On Media:
Ada Band - Setengah Hati
"WHAT happend?" tanya Bita hati-hati. Sore ini, ia dan Akbar sepakat bertemu di sebuah kafe dekat komplek. Tempat ngopi yang di desain seperti truk kontainer dengan bangku dan meja-meja bulat yang bersebaran di taman membuat suasana tidak terkesan tidak terlalu ramai.
Cowok di hadapan Bita itu kini hanya diam. Menatap tepian cangkir kopi americano yang ia pesan masih mengepulkan asap tipis di udara.
Akbar tampak berbeda.
Ia tidak menatap mata Bita seperti biasanya.
Setiap ada satu detik untuk Bita bisa mencuri padang kearah sepasang mata yang malam itu teduh menatapnya seolah ia adalah satu-satunya, Bita bisa melihat rasa takut dan kekhawatiran di sana.
"Bar?"
"N –" Akbar berdeham. Tampak gelisah. "Iya?"
"Kenapa?"
Tidak ada jawaban.
"Kamu ngajak aku kesini, bukan cuma buat diem-dieman kan?"
Akbar mengangkat wajahnya. Bita bisa melihat kekhawatiran itu lebih jelas dari sebelumnya.
"Lula —" Akbar berhenti bicara, tapi dua detik kemudian ia melanjutkannya. "Lula nanyain soal kamu."
Tanpa disadari siapapun, tubuh Bita melemas seketika. Ia harusnya sudah tahu. Akbar mengajaknya bertemu sore ini karena ingin membicarakan perempuannya. Bukan karena ia merindukan Bita. Bukan sama sekali.
Mendadak, Bita merasa sesak walau tidak terlalu. Tapi perempuan itu masih bisa mengangguk kecil dua kali.
"Kemarin dia nge-DM aku di instagram."
Mata Akbar melebar, "apa katanya?"
"Just asking. Kita ada hubungan apa?"
"Terus?"
"Udah."
"Kamu bales apa?"
Bita menggeleng. "Belum."
"Kenapa belum?" tanya Akbar.
Bita menahan napasnya. Wajahnya memanas, menahan sesuatu yang entah apa. Perempuan itu menggeleng tiga kali. Ia bisa saja mengatakan yang sejujurnya pada Lula jika ia mau. Ia bisa saja jujur bahwa malam itu Akbar seutuhnya milik Bita.
Malam itu Akbar meminta Bita sebagai kekasihnya.
Dan jawaban perempuan itu adalah iya.
"Kamu maunya aku bales apa?"
"Terserah kamu."
"Aku nanya ke kamu, Bar. Aku mau kamu yang kasih jawaban ke Lula. Bukan aku."
"She also asked to me."
Sebetulnya, Bita sangat ingin bertanya perihal jawaban yang diberikan Akbar saat Lula menanyakan hal yang sama padanya. Tapi Bita mengurungkan niatnya.
Karena ia sudah tahu jawabannya dan ia tidak ingin semakin terluka.
Bita menyodorkan benda persegi panjang berwarna hitam miliknya ke hadapan Akbar. Di sana ada beberapa deret pesan yang dikirimkan Lula pada perempuan itu tempo hari.
"Aku mau kamu yang bales."
Akbar tertegun. Ia bahkan tidak bisa mengedipkan kedua kelopak matanya. Terlebih saat ia melihat mata perempuan yang duduk di hadapannya mulai berkaca.