Judul: Synesthesia Petals
Wattpad Id: SemaTei
Genre: Teenfiction
Jumlah Part: 10 prolog
Status : Tamat
Last Update: 4 April 2019
Blurb: Polar Bear, Koala, Panda, Kukang.
"Woi! Murid baru itu imut banget!"
"Astaga!"
"Tapi Jomblo."
"Gaskeun Mamank!"
Suatu saat nanti, aku akan menggapainya. Entah suara, sentuhan, senyuman yang selalu ia tampakkan. Seperti tidak ada apapun hal buruk terjadi.
Hubungan manusia memang rumit, tidak ada yang bisa menjelaskan hubungan itu dengan jelas.
Hanya saja, apakah itu akan terjadi?
Angin yang berhembus di antara kita berdua. Membawa sepenggal rasa sepi dari suatu tempat. Setelah itu, langit meneteskan air mata dan terlihat lebih cerah daripada sebelumnya.
Alasan kenapa kau tersenyum saat sedih dan menangis saat bahagia. Itu karena hatimu telah menaklukan dirimu sendiri.
Jika bicara tentang takdir dan masa depan. Berapa kali kita harus menggapainya?
Ini adalah cerita yang membuat dirimu tersadar siapa dirimu. Menulis kata-kata, menggores setiap lembaran baru. Yang kutahu akan cerita ini, ungkapan hati yang ingin menjerit.
***
Hasil Review
1) Tema Cerita
Belum bisa ditangkap tema cerita ini hendak menyimpulkan apa dari cerita yang berkisah kejadian acak keseharian si Panda dan cara dia menyelesaikan masalah yang dihadapi.
2) Blurb
Blurb puitis filosofis macam ini lebih banyak celahnya untuk miscommunication ketimbang blurb yang masih mengusung pola konvensional straight to the point, tokoh konflik latar.
Ada hal yang perlu ditekan di blurb tersebut jika break the rules, yaitu konflik untuk meng-hook animo pembaca.
3) Karakterisasi
Belum bisa ditangkap motivasi tokohnya mau apa. Sehingga perkembangan tokohnya belum signifikan terolah. Datar seolah tokoh-tokoh tersebut kurang memiliki nyawa untuk menggerakkan cerita. Walau ada beberapa bagian yang menunjukkan karakter, tetapi itu masih berupa tempelan dan sayangnya konfrontasi antartokoh kurang membuat pertaruhan menantang dari masing-masing tokoh. Seolah penulis terjebak pada cerita ringan, maka, tokoh-tokoh pun hanya pengisi ruang cerita bukan menghidupkan cerita.
4) Alur/Plot
Karena sepertinya cerita ini hanya akan menceritakan sisi keseharian anak remaja pada umumnya, bisa dikatakan hampir datar cara penulis mengemas alur cerita. Pola yang dieksekusikan masih biasa saja. Kurang ada gejolak tensi naik-turun hingga plot cerita itu lebih seru meski cerita ini tidak akan memberatkan otak pembaca. Ada pun konflik kecil-kecilan yang bisa penulis tajamkan untuk menghidupkan alur cerita, seperti kejadian pencopet di minimarket, pertemuannya dengan senpai di klub sastra, aktivitas keseharian di sekolah, keramaian toko-toko kecil. Itu seperti terjadi untuk mengisi ruang plot cerita, lalu sudah sampai di situ. Jadi, mobilitas cerita kurang lincah.
Rasa-rasanya plot cerita ini terlalu nyantai dan agak membosankan.
5) Sudut pandang
Cerita ini mengusung sudut pertama selaku Aku. Namun, hal yang perlu diperbaiki adalah perpindahan sudut pandang yang kurang mulus. Rentetan plot yang terasa tersentak-sentak cukup membingungkan ketika penulis hendak membawakan ini sudut pandang tokoh mana. Penulis perlu bersabar dan jaga konsistensi pengambilan sudut pandang karena berpengaruh di alur cerita lebih nyaman diikuti.
6) EBI dan Diksi/Gaya Bahasa
Pemborosan kata pada beberapa kalimat perlu diperhatikan. Pengunaan dialog tag juga masih banyak keliru. Pengunaan kata depan utnuk menyatakan perbandingan 'daripada' banyak yang keliru. Perlu diperhatikan jika menyusun kalimat untuk lebih jelas kalimat tersebut hendak menunjuk pada subjek siapa. Banyak anak kalimat yang seharusnya masih menyambung dengan induk kalimat justru dipisah menjadi kalimat tunggal, hal itu malah membuat pola kalimat menjadi terputus-putus.
Gaya bahasa yang ringan masih perlu dipoles lagi yang lebih lincah dan segar.
7) Kesan.
Belum ada kesan menggigit dari cerita ini. Namun, hal itu masih menjadi perjalanan panjang penulis untuk meningkatkan bagaimana membangun storytelling yang mantap.
Terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hasil Review
Non-FictionHasil review cerita yang dilakukan oleh tim Wattys Undercover