9. MAHES BERAKSI

383 172 72
                                    

Tenang nona, saya kalau sama kamu itu pakai hati. Jadi saya janji, tidak akan pernah menyakiti tempat saya untuk berpulang nanti.


†††


            Mahes sudah berkumpul dengan teman-temannya di gudang kumuh tepat berada di belakang sekolah. Tatapannya kosong tapi tidak kosong betulan, pria ini sedang melamunkan sesuatu. Garis tipis itu asik mengulum tusuk gigi dan sesekali tersenyum.

Teman seperjuangannya yang sedang memainkan kartu gaplek terheran. Jin apakah yang nyamber ketuanya sekarang ini dan menjadikan jiwanya tak waras?

PLAK!

Satu tamparan lumayan kuat melayang di pipi Mahes. Dia Erick, menabok sahabat nan bangsatnya itu dengan gemas lalu tertawa kencang. Mahes memekik dengan serapah.

"ANJING!" Mata Mahes nyalang pada Erick. "Bangke lu! Ngapa nampar gua, kampret? Sakit, ngentot!" serapah pria itu tak terkendali. Teman-temannya sibuk terpingkal.

Erick meringis. "Abisnya dari tadi lu aneh ma bro. Baju rapi udah kayak mau ke kondangan ae. Naek motor, berangkat pagi buta. Kesambet paan lu?"

"Pengen aja."

"Pingin iji." Erick mengejek, mencibir pembohong kelas kakap ini.

"Hilih khintil! Pasti ada apa-apa ni, ngaku lu!" desak Bayu orang yang duduk di sebelah Erick.

"Pake mandi, kan nambah aneh," timpal Erick heran.

"Terus?" Mahes sewot.

"Ya, terus lu ngelamun mulu. Cengar-cengir udah kek kuda sange tau kagak? Mikirin jorok lu yak?" tuduhnya lalu menghentakkan balak kosong-kosong dimeja reyot tempat mereka bermain kartu judi itu. Tapi, tanpa uang.

"DOM! Gue menang!" seru Erick senang saat ditangannya sudah tak ada lagi kartu.

Mahes mencebik. Ia diam.

Seruan frustasi terdengar dari para insan yang kalah. Erick tergelak. Untuk kesekian kalinya ia menang. Mahes berdiri dari duduknya dan melangkah pergi tanpa menghiraukan teman-temannya.

"Woy kuda sange! Mau kemane?" teriak Bayu.

Mahes terus berjalan. "MAU MAEN SABUN AME KUDA!!!" teriak lelaki itu tanpa menyaring kata-katanya.

"Anjing! Si Mahes ngapa dah? Serius itu?" tanya Bayu terkejut.

"Au!" sahut Erick tak peduli. "Udah kocok tu kartu. Kalah juga banyak bacot lu terong basi."

"Bangsat! Baru menang sekali ae bangga!"

"Cih! Iri bilang."

Bayu mengerucutkan bibirnya kesal. Lalu, mengocok kartu gaplek dengan ogah-ogahan.

***

Langkah Mahes berhenti di depan pintu bertuliskan Bumantara's Healthy Room.

Ah! Ternyata ke sini tujuan pikiran dan hatinya. Mahes membuka perlahan pintu kaca nan bening itu. Menyembulkan kepala untuk menilik terlebih dahulu apa ada orang di dalam sana atau tidak.

Senyumnya merekah. Dilihatnya ada bidadari berwajah manis nan cerah sedang berkutat dengan mengemas semua obat-obatan agar rapih dan steril dari kuman yang menjarah.

Mahes melangkah pelan. Senyumnya tak ia lunturkan. Lalu, berdehem.

Arunika. Gadis itu kaget dan dengan refleks melayangkan tinjunya pada perut bidang Mahes. Sontak perlakuan ganas itu membuat tubuh pentolan sekolah ini terbungkuk dan terbatuk.

CHILDISH: NewbiexNewbie  ||  ༺On Going༻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang