47

67.3K 6.1K 179
                                    

"Persiapan nikah kita udah selesai semua," kata Reno yang duduk di kursi kemudi sambil senyam-senyum.

Agmi yang duduk di sebelahnya diem aja. Cewek itu masih kesel dengan ciuman buat foto prewedding tadi. Dia lebih jengkel sama dirinya sendiri karena cukup menikmati kecupan itu. Sejak kapan sih Agmi berubah jadi setan mesum begini?

"Akhirnya, bulan depan kita nikah juga."

Agmi melirik Reno yang senyam-senyum aja dari tadi. Sikap Reno dan bakat aktingnya benar-benar baik. Seolah cowok itu memang menikahi Agmi karena perasaan cinta. Itu bikin Agmi baper sekaligus kesel. Dasar internasional playboy!

"Sayang, kamu mau nggak mampir ke rumahku sebentar? Bibiku ngotot pengen ketemu kamu."

Tuh, kan. Dia manggil sayang tuh juga natural banget gitu. Ngeselin pokoknya.

"Bibi siapa?" tanya Agmi.

"Aku pernah cerita, kan? Aku punya asisten rumah tangga yang sudah aku anggap seperti ibuku sendiri. Namanya Bi Surti. Dia pengen banget ketemu sama kamu. Kemarin lusa dia sakit jadi nggak bisa ikut arisan. Dia minta aku ngajakin kamu ke rumah. Katanya dia sudah masak enak," jelas Reno.

"Oh, gitu. Boleh aja sih," angguk Agmi. Lumayan kan dia nggak perlu beli makan buat makan malam nanti.

"Oke, kalau gitu kita ke rumahku dulu ya."

Reno memutar setir agar mobil berbelok ke kawasan perumahan elit di Pakuwon City. Ternyata rumah Reno cukup dekat dekat rumah sakit sepuluh menit aja sebenernya, tapi Reno bilang dia harus berangkat satu jam lebih awal untuk menghindari macet.

Agmi jadi membayangkan bagaimana kalau dia pindah rumah nanti. Biasanya Agmi itu rasa males-malesan berangkat dines. Karena dari asrama koas ke rumah sakit cuman butuh waktu lima menit aja buat jalan, Agmi biasanya cuman butuh waktu lima belas menit untuk siap-siap. Kalau dia pindah rumah nanti berarti dua harus bangun lebih pagi dong. Duh, males banget.

Reno menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah mewah berpagar coklat. Agmi mengagumi kemegahan rumah itu dari luar. Yah, kayaknya nggak buruk sih kalau pindah ke rumah kayak gini. Bener apa kata Reno, rumahnya memang sebelas dua belas dengan rumah Rendi.

Agmi menoleh pada Renk yang tak kunjung turun dari mobil. Pria itu tampak tertegun karena melihat sebuah mobil Avanza warna silver berhenti di depan rumahnya. Itu kan mobil Arlin!

"Apa apa?" tanya Agmi.

"Itu mobil Arlin."

Agmi terbeliak. Dia menatap pada mobil silver yang terparkir di depan rumah Reno itu. Benar saja, tak lama kemudian Dokter Arlin turun dari mobil itu.

"Mau ngapain dia ke sini!" desis Reno. "Ya udah, ayo kita turun."

Agmi dan Reno turun dari mobil bersamaan. Netra Dokter Arlin tampak terbeliak ketika melihat kehadiran Agmi yang turun dari mobil Reno.

"Ada apa, Kak Arlin?" tanya Reno dengan senyuman ramah.

Arlin terdiam. Reno sudah lama sekali tidak memanggilnya dengan gelar itu sehingga membuatnya terkejut.

"Ng, anu ... aku hanya mampir sebentar untuk membawakan ini."

Arlin menunjukkan rantang makanan yang dia bawa. Agmi ingat rantang makanan itu juga yang dulu sering dia bawakan untuk Dokter Rendi. Namun setelah Agmi lulus dari sarjana kedokteran dan jadi koas, Agmi tidak pernah tampak batang hidungnya lagi di laboratorium penelitian Prof Sarwono. Ternyata kini orang yang menerima rantang makanan itu adalah Reno.

"Makasih banyak, Kak," senyum Reno sembari menerima rantang itu dari tangan Arlin. "Ayo masuk sebentar."

Sudah jelas omongan Reno hanya basa-basi saja. Wajah Reno malah jelas terlihat kesal. Biarpun bibir melengkung, tapi mata pria itu terlihat dingin. Sepertinya Arlin datang di saat yang tidak tepat. Tapi mau bagaimana sebab dia tidak bisa menghubungi nomor Reno, makanya dia nekat datang ke sini.

"Ah, nggak. Aku buru-buru ada urusan," kata Arlin akhirnya. Toh sia-sia saja kalau dia ikut masuk dia tidak akan bisa bicara dengan Reno karena ada Agmi yang ikut serta.

"Oh, gitu. Hati-hati ya, Kak."

Arlin menggigit bibir bawahnya. Keramahan Reno yang palsu itu membuat dadanya terasa amat sakit. Arlin lantas berpamitan dan langsung masuk ke dalam mobil. Dia tidak mau air matanya tumpah di depan Agmi.

Agmi terdiam melihat mobil Dokter Arlin yang sudah menjauh. Agmi bisa melihat dengan jelas di kesedihan di mata Dokter Arlin. Sepertinya wanita itu benar-benar mencintai Reno. Biarpun hubungan mereka salah tapi apakah adil jika mereka berakhir seperti ini?

***

Votes dan komen ya, Gaes.

Votes dan komen ya, Gaes

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Terpaksa Menikahi Dokter (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang