"Raib.., kamu pernah menangkap kunang kunang?"

Tidak. Aku tidak akan menjawab ya atau tidak.

"Raib... kamu marah? Hanya gara-gara tadi?"

"Hm."

Sepertinya, menyebalkan adalah satu kata yang cocok sekali tak bisa dipisahkan dari makhluk yang bernama Ali. Bukannya menjauh. Dia malah semakin menyender padaku. Apa-apaan dia?

"Ra..., lihat dong. Aku bawa sesuatu nih."

Bawa apa?! Dia hanya bawa tabung dari klan bulan.

"Di klan matahari, Ada kunang kunang yang besar sekali. Kamu tahu, Ra? Kunang kunang itu berbeda seperti yang ada di sini. Meskipun cahanya juga besar, tapi itu tidak membuat mata sakit."

Lalu?

"Aku ingin melihatnya langsung, Ra. Kau juga bisa menungganginya."

Mengingat kejadian dulu di Klan Matahari, tepatnya di sebuah lembah tempat tinggal Nenek Hana-tara-hata tinggal. Dimana lebah-lebah raksasa melintas kesana kemari disekitar kami membuatku tak heran sama sekali dengan 'Kunang-kunang raksasa'. Aku kira, semua informasinya ada di dalam tabung itu.

Oh tidak, tidak. Aku tahu kemana arah pembicaraan ini.

"Aku ingin ke klan matahari untuk melihatnya secara langsung..., lalu ingin ke Klan Bulan untuk..., lalu aku akan ke pulau komet min-"

Dengan sedikit rasa bersalah, aku mendorong Ali menjauh dariku. Memberikan kami sedikit jarak.

"Kamu mau pergi ke dunia pararel kan?"

Ali menggangguk.

Huft.

"Ali, jangan bilang kau lupa dengan perjanjian itu."

Seketika Ali merubah wajahnya menjadi memelas. "Tidak, Ra. Aku-"

"Tidak."

"Tapi kan ki-"

"Tidak."

"Ra..."

"Tidak, Ali. Apa kamu lupa kesepakatan kita dan Miss Selena? Alasan kitak tak dibolehkan kesana karena kita belum siap. Kita tak akan pergi kesana sebelum mandapatkan izin."

Baru kali ini, aku melihat Ali mengalah. Ia membungkuk di meja sambil bersungut-sungut. Sekarang ia memainkan tabung kecilnya itu. Dari hologram yang muncul, terdapat tulisan tulisan asing yang tidak aku mengerti. Eh? Bukan dari klan bulan ya?

Disana ada beberapa gambar sekumpulan orang didalam ruangan dengan benda yang sedang dibuat didepan mereka. Mungkin mereka ilmuan dari klan dunia pararel? Entah, aku tak tahu dunia parerel mana tepatnya.

Semakin lama Ali menggulir ke bawah, semakin aku mengerti apa yang dibaca oleh Ali. Oh tidak, tidak, tidak. Ini adalah sumber masalah lagi.

Tapi, lebih baik aku diam saja. Daripada nanti Ali dan aku bertengkar lagi, baru saja kami melupakan kejadian itu.

Satu jam setengah kami lewat di kapal hingga akhirnya kami sampai di sebuah pulau yang dipesan khusus untuk keluarga Ali.

Dari pelabuhannya saja, kami langsung disambut pelayan pelayan perempuan berpakaian seragam putih hitam. Dengan ramah mereka membantu kami membawa barang bawaan.

"Seli kamu tidak apa-apa? Maaf aku tadi lupa menyusulmu. Aku ketiduran" ucapku merasa sangat bersalah setelah melihat Seli yang baru datang, akupun langsung memeluknya. Wajahnya tidak sepucat yang terakhir kali aku lihat.Hanya saja sekarang ia kelihatan begitu lemas.

I Believe In YouWhere stories live. Discover now