N

118 32 59
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak like/vote ya,

⭐⭐⭐⭐

Komen juga kalo kamu suka sama story ini.

Enjoy it~






"Yang paling saya tahu tentang amarah adalah dia lebih banyak melukai diri sendiri daripada orang yang kita marahi." – Oprah Winfrey




 Selepas kembalinya mas Lay dari kantor gue ini, sesegera mungkin gue beranjak buat membersihkan sisa-sisa kehebohan yang terjadi. Mereka berdua nggak hanya sekitar satu jam doang berada disini, soalnya setelah ini harus segera persiapan buat hadir lagi di acara badan amal tempat gue bekerja, namun kali ini sesi safari—yaitu mengunjungi langsung anak-anak yang akan dibantu di program ini.

"Ya elah.... Soya milk gue yang harusnya buat Alif doang jadinya kepake buat dua manusia itu. ckckck..." Gue menggerutu dong, soalnya kan soya milk mahal.

"Mbak, nanti yang bagian teknis sama bocilnya yang pas setelah guest star ini beneran gue?" Alif yang sudah rapi bertanya ke gue.

"Iya, soalnya kan selain gue, Lo juga deket sama mereka. Lagian cuma briefing buat besoknya kan."

"Tapi yang paling kecil ini ini loh...." dia mendesah.

"Nggak papa, yang paling kecil dan cerewet biar gue yang urus, Lif."

Dia lalu tersenyum mengejek, "Ciee... udah biasa ngurus anak orang, kapan nih ngurus anak sendiri?"

"Kampret lo! Urus aja diri lo sendiri. Sono nikahin tunangan pilihan ortu yang lagi LDR itu!"

Dia meringis sebal, "Nggak usah bawa-bawa dia, ya..."

"Aneh, orang kok males banget kalo tunangannya dibawa-bawa. Biasanya padahal orang lain tuh seneng kalo ada sangkut pautnya sama pacar sendiri."

"Ya itu mah nggak bakalan berlaku kalo tunangannya terpaksa, ya!" Dia agak ngegas nih, gue suka. Malah tertantang ngegodain.

"Ya nggak papa kalo tunangan tapi sama yang udah jelas kualitasnya. Bibit, bebet, bobotnya."

"Ya tapi kan itu menurut orang tua, bukan menurut kitanya, Mbak. Kalo gue sih ngerasanya masih kayak beli kucing dalam karung."

Gue sengaja nggak nerusin obrolan soal tunangannya Alif soalnya ini tuh ranahnya sensitif banget sih asli. Dia yang kadang lucu dan aneh, bakalan berubah jadi mode galak kalo udah diungkit itu masalah tunangan. Gue suka ketawa sih ngebayangin, soalnya udah zaman se-modern ini, tapi masih ada aja yang pikirannya kolot.

Eh tapi kasus yang kayak gitu sih emang masih sering dijumpai ya.

Setelah selesai ngeberesin dapur akibat kedatangan dua tamu tak diundang tadi, gue pun akhirnya masuk ke kamar istirahat khusus putri dan mandi serta bersiap. Nggak lama berselang setelah ngurusin itu, gue akhirnya udah duduk manis dan menghadap ke komputer gue buat ngeprint konten yang bakalan kita take hari ini di lokasi anak-anak.

Ya intinya sih gini. Nanti, Mas Lay bakalan ke tempat anak-anak yang akan dikasih bantuan pendidikan itu, terus mereka akan berinteraksi sehari-hari karena mas Lay bakalan ngajarin mereka. Iya, mas Lay bakalan jadi guru yang akan mengajari mereka bermacam-macam. Ya barengan sama gue, sih. Palingan nanti urusan ngajar yang eksakta sih jatuhnya ke gue. Mas Lay mungkin akan banyak ngajarin di bagian seni, dance, akting, dan yang hubungannya dengan bahasa serta sosial.

the Dream of a Fangirl (Semi Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang