09

3.3K 826 216
                                    


Permen Jelly.

Kai menatap kemasan plastik yang berisi permen jelly dengan bentuk beruang warna-warni yang Mbak Janitra berikan padanya tadi saat pulang kantor.

Senyumnya mengembang mengingat bagaimana ekspresi Mbak Janitra saat memberikan permen ini padanya. Mbak Janitra memberikannya dengan sedikit terburu dan malu-malu pada Kai.

"Ngapain, Mas?" Suara Ibu menyadarkan Kai dari lamunannya.

"Eh, enggak bu." Kai menggeleng singkat dan menggeser posisi duduknya untuk Ibu agar bisa duduk di sebelahnya.

"Kamu kenapa dari tadi ngelamun aja? Ada masalah?" Ibu bertanya lagi karena sejak tadi ia perhatikan Kai hanya melamun, sesekali sambil tersenyum. Membuat ibunya khawatir.

Kai menarik napasnya panjang dan dalam, mengingat kejadian di kantor tadi. Kejadian yang ia takutkan akan berdampak pada pekerjaannya.

"Tadi aku bikin masalah di kantor, bu." Kai berkata pelan sambil menatap ke arah Ibunya.

Wajah Ibu langsung berubah panik saat mendengar kata-kata Kai. "Masalah apa, Mas?"

"Aku salah masukin data gaji karyawan, ada salah satu karyawan yang gajinya berkurang." Kai menjelaskan secara singkat masalah yang ia buat di kantor tadi.

"Ya Allah, terus gimana?"

"Ya aku dimarahi, tapi emang itu salah aku karena kurang teliti. Aku takut banget bu, baru intern aja udah beberapa kali bikin kesalahan, aku takut diberhentiin." Kai berkata lagi, ia benar-benar takut tadi saat Pak Didit menemui Pak Andre.

Ia takut jika ia akan diberhentikan, pikirannya sedikit kacau membayangkan bagaimana reaksi orang tuanya jika tau ia diberhentikan. Bapak dan Ibunya pasti akan sangat kecewa dan sedih pada dirinya.

Makanya seharian ini Kai hanya diam, dia introspeksi diri tentang apa yang terjadi padanya beberapa waktu ini.

"Kamu dapat sanksi?"

Kai menggeleng dan tersenyum.  "Ada orang yang belain aku dan bahkan nggak marahin aku sama sekali. Dia juga yang beresin masalah-masalah yang aku bikin."

"Siapa, Mas?"

"Janitra."

"Itu cewek yang namanya sama kayak kamu?" Ibu bertanya lagi, kali ini dengan nada yang senang.

"Iya, bu." Kai tersenyum karena Ibu mengingat ceritanya tentang Mbak Janitra.

"Baik banget ya orangnya?"

"Banget bu. Waktu itu juga aku sempet bikin masalah, dan Mbak Janitra yang ngeberesin masalah yang aku buat tanpa nyalahin aku." Kai mengingat saat ia ditugaskan untuk membagikan kartu asuransi yang kemudian menjadi masalah karena ia berbagi tugas dengan Nia.

"Kamu juga harus baik sama dia ya." Ibunya tersenyum sambil menasehati Kai, ia cukup khawatir tadi saat Kai berkata bahwa ia membuat masalah di kantor.

Anaknya itu sudah cukup tertekan karena lama tidak bekerja, makanya pasti langsung khawatir saat membuat kesalahan tadi.

"Iya bu, pasti." Kai mengangguk, ia nggak akan pernah lupa bahwa Mbak Janitra sudah dua kali menolongnya di kantor.

"Jangan banyak pikiran ya, Mas. Orang salah itu wajar, kesalahan kamu juga nggak disengaja kan? Itu namanya belajar. Kecuali kalau kamu sengaja melakukan kesalahan, itu yang nggak boleh." Ibu menasehati Kai lagi, memberi support pada anaknya tersebut.

"Iya bu, aku lumayan kaget aja tadi. Tapi sekarang udah nggak papa kok, aku jadi belajar juga buat lebih teliti lagi."

"Ya udah, istirahat ya. Besok kan masih harus kerja." Ibu menepuk-nepuk bahu Kai. Kai pun mengangguk kemudian berpamitan pada Ibunya untuk tidur.

JanitraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang