AFSIN POV
Suasana kelas yang awalnya ramai sekarang menjadi tenang, tidak ada suara yang masuk dalam indera pendengaran ku. Aku menatap ke depan pintu kelas mengikuti arah pandang teman-temanku.
"Kenapa kalian menatapku seperti itu?" Ucap pria itu cengo, tubuhnya masih dalam posisi yang sama.
"Rambut baru ya lo?" Katanya salah satu siswa yang duduk di bagian depan.
"Uhuyy!!" Seorang siswi yang menatap takjub pria itu.
"Kenapa nggak dari awal aja kamu pakai model rambut kayak gitu? Tambah di habitat cogan kelas kita," sahut siswi lainnya.
Aku aja mendengarnya, tak berniat menatap pria itu sama seperti reaksi teman-temanku. Aku memilih untuk melanjutkan mimpiku yang sempat tertunda, lantai yang ku pijak terasa bergetar karena gesekan kursi yang kosong yang berada di sebelahku.
Aku tahu jika pria itu telah duduk di sebelahku, "Risa?"
"Hm."
"Ini masih pagi, sudah mengantuk begitu? Lesu pula," ucap Irsyad di sebelahku.
"Gapapa,"
"Belum sarapan?" Tanya nya lagi.
"Kepo! Urus saja hidupmu sendiri."
Aku bangkit dari tempat duduknya lalu melangkah pergi ke luar kelas. Aku heran kenapa sikapku seperti ini? Seperti ada yang salah, tapi apa?
"RISA!!" Aku menoleh ketika ada seseorang yang memanggil namaku.
Seorang gadis mendekatiku lalu memeluk pundakku dengan cepat,"mau ke kantin ya?" Aku menganggukkan kepala.
"Ya udah yuk bareng."
Akhirnya aku dan Ara menuju kantin beriringan, aku dan Ara memesan 2 porsi soto ayam dan 2 gelas es jeruk. Saat kami melahap makanan, seseorang yang duduk di sebelahku.
Aku menoleh kearah pria itu begitu pun dengan Ara. Aku kembali melahap makanan ku namun seketika aku diam beberapa saat menatap Ara. Seketika aku mengeluarkan soto yang berada di dalam mulut ku saat melihat ekspresi Ara.
"Astaghfirullah hal'azim Ara ahahaha, " seketika itu tawa ku meledak. Bagaimana tidak? Ara menatap pria itu tanpa berkedip bersama dengan kuah soto bercampur mie yang keluar dari ujung bibir nya.
Ara yang sadar akan hal itu langsung memuntahkan kuah soto itu lalu tertawa canggung, "maaf"
Pria disebelahku terkekeh, aku menghiraukannya lalu melanjutkan melahap makanan ku. "Kenalin nama gue Devan."
Ara menerima uluran tangan itu, saat orang tangan itu berganti ke arahku aku tak menerimanya. Aku tetap melanjutkan makananku tanpa berniat menoleh ke arah pria itu.
"Maaf sahabatku ini memang seperti ini, dia seperti kulkas berjalan," ucap Ara tak enak hati.
"Eh iya bukan kah kamu Risa yang mewakili badminton kemarin?" tangannya pada ku, aku hanya menganggukan kepala sebagai jawaban.
"Wah jujur saja awalnya gue sangat kecewa atas permainan lo, tapi setelah gue menonton sampai akhir permainan lo bagus juga. Sepertinya kemarin lo ada masalah hingga lo gak berkonsentrasi pertandingan kemarin." Ucapnya panjang lebar.
YOU ARE READING
Itsnani A [TAHAP REVISI]
SpiritualBANYAK BAGIAN YANG DIUBAH⚠️ Di suatu saat aku berada ditahap menyadari bahwa jatuh hati tidak dapat memilih, Allah telah memilihkan dan menakdirkan kamu untukku. Dia yang memulai dengan iman, yang berbalut sabar, yang bersulam dengan takwa, bergadin...