Heloooooo... ada yang nungguin cerita ini update?
Absen jam baca kalian di sini!
Jangan lupa untuk vote dan komentar ya sebagai bentuk dukungan aku menulis cerita Sagara!
Jangan lupa follow instagram :
asriaci13
sagaramiller
sheakanaka
Selamat membaca cerita Sagara
***
Now Playing | The Millennial Club - Like I Do
Bagian Sepuluh | Kesibukan yang Berbeda
Mimpi kita berada di arah yang berlawanan, apa kita akan tetap sejalan?
***
Fokus Sagara terbagi saat client tengah menjelaskan project perusahaan mereka ke depannya di ruang meeting. Pemuda itu fokus dengan ponsel yang ada dalam genggaman tangannya, menunggu balasan dari sang kekasih yang katanya bingung mau makan apa.
Beberapa kali Sagara cekikikan dan hanya fokus pada ponselnya, membuat Alicia yang ada di sebelah kanannya langsung menegur dan menyikutnya.
"Fokus dulu," tegur Alicia.
"Oh iya." Sagara memfokuskan dirinya kembali ke penjelasan-penjelasan yang dia sendiri malas untuk memperhatikan.
Biasanya kan ada Ayahnya, ada Alicia juga yang akan menjelaskan ulang kembali. Lagipula, nanti pun ada rekaman meeting ini, Sagara bisa mereview ulang lagi.
Tapi fokus Sagara bahkan tidak bertahan selama 5 menit, karena kini dia sudah kembali fokus ke layar ponselnya membaca balasan yang dikirim oleh Shea.
"Lucu banget cewek gue," responsnya ketika membaca pesan yang dikirimkan oleh Shea.
"Perhatiin." Alicia merebut ponsel Sagara tanpa aba-aba lebih dulu, gadis itu langsung mematikan daya ponsel milik Sagara.
"Shit," maki Sagara pelan, dia berdecak kesal. "Gue belum bales chat cewek gue, sini balikin," bisiknya
"No!" Jawab Alicia singkat dan tegas, gadis itu menghiraukan Sagara yang berulangkali merengek sambil berbisik agar Alicia mengembalikan ponselnya.
Demi Tuhan, Alicia sepertinya sebentar lagi akan menjadi tidak waras karena bekerja sama dengan orang seperti Sagara, tidak tahu waktu dan hanya main-main saja seperti ini.
Dari kecil Alicia tak pernah sedetik pun bermain-main dengan urusan pekerjaannya, bahkan dia dididik oleh keluarganya agar bisa menjadi penerus segala usaha yang dibangun oleh keluarganya. Persaingan pewaris tahta sangat sengit, dan saat dia melihat Sagara yang menyianyiakan kesempatannya seperti ini, rasanya dia ingin memaki Sagara bahwa pemuda itu tidak bersyukur atas segala kemewahan dan hak istimewa yang dia miliki sejak lahir.
Menjadi pewaris tunggal, tanpa perlu adanya persaingan, keluarga yang menyayanginya, memberikan segala kebutuhan dia secara cuma-cuma dan dia melalukan semuanya dengan bermain-main seperti ini.
Meeting kali itu selesai jauh lebih lambat dari perkiraan Alicia, banyaknya kejadian di lapangan tak sesuai dengan rencana mereka, entah dari tempat yang masih harus berurusan dengan banyaknya warga masyarakat, atau dari vendor-vendor yang menaikan harga semakin tinggi. Gadis itu harus menyusutnya lebih lanjut, kalau perlu dia akan terjun langsung ke lapangan untuk meninjau hambatan dan rintangannya sejauh mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGARA
Teen FictionSaat musik bukan lagi alasan untuk kita terus bersama. *** Kita, musik dan New York. Sagara dan Shea yang salah mengira bahwa cinta saja cukup untuk menjadi alasan keduanya bertahan. Semakin mereka dewasa, permasalahan yang ada di dalam hubungan ked...