"Nama kamu siapa?" Tanya Alvaro kecil yang tengah bermain pasir di tepi pantai. Anak itu sama sekali tidak pernah melepaskan pandangannya dari seorang gadis kecil yang tengah tersenyum manis kearahnya.
"Panggil aku Vava," jawab gadis itu.
"Vava?"
Gadis cantik itu mengangguk lucu. "Aku belum bisa kasih tau kamu nama asliku. Vava itu nama samaranku. Kalo kamu?"
Alvaro kecil tersenyum tipis. "You can call me Gaga."
Setelah mengatakan itu, Alvaro kecil langsung menghancurkan istana pasir yang tadi sudah ia buat dengan susah payah. Anak itu menuliskan sesuatu diatas pasir yang sudah rata seperti semula.
Gaga ♡ Vava 1/12
Gadis kecil itu menatap Alvaro bingung. "Kenapa kamu tulis itu Ga?"
Bukannya menjawab, Alvaro malah dengan cepat memeluk gadis kecil yang masih menatapnya terkejut.
"Kayanya, aku suka sama kamu."
Ting
Suara ponsel milik Alvaro membuyarkan lamunan cowok itu. Ia mengambil ponselnya yang ada di dalam saku. Ada satu pesan masuk.
No name:
Gue gak mau tinggal di rumah lo!
Ganti hukuman yang lain!From: Gabriella.
Alvaro:
G da pnlkn!
W tngu bsk pg jm 9!--Live With My Ketos--
Sejak bangun dari tidurnya tadi pagi, Gabriella tidak pernah berhenti menyumpah serapahi Alvaro karena kesal. Sudah ribuan kali Cewek itu menolak lewat pesan, tapi Alvaro tetap saja memaksanya untuk tinggal di rumahnya.
Gabriella kini tengah duduk bersandar di balkon kamarnya. Hari ini, sekolahnya libur karena tanggal di kalendernya berwarna merah. Ia melirik jam yang ada di tangannya, pukul 08.30. Itu artinya setengah jam lagi ia harus sudah berada di rumah cowok itu.
Gabriella tengah berpikir mati-matian tentang alasan apa yang harus ia berikan kepada Kevin hari ini. Apakah ia harus berbohong?
Gabriella menggigit ujung jarinya.
"Gue harus bilang apa ke Kevin? Apa gue bilang kalo gue mau nginep di rumahnya Keysha? Atau gue bilang aja kalo gue harus tinggal di rumahnya Alvaro selama satu bulan? Arghh gue bingung."
Gabriella memilih opsi pertama. Tidak mungkin juga ia mengatakan hal yang sebenarnya pada Kevin. Bisa-bisa ia di kurung di dalam kamar oleh kakak kesayangannya itu.
Gabriella berjalan tertatih masuk ke dalam kamar dan menyiapkan segala keperluan yang ia butuhkan selama tinggal di rumah Alvaro. Cewek itu menggunakan tas ransel biasa agar Kevin tidak mencurigai dirinya.
"Huft, semoga Kevin gak curiga."
Gabriella membuka pintu dan langsung di kejutkan oleh kehadiran Kevin di depan pintu kamarnya. "Astaga.."
Kevin menatap Gabriella dengan tatapan selidik. "Mau ke mana lo?"
Gabriella berusaha menormalkan detak jantungnya karena sempat terkejut dengan kehadiran Kevin yang tiba-tiba.
"Eum.., Gue mau ngerjain tugas sekaligus nginep di rumahnya Keysha. Iya itu. B-boleh kan bang?"
Kevin sempat berpikir sampai akhirnya mengangguk. "Ok. Mau gue anter?"
"Eh ngak usah. Gue pake Taxi aja," jawab Gabriella cepat. Jika Kevin yang mengantarnya, kebohongan Gabriella akan langsung terbongkar. "Gue pergi dulu ya bang. Bye."
Tanpa menunggu jawaban dari Kevin, Gabriella langsung berjalan menuruni tangga menghindari Kevin yang tengah menatapnya aneh.
"Huft.."
Gabriella bisa bernapas lega karena kini ia sudah berada di depan pintu gerbang rumahnya. Cewek itu menghentikan sebuah Taxi dan langsung menaikinya. Ia memberikan alamat rumah Alvaro dan Taxi itu pun melaju meninggalkan kediamannya.
Setelah beberapa menit di perjalanan, akhirnya Gabriella sampai di depan rumah yang ia yakini sebagai rumah Alvaro. Gabriella kembali memastikan jika alamat yang di berikan Alvaro itu benar. Cewek itu mendongak menatap rumah berukuran besar itu. Berwarna dominan putih dan juga bergradasi abu-abu. Ia yakin jika Alvaro menyukai kedua warna itu. Pasalnya Alvaro sudah memberitahu dirinya jika cowok itu tinggal sendirian di rumahnya. Rumah yang cukup besar dan mewah pemberian Ayahnya.
Gabriella membuka gerbang rumah Alvaro kemudian berjalan menuju pintu utama. Setelah sampai, cewek itu menekan bel dan menunggu. Hingga sampai pada bel ke sepuluh, pintu masih setia tertutup.
Terhitung sudah lima belas menit Gabriella berdiri seperti orang bodoh di depan pintu itu. Sudah berkali-kali pula cewek itu menekan bel dan juga mengetuk pintu. Tapi hasilnya tetap sama. Pintu itu masih setia tertutup hingga sekarang.
Gabriella berdecak kesal. "Alvaro lo ada di dalem kan?!"
Entah apa yang Gabriella pikirkan sampai berani meraih handle dan terkejut karena pintu rumah Alvaro tidak terkunci.
Gabriella tau ini tidak boleh di lakukan. Tapi apa boleh buat, cewek itu sudah terlalu kesal menunggu Alvaro membukakannya pintu selama lima belas menit. Bayangkan, Gabriella berdiri di depan pintu Alvaro selama lima belas menit! Tanpa duduk! Dan jangan lupakan kaki Gabriella yang masih terluka. Gabriella kembali menutup pintu kemudian berjalan tertatih ke ruang tengah rumah Alvaro. Tampilan dalam rumahnya tidak jauh berbeda. Masih berwarna putih dominan dan terdapat sofa abu-abu di tengah ruangan.
"Alvaro.." Gabriella terus memanggil nama Alvaro berharap jika cowok itu keluar dari tempat persembunyiannya.
"Al. Gak usah main-main. Gue tau lo ada di dalem."
Gabriella berdecak kesal karena tidak ada respons sama sekali dari Alvaro. "Kalo lo gak keluar dalam hitungan ketiga. Gue bakal pulang!"
Gabriella menghela napasnya kasar karena kesal. "1..., 2..., 3..., oke. Gue bakal pulang sekarang!"
Prang!
-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
LIVE WITH MY KETOS
Teen FictionBLURB: Gabriella Anatasya, seorang bad girl di SMA Garuda terpaksa tinggal berdua di satu rumah bersama Alvaro, seorang Ketua OSIS sekaligus Kapten Basket di sekolahnya hanya karena sebuah hukuman konyol yang Alvaro buat untuk menghukumnya. Satu mi...