2

334K 24K 3.1K
                                    

Rabu (12.08), 22 Mei 2019

Ini ide cerita yang melintas di otakku tanpa sengaja. Nulisnya pun tanpa draft dan bisa dibilang cukup ngasal ☺

Happy reading!

Jangan lupa vote dan koment tentang cerita ini. Koment kalian bisa jadi inspirasi part selanjutnya ♥

-----------------------------

Perlahan kelopak mataku terangkat. Suasana asing menyambut membuatku menutup mata kembali, mencoba mengingat di mana diriku berada. Lalu bayangan saat tubuhku terhempas ke ranjang dan pisau yang melayang di atasku membuat mataku terbuka lebar dan refleks aku bangkit duduk seraya menatap sekeliling.

Tidak ada apapun. Semuanya tampak normal. Apa yang semalam hanya mimpi?

Menggeleng pelan, aku turun dari ranjang. Kalau benar itu mimpi, aku harus segera menuliskannya sebelum lupa. Mimpi itu akan menjadi kisah seru yang mendebarkan. Dan tentu saja manis dengan sedikit bumbu di sana-sini.

Drrttt.

Langkahku terhenti tepat di belakang pintu. Itu suara ponselku. Aku menoleh dan tak mandapatinya di meja nakas, melainkan tergeletak di lantai dekat dinding. Aku tertegun sejenak, lalu buru-buru menghampirinya. Saat aku menunduk untuk mengambil ponsel itu, otakku kembali menghadirkan memori semalam.

Kalau ponsel ini tergeletak di sini seperti yang kuingat semalam, berarti hantu itu...

Aku kembali mengedarkan pandang ke sekeliling. Namun tak menemukan apapun kecuali cahaya matahari yang mengintip malu-malu di balik tirai jendela. Mungkinkah hantu itu hanya muncul saat malam tiba?

Drrttt.

Sejenak aku mengabaikan ingatan tentang kejadian semalam lalu menerima telepon. Telepon biasa dari ibuku yang menanyakan keadaanku. Tentu dia khawatir karena ini pertama kalinya aku jauh darinya untuk waktu yang tidak sebentar. Aku sangat mencintainya karena itu namun ada impian yang tidak bisa kuabaikan.

Sepuluh menit berlalu, akhirnya ibuku puas dan merasa yakin aku memang baik-baik saja. Dia juga tidak bisa terlalu lama menelepon pagi-pagi karena ada dua adikku—Sony dan Sofyan—yang harus bersiap ke sekolah sebelum ibu dan ayahku berangkat bekerja. Tiap pagi selalu menjadi hari sibuk.

Setelah menerima telepon, dengan asal kulempar ponsel ke atas ranjang lalu keluar. Lagi-lagi langkahku terhenti menyadari tv dalam keadaan menyala menayangkan berita pagi. Aku menoleh ke arah sofa panjang yang berhadapan dengan tv. Di sana tampak guling dan bantal yang seharusnya ada di kamar. Sesekali terlihat gulingnya bergerak dan jelas tidak benar-benar menyentuh sofa.

Ah, jangan bilang si hantu berbaring di sana sambil memeluk guling dan menonton berita pagi. Lelucon macam apa ini?

"Kau hantu yang semalam, kan?" tanyaku, merasa agak konyol karena berbicara pada sofa. Dan lebih konyol lagi karena tidak ada tanggapan.

Fira, balikkan tubuhmu dan menjauh dari situ! Semalam kau nyaris mati, ingat? Akal sehatku menggeram marah.

Ya, tentu saja aku ingat. Bahkan mungkin semalam aku bukan tertidur, melainkan pingsan. Suatu keajaiban aku tidak tewas dan tubuhku masih utuh.

Menuruti akal sehatku, aku berbalik menuju tirai jendela yang membuat suasana agak gelap. Namun belum sempat aku menyentuhnya, terdengar suara itu lagi. Bagai dibawa angin.

"Jangan. Atau aku akan melemparmu dari jendela."

Aku merengut lalu menoleh ke arah sofa. "Kalau lampu? Boleh aku menyalakannya?"

My Ghost (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang