"Han Jian! Bukannya ini berlebihan?! Aku minta maaf! Maafkan aku! Bukankah itu yang kau ingin dengar, hah!" Jian mendengus tak percaya. Lelaki di depannya ini betulan tak punya harga diri?
"Ya, Tuhan," memijat tulang di atas hidungnya, Jian merasa sangat frustasi saat itu.
"Kau sendiri tahu, Kim, bahwa bukan aku yang seharusnya kau pintai maaf," ucap gadis itu nanar. Menatap Namjoon tak percaya. Kembali bicara, Jian menahan pedih dalam hati, "Kau cuma merasa frustasi atas dosamu dan aku adalah pelampiasan yang paling tepat. Kau dikejar rasa bersalah dan ego menyuruhmu untuk datang padaku. Padahal kau sendiri pun tahu kalau Park Jimin sudah mati—dan dia tak akan maafkan kau."
Sunyi. Mantan pacarnya itu memasang raut sulit. Dihantam dan ditusuk dengan keras di tempat yang tepat.
"Kalau begitu, semoga bahagia dihantui dosa atas perbuatanmu, Joon," ucap Jian dengan segaris asimetris bercampur pedih sebelum benar-benar pergi dari sana. Abai pada lelaki yang tak pernah absen mengisi hari-harinya. Lelaki yang sama yang membunuh Jimin, sahabat masa kecil Jian.