[AG] - Thirty Two

690 57 22
                                    


Kau memberikannya hati, dan tanpa peduli dia membuangnya begitu saja. Tapi kau tetap ada untuknya. Entah itu kebodohan atau memang dasarnya kau saja yang ngeyel?

—lin

Berulang kali Farid membaca kata-kata itu di buku yang baru saja dia pinjam di perpustakaan. Farid merasa tersinggung, jelas saja. Apapun itu maknanya yang tertera dalam kalimatnya, Farid mengerti. Dia mengalaminya. Tapi Farid tetap tidak mengakui bahwa kalimat itu ditunjukkan untuknya. Bisa saja bukan sang penulis hanya iseng  menulis kalimat itu supaya seseorang yang mengalami hal itu akan merasa tersinggung dan berpikir ulang untuk tidak sembarangan memberi hati pada seseorang.

Namun kenyataannya, Farid merasa tersinggung. Jadi benar, kata-kata itu memang ditunjukkan untuknya.

Farid menghela napas. Menutup buku itu dan meletakkannya di atas meja. Cowok itu lalu memperhatikan sekitar. Kelasnya begitu sepi, sebab teman-temannya masih berada di kantin. Terlebih jam kosong masih ada, membuat para murid betah di kantin.

Kelasnya sepi, dan hati Farid juga ikutan terasa sepi. Farid berpikir, bodoh sekali ya dirinya itu. Mencintai orang yang jelas tidak mencintainya. Tapi bukankah mencintai seseorang itu adalah hal yang lumrah?

Ada yang bilang jika kita mencintai seseorang itu adalah hal yang wajar dan merupakan suatu anugerah, sebagai tanda bahwa kita masih memiliki hati. Lalu bagaimana dengan Farid yang mencintai seseorang tapi orang itu menyia-nyiakan cintanya?

Menghela napas lagi, Farid menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi. Sunyinya kelas membuat Farid merasa mengantuk. Dia melipat tangan di depan dada, dan mulai memejamkan matanya. Mungkin dengan beristirahat sebentar, akan memulihkan hatinya yang baru saja dipatahkan.

"Eh, Dhik, gue pinjam earphone lo dong."

Suara itu membuat Farid langsung membuka matanya, dan mendapati ketiga temannya tengah memasuki kelas, dan di belakangnya ada Alza, Veli dan Sarah yang mengikuti.

Farid menegakkan tubuhnya dan memperhatikan ketiga temannya berjalan menghampiri di belakang kelas.

"Lah, Rid, kok lo udah di kelas aja?" tanya Dani yang langsung duduk di sebelah bangkunya.

Andhika dan Fauzan juga duduk di bangku yang berada tepat di samping mereka berdua.

"Iya. Gue ngantuk makanya ke kelas," jawab Farid, sesekali melirik ke arah Andhika yang sibuk merogoh-rogoh ranselnya.

"Nih," kata Andhika seraya memberikan earphone miliknya kepada Fauzan.

"Oke, tq," jawab Fauzan. Cowok itu tanpa sengaja menoleh ke arah meja Farid dan menemukan buku berukuran sedang dengan sampul bergambar hati. Fauzan lalu mengambil buku itu. "Idih, anjay, sejak kapan lo baca buku kayak ginian, Rid?" tanyanya seraya tersenyum jail.

"Baru aja gue baca," jawab Farid.

"Lah tumben. Kenapa lo? Lagi galau yak?"

"Kepo lo!" cetus Farid kesal.

Fauzan hanya terkekeh. Dia memasang earphone yang dipegangnya ke kedua telinganya. Lantas duduk untuk mendengarkan musik dari ponselnya.

"Andhika?"

Suara panggilan itu membuat mereka menoleh, terkecuali Fauzan yang sekarang tengah mengangguk-anggukkan kepalanya, sibuk menikmati musik yang dia putar.

"Kenapa, Vel?" tanya Andhika menatap bingung Veli yang tengah tersenyum lebar ke arahnya.

"Nanti anterin gue ke mall Anggrek mau nggak? Soalnya hari ini gramedia di sono lagi ada diskon novel," kata Veli dengan menatap penuh harap Andhika.

Andhika's Girlfriend [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang