33. kidnapping in Brussel

2K 338 159
                                    

Keesokan harinya, tepat setelah ia berhasil menemukan dompet dan passport-nya, Evangelline berangkat pagi-pagi sekali dari Amigo Hotel Brussel yang masih terbilang sangat sepi itu.

Gadis ini hanya melihat beberapa petugas hotel yang hilir mudik di sepanjang koridor sambil mendorong troli dan mempersiapkan berbagai layanan kamar VVIP.

Eve melihat jam tangannya yang masih menunjukkan pukul 7 pagi. Semalam, ia tak bisa tidur nyenyak, dan semua itu gara-gara Edward. Eve tak sanggup menahan amarahnya yang kian lama kian membludak.

Cukup sudah!

Ia tak ingin dipermainkan lagi! Eve memandang jengah ke arah pintu kamar sang perdana menteri yang berada tepat di depan suite room-nya.

"Aku mengutukmu sampai dunia ini kiamat Edward Harrisson! Aku akan selalu mengutukmu! Pergilah kau ke neraka, dasar iblis penggoda!" rutuk Eve sambil menendang sekilas pintu kamar itu, kemudian bergegas pergi sambil menyeret kopernya memasuki lift.

Evangelline tak ingin berbasa-basi lagi! Ia bahkan pergi tanpa pamit. Selagi ajudan-ajudan Edward masih tertidur pulas dan belum terlihat batang hidungnya, Eve harus bisa kembali ke London dan memutuskan segala kontak dengan laki-laki itu!

Evangelline menekan tombol menuju lobby dengan terburu-buru. Setelah pintu lift itu tertutup rapat, gadis ini kemudian bersandar dan menghela napas panjang.

"Fiuhhhh..." pikirannya bercabang. Ia merenungkan setiap kegagalan kisah cintanya yang tidak pernah berjalan dengan mulus. Sisi feminin-nya yang lemah lembut terkadang muncul,

"Sangat disayangkan, padahal Edward adalah laki-laki yang sangat konsisten dan pantang menyerah. Kupikir dia akan memperjuangkan cintaku hingga akhir..." gumamnya seraya berandai-andai.

Namun seketika, sisi egoisnya kembali mencuat "Tch! Tapi lihat? Apa yang dia perbuat sekarang ? Bisa-bisanya dia tergoda oleh wanita masa lalu?"

Evangelline memegangi kepalanya tak habis pikir, ia pun kembali merutuk,

"Demi Tuhan! Kau benar-benar pria licik yang menjijikkan! Aku sumpahi, hidupmu takkan pernah bahagia!"

Perlu beberapa kali Eve menghela napas panjang. Kekesalan ini tidak main-main. Membayangkan Edward yang acapkali merayunya, membuat dirinya seolah-olah menjadi wanita yang paling istimewa, menyatakan cinta padanya dengan pembawaan nya yang angkuh dan konyol, secara drastis tergantikan oleh kenangan menyakitkan tadi malam.

Eve selalu merasa kecewa dan putus asa, setiap kali bayangan tentang pria yang semula memujanya itu, tiba-tiba saja berkencan dengan wanita lain di belakangnya. Benar-benar luar biasa sekaligus menohok!

Eve pikir, Tuan Perdana Menteri yang angkuh 7 turunan ini terlalu mudah meremehkan dirinya.

Gadis cantik itu menyesal karena tak sempat menampar atau mencakar wajah rupawan Edward. Ia sudah sangat muak, kesabarannya telah mencapai batas ubun-ubun.

"Tch, memang apa bagusnya wanita itu? Dia bahkan tidak lebih populer dariku!"

Ding dong!

Bersamaan dengan sumpah serapah itu, pintu lift terbuka menampilkan sesosok manusia yang begitu Eve cemburui akhir-akhir ini.

Sangat di luar dugaan,

Seorang gadis berambut hitam lurus dengan mata almond cerah disertai senyum terbaiknya itu, menyapanya dengan anggun dan lemah lembut,

"Selamat pagi miss Evangelline, "

"Selamat pagi miss Evangelline, "

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝐓𝐡𝐞 𝐇𝐚𝐫𝐫𝐢𝐬𝐬𝐨𝐧 (𝐓𝐞𝐫𝐬𝐞𝐝𝐢𝐚 𝐕𝐞𝐫𝐬𝐢 𝐍𝐨𝐯𝐞𝐥 1 & 2 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang