15

205K 18.3K 918
                                    

Selasa (21.00), 30 Juli 2019

--------------------------

Aku berdiri tegak di tengah ruangan dengan mata terpejam. Bersiap menerima jiwanya ke dalam tubuhku. Tapi tak kupungkiri, aku ketakutan. Apakah jika terlalu lama dia menggunakan tubuhku, jiwaku sendiri juga akan terlempar keluar? Jika itu terjadi, bisakah aku kembali?

Namun di sisi lain ada rasa senang yang membuncah. Rasa senang akibat fakta bahwa—jika dugaan kami benar—ada peluang bagi kami untuk bersama, layaknya pasangan pada umumnya. Hal ini membuatku merasa rela menyerahkan segalanya, mencoba berbagai cara, demi bisa membantunya kembali pada tubuh asalnya.

Tangan hangat yang menangkup pipiku membuatku tersentak, namun tetap menutup rapat mataku. Kurasakan kini dia berdiri begitu dekat di depanku, membuat tubuh bagian depan kami menempel rapat.

"Percaya padaku," gumamnya dengan napas yang menerpa wajahku. Aku yakin saat ini dia menunduk hingga wajah kami sejajar.

Aku mengangguk sebagai tanggapan.

"Tarik napas."

Kulakukan seperti yang dia katakan. Setelah tiga tarikan napas, aku mulai merasa rileks. Namun detik berikutnya aku kembali tersentak saat kurasakan bibir hangatnya menempel rapat di bibirku, dilanjutkan dengan rasa sakit yang mencengkeram dada hingga membuatku sesak napas.

Tapi itu tak berlangsung lama. Mungkin hanya sepuluh detik. Berikutnya yang kurasakan tubuhku dingin. Dimulai dari ujung-ujung jari kaki dan tangan, terus menjalar hingga akhirnya seluruh tubuhku terasa dingin.

Perlahan rasa dingin itu berubah menjadi rasa kebas. Hingga aku mati rasa dan mulai kehilangan kendali atas tubuhku. Kucoba untuk mengangkat tanganku. Terasa amat berat dan sama sekali tak bergerak

Akhirnya kucoba membuka mata dan refleks aku memekik kaget sekaligus takut hingga tubuhku jatuh terduduk di atas kegelapan bagai lantai nan dingin.

Ya, disitulah aku berada saat ini. Kegelapan yang pekat. Membuatku ketakutan setengah mati. Sejauh mata memandang, semuanya gelap, hingga rasanya aku tak bisa bernapas.

"Hei, aku di sini. Jangan takut."

Sentuhan di pipiku membuatku menoleh ke samping kanan. Awalnya gelap. Tak ada yang bisa kulihat. Lalu perlahan cahaya aneh membuat wajahnya terlihat hingga seluruh tubuhnya pun tampak. Tubuhku pun yang tadinya tak bisa kulihat karena terlalu gelap, kini bisa terlihat. Namun sekitar kami tetap gelap. Membuat kami seolah berada di dunia ini hanya berdua.

"Jangan takut," ulangnya disertai senyum lembut. "Kau bersamaku."

Perlahan aku mengangguk lalu senyumku turut merekah. "Kau tetap di sini, kan?"

"Iya. Ayo berdiri."

Dia membantuku berdiri lalu melangkah ke belakangku. Tangannya yang semula memegang tanganku beralih memelukku dari belakang sementara kepalanya bersandar di pundak kananku, membuat pipi kami menempel.

"Lalu apa?" tanyaku seraya meletakkan kedua tanganku di atas tangannya yang terjalin di perutku.

"Lihat ke depan."

Kulakukan seperti yang dia katakan.

Satu detik...

Dua detik...

Tiga detik...

Dan didetik keempat, kegelapan bagai kabut hitam di depan sana perlahan tersibak, lalu menampakkan cahaya yang bergerak semakin dekat. Terus kian dekat hingga aku merasa panik. Lalu cahaya itu menghantam wajahku hingga selama sedetik aku merasa buta akibat cahaya yang terlalu terang memenuhi mata.

My Ghost (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang