8

102K 8.8K 458
                                    

Agmi berjalan dengan canggung di sebelah Dokter Reno. Mereka dalam perjalanan menuju warung masakan padang di belakang rumah sakit. Padahal warung itu biasanya deket tapi Agmi udah jalan dari tadi nggak nyampe-nyampe. Suasana yang hening di antara dirinya dan Dokter Reno nggak enak banget rasanya.

Agmi diam-diam melirik Dokter Reno. Orang ini ngapain sih ngajakin Agmi beli nasi padang? Kalau butuh bantuan buat bawain kresek mestinya dia ngajak yang cowok, kan? Lah, Agmi sudah kurus dan kurang gizi begini malah yang dia ajak.

Masih teringat dibenak Agmi erangan-erangan penuh kenikmatan di belakang kamar mayat tadi yang bikin bulu keteknya merinding. Jijik! Itulah satu kata yang bisa dia definisikan buat Dokter kini berjalan berdampingan dengannya itu. Agmi benar-benar jengah. Bisa-bisanya pria ini melakukan hal seperti itu dengan wanita yang telah bersuami. Terlebih istri dari kakaknya sendiri. Ah, sudahlah itu bukan urusannya. Geleng Agmi.

"Agmi." Panggilan Reno itu membuat Agmi tersentak.

"Ya?" tanya Agmi yang kaget.

"Kenapa kamu ngelihatin saya dari tadi?" senyum Dokter Reno.

Agmi tertawa canggung aja. Emang dia dari tadi ngelihatin Dokter Reno? Agmi nggak sadar sama sekali.

"Saya tahu saya ganteng, tapi kalau dilihatin begitu terus, saya juga bisa malu."

Astaganaga! Kepedean banget nih orang. Ya, bener sih dia emang ganteng, tapi nggak usah. diomongin juga kali. Apa gunanya ganteng kalau nggak ada akhlak. Agmi hanya ketawa sinis aja. "Itu ada bekas muntahan di jidat, Dokter. Saya bingung gimana ngomongnya," tunjuk Agmi.

Reno terbeliak. "Apa? Muntahan?" serunya panik. Dia tadi buru-buru sih jadi nggak sadar kalau ketampanannya ternoda oleh muntahan pasien. Soalnya tadi emang ada pasien yang langsung muntah di depan dia gitu. Agmi tergelak melihat Reno yang kebingungan. Kayaknya dia nyari tissue gitu di saku snellinya.

"Tapi bohong," kekeh Agmi puas.

Dokter Reno jadi manyun. Sialan! Dia kira beneran. Tapi melihat senyuman Agmi yang terkembang itu, Reno nggak jadi ngambek. Uh, si Agmi ini kalau ketawa begitu manis juga.

"Ngomong-ngomong Agmi, kamu cekatan ya? Saya tadi lihat kamu bisa infus sendiri juga kumbah lambung sendiri. Beberapa koas padahal kelihatannya bingung mau ngapain, tapi kamu nggak. Kamu nggak kelihatan panik," puji Reno.

Bohong banget sih kalau bilang Agmi nggak panik. Dia tuh panik banget sebenarnya cuman emang Agmi bukan orang yang ekspresif. Naik roller coaster aja dia cuman ketawa-ketawa doang nggak bisa ngejerit sama sekali. Makanya dia selalu dibilang cool sama orang-orang.

"Dokter sendiri keren juga, Dokter kan tadi di belakang saya, tapi langsung tahu kalau pasien-pasien itu semuanya keracunan," kata Agmi.

"Yah, kelihatan jelas sih. Mereka pada pegangin perut. Terus pakai seragam yang sama dan rata-rata emak-emak, kayak habis acara arisan atau apa gitu di desanya. Kalau mereka datang barengan dengan kondisi seperti itu jelas ada masalah dengan makanan yang mereka makan," jelas Reno.

Agmi tercengang mendengar penuturan Reno. Wow! Dengan inspeksi sekilas begitu doang Reno bisa menentukan diagnosis pasien dengan tepat. Emang ya, residen emergensi medis itu keren. Selalu bisa mengambil keputusan secepat mungkin untuk menyelamatkan nyawa pasien. Namun rasa kagum Agmi yang sesaat itu kembali dihempaskan kenyataan kalau Dokter Reno itu PHO alias perusak hubungan orang.

Sadar, Agmi! Dia itu pebinor! Agmi memaki dirinya sendiri agar tidak lupa bahwa dokter yang berdiri di sebelah itu adalah sampah.

"Ngomong-ngomong, Agmi ini name tagmu."

Dokter Reno menyodorkan sebuah name tag kepada Agmi. Agmi terkesiap dan meraba-raba bajunya. Baru sadar dia kalau papan namanya itu sudah nggak menempel di snellinya. Sejak kapan? Kok dia nggak sadar?

"Aduh, terima kasih, Dokter," senyum Agmi penuh syukur. Harga ID card itu dua puluh ribu soalnya. Kan sayang banget bisa buat beli nasi bungkus dua. Kayaknya Dokter Reno jadi tahu namanya karena nemu name tag itu deh. Agmi menerima benda itu dari Reno dan memasangkannya kembali di saku dada sebelah kirinya.

"Ketemu di mana ini, Dokter?" tanya Agmi.

"Di gang belakang kamar mayat."

Netra Agmi terbeliak. Astaganaga! Jadi name tagnya jatuh di situ! Keringat dingin seketika membasahi dahi Agmi. Cewek itu menoleh dan memandang Reno yang tersenyum manis sekali padanya. Astaga ... jadi dia ketahuan? Jadi karena itu Dokter Reno ngajakin dia beli nasi padang? Sekarang Agmi sudah bisa menebak motif dan arah pembicaraannya dengan dokter IGD itu.

***

Perenggangan yak habis dua chapter bahas kasus, sekarang balik ke romance. 😘😘😘

 😘😘😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa votes dan komennya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa votes dan komennya

Jangan lupa votes dan komennya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Terpaksa Menikahi Dokter (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang