Zee berjalan sambil membawa nampan berisi makanan siangnya, dia Duduk di salah satu meja kosong tanpa ditemani siapapun.
Zee memang pendiam disekolah ini dia tidak mempunyai teman dan dia sendiri pun tidak ingin berteman dengan siapapun.
Tak jauh dari tempatnya duduk ada seorang kakak kelas yang cantik memperhatikannya dengan pandangan sedih, meskipun begitu ia tak berani untuk sekedar menyapanya.
"La. Kok kamu ngelamun?" Tanya gadis berambut panjang pada sahabatnya.
"Eh, gak kok , aku gak ngelamun cuma lagi memikirkan sesuatu aja".
"Memikirkan apa. Mikirin si adik kelas lagi?".
"Ah, Brielle!! Apa sih siapa juga yang mikirin Zee, eh ya ampun!!" Lala menutupi mulutnya sendiri.
"Ha-ha.. ketahuan kan mikirin dia lagi, belum nyerah juga ternyata".
"Berisik".
Tanpa mereka sadari ada seorang gadis kelas satu yang mendengar ucapan mereka.
"Jadi kak lala suka sama kak Zee, ya ampun saingan gue berat juga " gadis itu berbalik dengan wajah sedih dan.
Bruk!!
Gadis itu menabrak seseorang dengan jus yang tumpah di seragam gadis yang di tabraknya.
"Eh ! Ya ampun maaf!! Kak!!" Panik gadis itu.
"Ya ampun seragam baru gue! Kalau jalan lihat-lihat dong jadi kotor gini kan!".
"Kak Gita!!" Ucap gadis itu sedikit berteriak.
"Muthe!! Ya Tuhan, kok elu sih , ini gimana seragam gue , ya ampun sial banget sih gue hari ini".
"Kak Gita maaf, Muthe gak sengaja".
Kejadian itu jelas menjadi perhatian siswi yang berada di kantin saat itu, terlebih Lala yang berada di depan mereka mendekati mereka.
"Sorry, ada apa ya ini , kalau ribut jangan di sini ya kita lagi makan siang soalnya" ucap Lala pada Gita dan Muthe yang sebenarnya tidak ribut hanya mereka kaget saja.
"Kak lala, gak apa-apa kok, kita gak ribut kok maaf kalau kita mengganggu kalian" ucap Muthe dengan tersenyum.
Gita diam memperhatikan gadis di depannya yang terlihat sangat cantik.
Lala melihat seragam Gita yang basah, lalu ia mengambil seragam baru di tasnya lalu memberikannya pada Gita.
"Ini, ganti seragam kamu, kamu anak baru kan aku Nabila ketua OSIS di sini , salam kenal" Lala mengakhiri ucapannya dengan senyuman.
"Oh, eh , ma makasih" ucap Gita sedikit gugup.
Muthe merasa ada yang aneh lalu ia menarik tangan Gita.
"Ayo kak, aku anter ganti baju".
Gita hanya menurut.
"Kok kamu kasih seragam itu ke dia sih La? ".
"Terus kenapa?".
"Ya gk papa tapi kayaknya kamu perhatian banget sama dia?".
"Terus kenapa kalau aku perhatian? Gak ada yang bakal cemburu juga kan".
Mereka berjalan melewati Zee yang sedari tadi tidak perduli dengan sekitar, namun saat mendengar ucapan Lala ia sedikit tersentak dan melihat ke depannya seorang gadis yang sebenarnya sangat ia Kagumi.
***
Gita tersenyum kepada semua teman-teman barunya, ia baru saja memperkenalkan dirinya.
"Mohon bantuannya teman-teman" ucap nya lalu membungkuk memberi hormat.
"Silahkan kamu duduk di kursi yang kosong" ucap Bu Desy guru B.I.
"Terima kasih Bu" lalu Gita berjalan melewati meja Tasya dan Vivi yang memasang wajah kaget untuk kesekian kalinya.
"Sya, kita harus segera minta maaf ".
"Oke nanti pas istirahat" bisik-bisik mereka.
