Dan gue paham perasaan lo."
Mendengar itu, Alza mengangkat wajahnya untuk menatap Veli. "Maksud lo, Vel?"
"Ya, gue paham kalo gue nggak akan pernah bisa mengambil hatinya Andhika. Karena dari dulu sampe sekarang, Andhika hanya akan tetap menganggap gue sebagai adiknya. Dan lo, Al, lo masih ada kesempatan untuk mengambil hati Andhika."
KAMU SEDANG MEMBACA
Andhika's Girlfriend [Completed]
Teen FictionAndhika Varen Anargya. Bad boy SMK Cakrawala yang sangat payah dalam urusan cinta. Dia tidak sadar jika ada tiga cewek yang menyukainya. Yang pertama teman masa kecilnya, yang kedua kakak kelas yang telah lama tertarik padanya, dan yang ketiga anak...