Chapter 1

1.1K 117 29
                                    




Disclaimer: Haru no Namida wo (Tears of Spring) adalah lagu milik dan dinyanyikan oleh Goose house.

*****

Hari demi hari, minggu demi minggu, dan beberapa bulan pun berlalu. Tak terasa sudah hampir setengah tahun lamanya Sasuke tinggal di panti asuhan Otoharu-ryo. 

Ia menatap langit kemerahan di atasnya dari balik kacamata yang dikenakannya. Suara burung gagak yang bertengger pada tiang lampu jalan terdengar memecah keheningan di sepanjang perjalanan pulangnya berjalan kaki dari sekolah hingga ke panti asuhan.

Panti asuhan, huh?

Mau bagaimanapun juga ia belum dapat memanggil tempat tinggalnya sekarang ini sebagai 'rumah'. Sejak dirinya dimasukkan ke Otoharu-ryo, ia sudah tak tahu lagi bagaimana nasib rumah keluarganya. Mungkinkah kerabatnya telah mengambil alih rumah itu atau menjualnya? Entahlah. Sekarang ini ia sudah tidak peduli mau diapakan juga.

Yang ia pahami kini hanyalah dirinya sudah tidak lagi memiliki 'rumah'.

Tempatnya untuk kembali pulang.

Sasuke menendang batu kecil yang menghalangi jalannya. Batu itu tak sengaja memasuki celah pagar besi rumah yang dilewatinya, menimbulkan bunyi kelentang yang cukup nyaring. Tapi ia tak memedulikan hal itu dan terus berjalan ke depan, seakan-akan seperti yang tak pernah terjadi apapun.

Hanya tinggal lurus menelusuri jalan ini dan belok ke kanan pada belokan ketiga maka ia akan tiba tak lama lagi di panti asuhan.

Ia memperlambat langkahnya, tak ingin terlalu cepat sampai di sana. Bukannya ia tak menyukai panti asuhan itu, justru malah kebalikannya, ia merasa cukup terkejut mendapati dirinya tidak lagi keberatan dengan kehidupan barunya di Otoharu-ryo.

Tiap harinya ia habiskan dengan pergi ke sekolah, makan malam bersama Iruka-san—staff panti satu-satunya yang awalnya ia tak ingat siapa namanya—dan anak-anak di panti asuhan, kemudian setelahnya mengerjakan tugas sekolah, lalu pergi menyendiri, dan akhirnya tidur. Sedangkan pada akhir pekan atau hari libur ia lebih banyak menghabiskan waktu di dalam kamar atau pergi ke suatu tempat.

Rutinitas yang membosankan sesungguhnya. Tapi ia tak keberatan dengan rutinitas tersebut. Waktu justru terasa berjalan lebih cepat ketika ia mengganggap semuanya biasa saja dan tak lagi berkeluh kesah. Tahun depan ia sudah akan lulus SMP dan masuk SMA, lalu setelah lulus SMA, ia akan dapat keluar dari panti asuhan dan mencari jalan kehidupan miliknya seorang.

Lalu berikutnya pertanyaan demi pertanyaan kembali muncul. Sesungguhnya kehidupan seperti apakah yang diinginkannya setelah keluar dari panti asuhan nanti?

Apa yang ingin dilakukannya?

Ingin menjadi apa dirinya?

Bahkan saat ini pun ia masih belum mengetahuinya. Pertanyaan-pertanyaan tentang masa depan ini, setiap kali ia coba bayangkan seperti apa jawabannya, semuanya terlihat blank. Seakan-akan seperti memberitahunya bahwa tidak akan ada masa depan bagi dirinya.

Sasuke menghela napas dan membenarkan letak kacamatanya. Ia mencoba untuk tidak berpikiran negatif seperti itu. Jalani saja apa yang ada sekarang dan biarkan angin berhembus kemanapun yang ia mau.

Ia kembali menghela napas untuk yang kedua kalinya.

Meski dengan langkah yang diperlambat, tetap saja pada akhirnya ia tiba juga di depan pintu Otoharu-ryo. Seketika wangi masakan kare yang cukup kuat dapat tercium dari balik pintu geser tradisional yang terbuat dari kayu itu.

Anak itu sedang membuat makan malam seperti biasanya dan malam ini menunya adalah kare. Itu adalah kesimpulan yang diambilnya dalam sekejap.

Tears of SpringWhere stories live. Discover now