Gita sempat melihat ke arah mereka lalu kembali melanjutkan duduknya di kursi paling belakang, dan bersebelahan dengan Zee yang menunduk di telinganya terdapat headset.
Namun Gita tidak perduli ia mulai membuka buku pelajaran.
Kelas berakhir semua siswi berhamburan keluar untuk mengisi perut mereka, ini adalah jam istirahat ke dua namun Tasya dan Vivi masih tak beranjak mereka berencana mengajak anak baru yang duduk di belakang untuk ke kantin bersama.
"Hai Gita, kenalin gue Tasya dan ini Badrun temen gue, aw!!" Kepala Tasya dikeplak Vivi.
"Sembarangan lu bilang nama gue Badrun! Gue Vivi lengkapnya Viona fadrin salam kenal ya, ekhmm kita mau ngajak lu ke kantin bareng sekalian mau minta maaf soal tadi pagi dan makasih karena lu udah bantuin kita tadi , emang tuh ye si Tasya keterlaluan banget sampai lupa kalo lu udah bantuin kita eh malah di tinggal gitu aja, hehehe maafin kita ye..." Ucap Vivi sambil cengar-cengir takut Gita tak memaafkan nya.
Gita memperhatikan mereka satu-satu dengan tatapannya yang tajam, membuat mereka berdua merasakan atmosfer yang sedikit menegangkan.
"Oke, kalian bayarin gue" Gita bangkit dan berjalan mendahului mereka dan mereka berdua mengekor dari belakang.
Zee memperhatikan mereka lalu menuliskan sesuatu di buku nya.
***
Eli berjalan menuju kelas dengan beberapa buku di pelukannya, lalu ia memasuki kelas dan tersenyum kepada anak-anak , mereka terlihat senang karena Eli walaupun baru satu hari mengajar mereka sudah sangat menyukainya, karena sifatnya yang humoris selalu membuat mereka tertawa.
Pandangan Gita sempat tertangkap melihat Eli tajam dan Eli merasa tatapan anak itu tidak asing ia seperti pernah melihat tatapan itu, tapi mereka belum pernah bertemu sebelumnya, itulah pikir Eli sampai ia memanggil Gita untuk maju ke depan dan mengerjakan soal di papan tulis.
Dan Gita mengerjakan soal itu dengan mudah membuat teman-temannya kagum.
"Kamu pintar juga ya , saya pikir kamu pindah ke sini karena dulunya kamu seorang siswi bermasalah tapi ternyata kamu adalah anak yang baik, beri tepuk tangan teman-teman"
Semuanya bertepuk tangan untuk Gita , dia hanya tersenyum lalu kembali duduk.
"Itu sih soal mudah kenapa dia berlebihan sekali" ucap Zee tanpa melihat Gita yang duduk di sebelahnya.
"Hei , bisa kita ngobrol sepulang sekolah" ucapan Gita hanya dijawab dengan tatapan tak suka dari Zee.
Melihat itu Gita hanya menahan amarahnya karena ini masih jam pelajaran.
Ia tidak menyukai anak ini.
***
Di samping pagar sekolah Eli terpaku setelah mendapat telepon dari saudaranya bahwa kekasihnya telah ditemukan tewas siang ini di pinggir jalan yang sepi, ia dibunuh dengan cara sadis sampai polisi tak dapat mengenali wajahnya hanya mobil yang mereka kenali.
Eli tak bisa menahan kesedihannya dia menangis keras disaksikan oleh anak-anak yang heran melihatnya.
Kinal sang kepala sekolah menghampirinya.
"Eli, kamu kenapa?".
"Pacar saya, pacar saya dibunuh seseorang ".
"Ya Tuhan, kamu yang sabar, semoga pembunuhnya segera ditemukan polisi".
Kinal segera memeluk Eli yang menangis , dia merasa kasihan baru saja sehari dia sudah mendapat kabar buruk.
Gita berjalan melewati mereka sambil bertelepon dengan seseorang.
"Udah gue transfer sekarang kalian pergi sejauh mungkin, dan jangan pernah hubungi gue lagi".
Setelah itu ia masuk ke sebuah mobil mewah di dalamnya sudah ada Muthe dan Shani yang menunggunya.
#tbc