Seperti pertukaran yang terjadi di bank. Segelintir uang yang aku dapatkan bisa menjadi suatu kebahagiaan yang tak terkira. Hingga aku menjadi seperti ini, seorang penyanyi yang sedang naik daun juga seorang yang terlupakan. Puluhan juta ada dalam genggamanku setelah aku turun dari atas panggung. Semua merk mobil terbaru bisa dengan mudah berada di tanganku. Secepat kilat bukan? Tidak ada gadis yang tidak mau pergi denganku, mereka selalu menemaniku dan aku mampu memberikan apa yang mereka mau setelah itu mereka akan memberikan apa yang aku inginkan dari mereka. Setimpal bukan? Ternyata semudah itu membeli kebahagiaan. Apa lagi yang diperlukan bagi seorang lelaki seperti diriku? Kau tak perlu memutar otak demi mendapatkan bukti kepada dunia, bahwa kau hebat hanya dengan membawa benda kecil yang kusebut sebagai permen. Benda itu membawa keberuntungan yang sangat besar.
Siapa yang tidak mendambakan hidup seperti ini? Hanya bergantung kepada benda kecil dan mampu mendapatkan segalanya? Akan tetapi, aku teringat bahwa kesenangan hanya sementara dan fana. Semua adalah omong kosong yang harus kujalankan. Ya, karena aku tidak mau menjadi yang terlupakan, tidak dihargai dan terbuang begitu saja. Seorang artis papan atas yang memiliki banyak penggemar sekaligus haters, suatu konsekuensi yang secara tidak langsung menghantui hari-hariku. Uang dan kedudukan bagiku tidak menjamin kebahagiaan. Aku sangat memahami hal itu, tapi inilah tuntutan bagiku agar tidak kehilangan segala hal. Pada kenyataannya, agar dapat selalu eksis dalam bidang entertainment maka lingkungan pergaulan artis juga banyak berpengaruh. Jika sang artis yang bersangkutan dianggap menjauhi lingkungan tersebut atau mencoba memberi jarak, lingkungan pun secara spontan tidak mendukung kariernya.
Popularitas, selalu menjadi hal yang sangat sensitif. Segala macam label diberikan untuk berlomba-lomba mendapatkan kepopularitasan tersebut. Lalu setelah kau populer apa yang akan kau dapatkan? Keuntungan bukan sekedar uang, harta dan gadis-gadis yang mampu kau kencani. Hanya saja, setelah kau merasa mendapatkan segala hal yang kau inginkan, kau harus rela melakukan segala macam cara untuk mempertahankannya sepenuh hati, meskipun kau tau bahwa caramu salah. Seperti itulah aku.
Aku tidak perlu dijadikan sebagai panutan karena kau anggap aku sudah populer, menjadi artis dan bahagia. Lebih baik kau tidak memandang semua orang dari kedudukan dan tingkat kepopulerannya, karena semua itu memuakkan. Jangan menjadi seperti diriku yang hanya mampu menanggung kerasnya dunia sandiwara dibalik sebuah benda kecil, permen atau mereka menyebutnya sebagai pil, yang mampu membuatku tidak sadar dengan perasaan seperti aku terus menginginkannya. Aku menggantungkan hidup dan kebahagiaanku pada benda yang mampu memberikan kepuasan serta membuatku seolah-olah terlihat pintar dan elegan, sehingga realita yang kualami telah dijadikan hal yang "seolah-olah". Percayalah, menjadi seperti ini bukan suatu perjalanan yang bisa dilewati dengan mudah, segala hal dituntut untuk terlihat sempurna.
Aku bahagia atas jerih payah yang kulakukan dan hasil yang diluar dugaan. Sebelum kusadari bahwa aku tidak mudah merasa puas, sehingga seiring berjalannya waktu sering kali aku dibutakan atas hasil yang kudapatkan karena selama ini kukira bahagia adalah soal uang. Hal yang paling menyedihkan adalah ketika kepercayaan hanya sebatas di depan sampul majalah. Setelah aku tidak lagi populer, mereka akan menuntut kinerjaku lebih dan lebih lagi. Ketika muncul rumor tanpa bukti semua orang akan mempercayai hal tersebut dengan mudah, lalu mereka akan mencemooh dan tidak ada lagi dukungan. Seperti roller coaster, kau dibiarkan melambung tinggi setelah kau mendapatkan segala hal yang kau dambakan tapi ketika kau kehilangannya kau akan kembali berada di bawah. Ada dua pilihan ketika berada di bawah, kau akan membiarkan dirimu jatuh atau kau akan bergantung.
Aku memilih untuk bergantung, walaupun mencari kepercayaan orang lain tidak semudah ketika mendapatkan panggilan tour di luar negeri. Seperti hidupku yang bersinar telah bergantung pada pil, padahal hanya ada kesenangan yang bersifat sementara. Mungkin saat ini aku adalah yang terlupakan, tanpa ada lagi yang mempercayaiku karena aku adalah pecandu yang berusaha melarikan diri. Pecandu boleh dikatakan sebagai korban, boleh pula dikatakan sebagai orang yang bodoh dan dibodoh-bodohi. Ya, tak terkecuali diriku.
Memang terlambat untuk menyesali apa yang sudah terjadi, tapi tidak ada kata terlambat untuk memulai hal yang baru. Satu hal terpenting, kebahagiaan tidak untuk dicari, tapi memang sudah melekat dalam diri sendiri. Mungkin aku hanya perlu menatap realita dan menjalaninya, kembali ke kampung halaman dengan memeluk gitar merupakan suatu kebanggaan atas keberhasilanku selama ini. Orang-orang memandangiku dengan mata yang berbinar-binar dan seketika bertanya, "Bagaimana agar bisa menjadi sosok yang populer dan sukses sepertimu?"
Aku hanya menjawab dalam hati, "Setelah mendapatkan apa yang kalian inginkan, kalian mau apa? Karena menjadi populer bukanlah suatu jawaban di atas kesuksesan dan kebahagiaan yang kalian bayangkan selama ini. You don't wanna be high like me, never really knowing why like me, you don't ever wanna step off that roller coaster and be all alone."
Terkadang berlari keluar dari dunia ini benar-benar satu-satunya cara untuk melindungi diri sendiri dari perangkap kepopuleran. Bukan kehidupan yang penuh perangkap, tapi perangkap yang datang dengan ketenaran dan kejayaan ini tidaklah mudah untuk ditangani. Hingga sekarang aku masih skeptis dengan pertanyaan, "Apa arti kebahagiaan? Kalau bahagia itu hanya sementara, apa ini berarti kita belum benar-benar merasa bahagia?"
YOU ARE READING
(2016) Candu
Short StorySeorang lelaki sekaligus penyanyi yang hidup ditengah kepopularitasannya. Tidak ingin menjadi yang terlupakan sehingga ia menggunakan segala cara untuk bertahan didunia hiburan, termasuk membeli kebahagiaan dengan bergantung pada benda kecil yang me...