Alza memasukan peralatan tulisnya ke dalam ransel. Tepat ketika bel pulang sekolah berbunyi, guru yang mengisi jam terakhir langsung mengakhiri pelajaran, dan murid-murid sudah pulang ke rumah. Kini yang tersisa hanya Alza, Mira-teman sebangku Alza, Veli dan Sarah.Alza melihat Veli yang tengah mengobrol sesuatu pada Sarah. Gerakan memasukan buku yang tadinya dilakukan dengan ritme cepat, kini berubah melambat.
Tadinya, ketika Veli datang ke UKS untuk menemui Andhika, Alza ingin mengajak Veli untuk berbicara berdua. Tapi melihat Veli yang begitu mengkhawatirkan Andhika, membuat Alza jadi mengurungkan niatnya itu. Namun sepertinya sekarang adalah waktu yang tepat untuk berbicara dengan Veli.
Dalam dirinya, Alza rasanya tidak betah jikalau harus berdiam-diaman seperti itu pada Veli. Mereka seperti layaknya orang asing, yang padahal sebelumnya selalu terlihat akrab. Dan kehilangan seorang teman, bukanlah hal yang diinginkan Alza. Karena bagaimanapun, dia dan Veli tidak seharusnya marahan hanya karena seorang cowok yang disukai bersama.
"Al?"
Alza menoleh begitu mendengar panggilan itu. Dia menatap Mira yang tengah memakai ranselnya.
"Ya, Mir?" jawab Alza.
"Besok jangan lupa, ya, bawa novel yang mau gue pinjem itu. Soalnya gue penasaran parah sama kelanjutannya," ucap Mira.
"Ohh, iya." Alza mengangguk. "Besok pasti gue bawa."
"Oke deh, ya udah kalo gitu gue duluan, ya?" Mira mendekat pada Alza untuk berpelukan singkat padanya. Setelah itu Mira berjalan keluar kelas.
Alza menghela napasnya, dengan menghilangkan rasa gugup, Alza mendekat pada Veli.
"Vel?" panggil Alza, membuat gerakan Veli yang tadinya ingin memasukkan tempat pensil ke dalam tas, menjadi terhenti. Dia menoleh untuk menatap Alza.
"Ada yang mau gue omongin sama lo. Bisa lo ikut gue?" tanya Alza dengan matanya memancarkan sebuah harapan.
Sebelum menjawab, Veli terdiam sejenak. Sebelum akhirnya dia menghela napas perlahan. "Oke, tapi jangan lama-lama, ya? Soalnya gue mau ke rumah sakit buat jenguk Kak Nanda."
"Iya, nggak lama kok."
Kedua cewek itu akhirnya keluar dari kelas menuju taman belakang sekolah. Namun sebelum itu, Veli meminta Sarah untuk menunggunya sebentar di dalam kelas.
Sesampainya di taman belakang, Alza terdiam sejenak berdiri di samping Veli. Sebelum akhirnya menghadapkan tubuhnya ke arah Veli.
"Vel?" panggil Alza membuat Veli menatapnya. "Gue mau minta maaf."
Mendengar itu Veli mengernyit.
"Maaf, karena gue udah suka sama Andhika dan ngebuat lo jadi ngerasa sakit hati. Tapi, sumpah, Vel, gue nggak ada bermaksud buat mengkhianati lo. Sekalipun nggak ada, Vel. Gue ... gue cuman nggak sadar aja kalo gue juga suka sama Andhika. Tapi itu bukan berarti gue mengkhianati lo." Alza menjeda, dia sembari menghela napas mengambil kedua tangan Veli untuk dia genggam. "Vel, gue mohon, kita jangan kayak gini. Jangan karena satu orang cowok ngebuat pertemanan kita merenggang. Dan jujur, Vel, gue nggak betah kalo harus lama-lama kayak gini sama lo. Gue kangen kebersamaan kita."
Veli menatap Alza yang juga menatapnya dengan pandangan sedih. Yang dikatakan Alza memang benar, tidak seharusnya mereka saling mendiamkan hanya karena seorang cowok yang sama-sama mereka sukai. Dan mendengar kalimat terakhir Alza itu, membuat Veli merasa sangat sedih dan menyesal. Ternyata bukan hanya dirinya saja yang merasa tidak enak ketika harus berjauhan dengan Alza, tapi Alza juga merasakan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Andhika's Girlfriend [Completed]
Teen FictionAndhika Varen Anargya. Bad boy SMK Cakrawala yang sangat payah dalam urusan cinta. Dia tidak sadar jika ada tiga cewek yang menyukainya. Yang pertama teman masa kecilnya, yang kedua kakak kelas yang telah lama tertarik padanya, dan yang ketiga anak...