“Jarak itu sebenarnya nggak pernah ada. Pertemuan dan perpisahan dilahirkan oleh perasaan.”
Kana memeluk tubuhnya dengan tas punggung yang dia lampirkan di depan dada. Cewek itu duduk di bangku memanjang yang berada di halte bus, dekat dengan sekolahnya, SMA Alantra.
Kana melirik sekilas jam yang melingkar di tangannya, pukul lima kurang lima belas menit. Kana menghela napas kasar. Jujur, dia kedinginan. Hujan datang secara tiba-tiba tanpa di duga. Kana menyapukan pandangannya ke seluruh area jalan, sepi. Sama sekali tidak ada tanda-tanda kendaraan yang melintas. Semua teman sekolahnya pun sudah lebih dulu pulang, menyisakan dirinya sendirian.
Kana mengeluarkan ponsel dari
dalam tas. Cewek itu berniat untuk menelepon Ayahnya untuk menjemputnya pulang. Tapi baru saja dia menyalakan benda pipih itu, tiba-tiba saja ponsel itu mati."Yah... yah... kok mati, sih?" Kana berdecak kesal.
Kana kembali mencoba menyalakan ponselnya, berharap benda itu kembali menyala. Tapi usahanya sama sekali tidak berguna dan percuma. Cewek itu baru mengingat jika dia belum mengisi ulang daya ponselnya sejak tadi malam.
"Gue harus gimana?" Kana kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas. Cewek itu ingin pulang. Tapi bagaimana caranya? Taksi yang di pesannya dari tadi pagi pun tidak kunjung datang hingga sekarang.
Kana menggosok kedua tangannya lalu di tempelkan di kedua pipinya. "Dingin.." Kana merasa kedinginan. Bibirnya juga terlihat sedikit pucat. Cewek itu lupa membawa jaket yang biasanya dia bawa ke sekolah pagi tadi.
"Huft."
Ketika Kana hendak bangkit berdiri, tiba-tiba saja sebuah mobil sport putih berhenti tepat di depannya. Cewek itu jelas tau jika mobil itu adalah mobil Alvaska. Kana bersikap tidak peduli ketika Alvaska turun dari dalam mobil lalu berjalan menghampirinya yang kini sudah memalingkan tatapannya ke arah samping.
Kana kembali menggosok kedua tangannya lalu kembali di tempelkan di kedua pipinya. "Huft." Tiba-tiba saja, Kana merasakan sesuatu yang hangat berada di pundaknya. Cewek itu menunduk lalu mendapati jaket yang tadi Alvaska kenakan sudah membungkus pundaknya hingga menutupi punggung.
"Jaket ini-"
"Gue tau lo kedinginan," kata Alvaska sebelum Kana sempat menyelesaikan ucapannya. Cowok itu menarik salah satu tangan Kana untuk di genggam. "Gue anter pulang."
"Tapi, tadi lo bilang-"
"Ck. Bawel."
"Nyebelin banget sih." Kana berdecak kesal namun tetap pasrah ketika Alvaska menarik tangannya untuk masuk ke dalam mobilnya. Cewek itu duduk di bangku samping kemudi. Kana menoleh ke samping setelah Alvaska juga ikut masuk ke dalam mobil. "Lo tau alamat rumah gue?"
"Nggak." Alvaska memutar kunci. Cowok itu mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang -membelah hujan yang mengguyur kota.
"Kok nggak sih?"
Alvaska mengabaikan ucapan Kana. "Alamat?"
"Di jalan Samudera nomor 12." Kana menjawab ketus. Cewek itu menyandarkan kepalanya di jendela mobil Alvaska sembari memejamkan mata.
Alvaska diam. Cowok itu kemudian mulai melajukan mobilnya ke alamat yang di maksud Kana. Ternyata, rumah Kana dan Queenza searah dan tidak jauh dari rumah Alvaska. Cowok itu juga baru sadar jika Kana merupakan tetangganya. Ya, rumah Kana dan Alvaska bersebelahan. Alvaska dan keluargannya baru saja pindah ke sana sekitar satu minggu yang lalu.
"Ekhm." Alvaska berdehem cukup keras ketika sudah sampai di depan pagar rumah Kana. Cowok itu menampar pipi Kana untuk membangunkan Kana yang entah kapan sudah tertidur di dalam mobilnya. "Bangun."
Kana menggeliat dalam tidurnya. Dia membuka salah satu mata -menatap Alvaska sayu. "Apa?" Tanyanya serak khas orang baru bangun tidur.
"Turun."
"Hm." Kana turun dari dalam mobil Alvaska sembari melepaskan jaket milik Alvaska di pundaknya. Hujan sudah mulai mereda. Kana menutup pintu mobil Alvaska lalu berjalan ke arah pagar besar rumah orang tuanya.
Kana memperhatikan mobil Alvaska dan seketika terkejut ketika melihat mobil itu memasuki pagar rumah besar yang berada di sebelah rumahnya. Rumah mewah itu baru saja di tempati oleh penghuni baru satu minggu yang lalu. Jangan bilang jika Alvaska adalah...
"Nggak mungkin. Nggak mungkin." Kana bergumam tidak percaya. "Alvaska.. nggak mungkin tetangga baru gue kan?"
To be continue..
646 word. Secuil jejak anda, means a lot_