selamat malam bestie.
agaknya ada yang bingung dan merasa asing sama ceritanya, soalnya alurnya emang saya ubah. hehehehe.
•
•
•
•"Itu kamar lo, terus ini kamar gue." Jaehyun menunjuk kamar yang ada di sisi kanan dan sisi kiri apartemen. Dua kamar itu berseberangan, di tengah-tengah kamar ada ruang santai.
Ara mengernyit. "Kok lo ngasih gue kamar utama?" tanyanya. Harusnya kan Jaehyun yang di kamar utama, dia yang beli apartemennya.
Jaehyun senyum. "Soalnya kamar itu berhantu."
"Seriusan, anjir!" Ara melototin Jaehyun.
"Enggak, lah, bodoh. Gue sengaja kasih lo kamar yang gede biar lo nyaman, soalnya gue yang bikin lo keluar dari rumah." Jaehyun menarik kopernya, kemudian berlalu menuju kamarnya. "Kalo butuh apa-apa, minta ke gue, ya!"
Ara enggak merespon, dia narik kopernya terus masuk ke kamarnya. Sejujurnya Ara enggak nyaman tinggal berdua sama Jaehyun, tapi dia pengen keluar dari rumahnya karena enggak mau lihat orang tuanya.
Ara mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang, terus memandangi setiap sisi kamarnya. Udah bisa dipastikan, Ara pasti bakalan enggak nyenyak tidur malam ini, soalnya ini tempat baru.
Ting!
Ara merogoh ponsel dari saku celana jeans-nya, dia menyalakan ponselnya dan mendapati nama Wooyoung tertera di sana. Wooyoung mengirimi Ara pesan.
Wooyoung : Ara, maafin gue
Wooyoung : ketemu yuk, kita ngobrolAra : di mana?
•
•
•
•"Kenapa, pusing?" tanya Rose ketika melihat Jaehyun berkali-kali memijit pelipisnya.
Jaehyun ngangguk sambil mengerucutkan bibir. "Pengen dipeluk."
"Sini sayang, aku peluk." Bukan Rose yang ngomong, tapi Minhyuk. Cowok itu merentangkan kedua lengannya, siap buat meluk Jaehyun.
"Setan." Jaehyun mendorong tubuh Minhyuk supaya menjauh darinya.
Sedetik kemudian bibir Jaehyun langsung dipukul sama Rose, cewek itu menatap Jaehyun enggak suka. "Kebiasaan, jangan ngomong kasar."
Jaehyun nyengir. "Hehe, lupa."
"Kamu tuh udah dikasih tau masih sering dilanggar, nanti kalo kamu punya anak terus anaknya keturunan kamu, gimana? Emangnya kamu mau anaknya kasar?" tutur Rose.