Happy reading 🤗
.
.
.Aku mengenal Rendra sejak awal kuliah. Dia adalah senior di fakultas sebelah. Beberapa bulan memperhatikan dari jauh, aku sudah tertarik padanya. Tapi baru di semester empat aku berani mengungkapkan perasaan dan berjuang dengan mengejar-ngejarnya. Beberapa teman menganggapku agresif, tapi aku tidak peduli. Yang namanya cinta memang harus diperjuangkan, kan?
Hanya saja, yang namanya Darendra itu memang songong, jutek, cuek, dan sok cool minta ampun. Dia tidak pernah menanggapi setiap usaha yang kulakukan. Tidak menolak, tapi juga tidak menerima. Dia membiarkan saja, seolah aku hanyalah butiran debu yang tidak berarti untuknya. Satu tahun berjuang tanpa menghasilkan apa-apa, akhirnya aku memutuskan untuk menyerah. Untuk apa memperjuangkan seseorang yang jelas tidak mengharapkan kita, kan?
Tapi baru juga beberapa bulan memilih melupakan, semesta seolah tidak mengijinkan. Kami nyatanya malah makin dekat karena ternyata dia adalah kakak tiri Kiara. Entah kenapa sikapnya sangat berubah padaku. Menjadi lebih hangat dan ramah. Bahkan setelah Kiara menikah, kami sering berkencan meski tidak ada kejelasan dalam hubungan itu. Walaupun begitu, kami seolah saling tahu bahwa ada kewajiban untuk berkomitmen antara aku dan dia.
Hubungan tanpa status itu berlangsung selama dua tahun. Entah kenapa aku nyaman dengan begini saja, meski sebenarnya di beberapa kesempatan aku juga mengharapkan sebuah kejelasan. Sayangnya, Rendra tak pernah memberikan itu. Dia hanya bilang bahwa aku adalah satu-satunya yang dia sayangi. Saat itu.
Karena di suatu malam, aku terpaksa dibangunkan dari mimpi indah yang mungkin sudah terlalu lama kucecap. Rendra mengajakku bertemu di kafe, untuk membicarakan sesuatu hal yang sejak beberapa hari sebelumnya sudah kutakutkan.
"Kamu kenapa ngajak ketemu di sini, Ren? Bukannya besok kita mau ke acara empat bulanan Kia, ya?"
"Aku mau–"
"Oh ya, kamu ingat gaun yang kubikin bulan lalu? Itu udah ada yang pesen lho, Ren. Buat nikahan. Daebak. Keren banget kan, aku?"
"Oh, ya? Keren banget. Selamat ya, Nes. Em ... aku ngajak ketemu di sini mau–"
"Kamu tahu nggak, Ren? Masa kemarin Rasti sama Dio putus lagi? Putus nyambung putus nyambung. Gitu aja terus sampai monyet bisa bertelur. Gila emang mer–"
"Nes, aku mau ngomong. Tolong dengar sebentar."
"Soal apa? Soal cewek yang kamu peluk di depan rumah Bangpan dua minggu yang lalu? Oh, jangan pasang muka bingung kayak gitu. Aku lihat sendiri!"
"Nes, aku...."
"Dia siapa? Sepupu kamu? Temen kantor kamu? Temennya kakak lampir kamu? Tetangga kamu? Atau–"
"Tetangga aku. Sekaligus ... cinta pertama yang pernah kuceritain ke kamu."
"Dan kamu masih sayang dia?"
"Aku ... mau nikahin dia."
"Kamu masih sayang dia?!"
"... maaf."
"..."
"Agnes...."
"Kenapa?"
"Nes."
"Kenapa tiba-tiba kayak gini? Bukannya dulu dia udah pergi? Bukannya dulu dia nolak kamu dengan semena-mena dan mempermalukan kamu di depan semua orang? Bukannya kalian nggak pernah saling kontak lagi? Bukannya–"
"Dia hamil."
"–kamu ... apa?!"
"Dia hamil, Nes."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aww-dorable You (Terbit)
General FictionNote: Cerita ini sebenarnya sudah tamat tahun 2020. Tersedia versi PDF, Karyakarsa dan cetak. Di Wattpad, sebagian besar bab sudah dihapus. D'Abang Seri 2 (bisa dibaca terpisah) Di dunia ini, Agnes paling takut kalau Papa dan Raihan mulai galak. Bia...