[AG] - Five

2K 112 11
                                    


Mulmed: Fauzan Alta Binarama

°°°

"Rian Dirgantara."

"Hadir, Bu."

"Rijal Syahputra."

"Nggak masuk, Bu."

Bu Indira yang tengah mengabsen para muridnya, mengerutkan kening ketika mendengar celetukan seseorang. Dia mengangkat wajahnya dari buku absen siswa seraya membenarkan letak kacamatanya.

"Rijal kenapa nggak masuk?" tanya Bu Indira. Namun di kelas itu tak ada yang menjawab. Menunjukkan jika sang ketua kelas yaitu Rijal tidak masuk tanpa keterangan.

Bu Indira berniat untuk menuliskan kata 'Alfa' di samping nama Rijal, namun terurung ketika mendengar suara Andhika.

"Bu, barusan Rijal ngasih tahu saya kalo dia nggak masuk karena harus istirahat di rumah, Bu," kata Andhika dengan sesekali melihat layar ponselnya.

"Memang kenapa dia harus istirahat di rumah? Apakah dia sakit?" tanya Bu Indira lagi.

Andhika mengedikan kedua bahunya. "Sepertinya iya, Bu. Kemarin aja saya lihat dia abis makan bakso mang Didi pake sambel terasi dua centong. Mungkin dia berak-berak kali, Bu."

Seisi kelas tertawa mendengar kalimat yang dilontarkan oleh Andhika. Begitu juga para murid laki-laki yang menyoraki Andhika karena telah berkata seperti itu. Tapi tidak untuk Bu Indira yang malah melototkan matanya sebab Andhika telah mengucapkan kata-kata yang tidak sopan di depan guru.

"Andhika, ucapanmu itu tidak sopan sekali di depan guru," kata Bu Indira yang langsung membuat kelas menjadi hening.

"Loh, memang benar kok, Bu. Bukannya apa, tapi Rijal memang mengirimkan pesannya seperti itu. Dan saya hanya menyampaikan," jawab Andhika tanpa merasa bersalah.

Bu Indira menghela napasnya. "Memangnya kamu tidak bisa menyampaikan dengan bahasa yang lebih sopan kepada guru?"

Andhika tampak berpikir sambil mengusap-usap dagunya.

"Bisa aja sih, Bu. Tapi mungkin kalimatnya jadi seperti ini." Andhika berdehem sebentar. "Rijal nggak masuk karena dia BAB-BAB, Bu."

Seisi kelas kembali tertawa. Bukannya apa, namun Andhika mengucapkan kalimatnya bukan berdasarkan singkatan di kata 'BAB' namun Andhika memang benar-benar mengeja kata tersebut. Sehingga terdengar seperti Andhika menyebutkan kata 'bab-bab'.

Bu Indira semakin dilanda pusing. Menghadapi Andhika memang tidak cukup sekali, dan tentunya harus ekstra bersabar jika sudah menghadapi anak muridnya yang satu itu. Bu Indira kemudian menghentikan suara tawa mereka yang langsung membuat seisi kelas berhenti tertawa, meski sebagian dari mereka masih ada yang mengeluarkan suara, menyoraki Andhika.

"Oke, sudah cukup!" Bu Indira menatap seisi kelas dengan tatapan tajam. "Sekarang, saya akan membagikan Ulangan Harian Matematika kalian pada minggu kemarin."

Seluruh murid kelas 11 Akuntansi 3 sama-sama memperhatikan Bu indira dengan seksama. Menunggu ucapan selanjutkan dari Bu Indira.

"Seperti yang sudah-sudah, setelah Ulangan Harian saya akan membentuk kelompok belajar yang terdiri dari dua orang. Tentunya dengan materi baru yang akan kalian analisis bersama dengan kelompok kalian. Dan saya akan menentukan anggota perkelompok berdasarkan nilai dari Ulangan Harian kemarin."

Seisi kelas tampak menghela napasnya lelah. Ya, memang seperti itu cara mengajar Bu Indira. Membentuk kelompok belajar untuk menganalisis materi baru, sebelum gurunya sendiri yang menjelaskan. Secara tidak langsung, Bu Indira menyuruh anak muridnya untuk belajar sendiri. Murid-murid jadi berpikiran kalau Bu Indira ini tega sekali kepada anak muridnya. Walau tidak seperti itu juga, sebab Bu Indira hanya ingin anak muridnya bisa menganalisis sebuah materi supaya mereka jadi lebih pandai dalam menangkap materi ketika Bu Indira sendiri yang nanti akan menjelaskan.

Andhika's Girlfriend [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang