ALVASKA 02 [ACCIDENT]

1M 81.5K 19.5K
                                    

Seorang gadis cantik dengan rambut panjang yang dibiarkan tergerai indah sebatas punggung itu berdiri di atas bukit sembari mendongakkan kepala -menatap indahnya bulan yang seakan terbelah oleh awan.

Langit menghitam dengan udara yang terasa dingin mencekam. Hujan turun begitu deras, membuat beberapa daun layu jatuh berguguran menyentuh tanah.

Gadis cantik itu tersenyum miris dengan tatapan hancur penuh luka.

Tidak akan ada lagi laki-laki yang akan menghapus air matanya ketika menangis. Tidak akan ada lagi laki-laki yang akan memeluknya ketika sendiri. Tidak akan ada lagi laki-laki yang akan menangis ketika dirinya bersedih.

Tidak akan ada lagi..

Semua berubah...

Hanya dalam satu malam. Tanpa bisa ditahan, air mata yang sejak tadi gadis itu tahan mengalir turun. Dia kehilangan seseorang yang begitu dicintainya pada malam, tepat di bulan purnama akibat kecelakaan mobil yang merenggut nyawa dari tunangannya.

Dia, Kanara Amoura Reygan. Gadis cantik dengan seribu rahasia yang dimilikinya. Dia menyentuh dadanya yang tiba-tiba saja terasa sesak. Kehilangan seseorang yang begitu berarti dalam hidupnya membuat Kanara merasa hidup tanpa nyawa.

Kana memejamkan mata menikmati setiap tetesan air mata sang awan. Gadis itu tersenyum getir dengan air mata yang terus saja mengalir."I L-ove You baby Dev.."

Devano Alexa.. Seseorang yang begitu berarti dalam hidup seorang Kanara Amoura Reygan.

--Alvaska--

Kana berlari menuruni bukit dengan langkah tertatih melewati beberapa pohon pinus yang menjulang tinggi di sekelilingnya. Beberapa kali cewek cantik itu terjatuh hingga membuat lututnya terluka -tergores oleh bebatuan kecil di atas bukit.

Kana menghapus kasar air mata yang bercampur dengan air hujan di wajahnya. Dia terus berlari turun hingga sampai di atas trotoar jalan yang tampak sepi dan juga gelap yang mendominasi.

"Shh.."

Kana memilih duduk di pinggir trotoar jalan untuk memeriksa luka di lututnya yang terasa perih. Dia menyapukan pandangannya ke seluruh penjuru area jalan,

Hening. Sepi.

Kana menghela napas berat lalu memeluk tubuhnya yang terasa dingin menggigil. Udara malam seakan mampu membekukan seluruh saraf di tubuh Kana. Dia berdiri kemudian memilih kembali berlari menyusuri jalan dengan napas tersengal.

Kana terus melangkah hingga tanpa sadar sebuah motor sport putih melaju dengan kecepatan tinggi ke arahnya. Dia memejamkan mata dengan tubuh yang bergetar kedinginan. Bibirnya pucat dengan darah yang entah kapan sudah mengalir dari dalam hidungnya.

Cowok yang tengah mengendarai motor sport ke arah Kana pun sontak mengerem motornya secara mendadak -menghindari tabrakan, membuat roda depan motornya tergelincir aspal yang sedikit licin dan berakhir menghantam tiang lampu di pinggir jalan begitu kuat.

Hening sepersekian detik,

Kana menghentikan langkahnya saat mendengar suara hantaman keras di belakang tubuhnya. Karena penasaran, cewek itu berbalik badan dan langsung di kejutkan ketika melihat seorang pengendara motor terjatuh dengan kondisi berlutut di atas aspal.

Kana menggigit bibir dalamnya kemudian melangkah perlahan mendekati cowok yang tengah meringis kesakitan akibat lututnya tergores aspal yang sedikit kasar.

"Lo nggak apa-apa?" Kana bertanya dengan suara serak.

Cowok itu mendongak dan tanpa sengaja membuat mata birunya bertabrakan dengan mata coklat milik gadis di hadapannya. Hingga beberapa saat, mereka hanya saling bertatapan tanpa sepatah kata yang keluar dari mulut keduanya. Tatapan mata mereka begitu dalam dan lekat. Hingga suara petir menyambar memutuskan pandangan keduanya.

Cowok itu berdiri dan membuka helm full face yang di kenakannya lalu membanting helmnya di atas aspal dengan kesal. Cowok itu menatap cewek di depannya dengan tatapan tajam. Dia mengangkat tangan hendak menampar Kana-

"Lo sentuh gue, gue banting!" Kana menahan tangan cowok itu lalu menghempaskannya dengan kasar.

Cowok itu tidak mempedulikan ucapan Kana. "Lo budek?" Cowok itu berdesis. Dia menunjuk ke arah belakang, seolah menunjukkan bahwa motornya hancur karena Kana. Lutut cowok itu juga terluka mengeluarkan darah segar yang menembus celana jeans yang dia kenakan.

"Nggak."

Cowok itu mengepalkan kedua tangan di sisi tubuhnya geram. Jika saja yang berhadapan dengannya saat ini bukanlah perempuan, dia pasti sudah menghajarnya habis-habisan di bawah guyuran hujan.

"Akh," cowok itu memegang kepala bagian atasnya ketika merasakan patahan ranting pohon pinus jatuh mengenai kepalanya. "Shh.."

Kana menutup mulutnya berusaha menahan tawa. Cewek itu menatap cowok di hadapannya dengan tatapan mengejek.

"Gimana? Sakit nggak?" Kana terkekeh.

"Diem lo," cowok itu berdesis. "Bawel."

"Biarin. Daripada lo?"  Kana menghapus kasar darah yang mengalir di hidungnya dengan punggung tangan. "Cowok nggak berperasaan. Nggak punya hati."

"Apa lo bilang? Nggak punya hati?" Cowok itu melangkah maju mendekati Kana hingga membuat Kana mundur beberapa langkah. Dia menyentuh dadanya. "Nih, lo belai dada gue kalau lo nggak percaya, gue punya hati kok!"

Kana mendorong dada cowok itu agar menjauh dari tubuhnya. "Gue nggak ada waktu buat belai dada lo segala." Ketika Kana hendak melangkah pergi, cowok itu dengan cepat menahan lengan Kana untuk berhenti. "Apalagi sih?"

Cowok itu mendekatkan wajahnya ke wajah Kana -nyaris membuat dahi keduanya bersentuhan. "Bawel."

"Gue nggak bawel." Balas Kana tidak terima. "Lo yang-" Kana menghentikan ucapannya saat merasakan sesuatu yang lembut dan kenyal menempel di dahinya. Napas Kana tercekat.

Cowok itu memejamkan mata. Setelahnya, dia langsung menajuhkan bibirnya dari dahi Kana -melangkah mundur menuju motor sport putih di belakang tubuhnya.

"Alvaska-"

"Nggak usah Baper!"

To be continue..

ALVASKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang