Lights Out

8.1K 383 64
                                    

Aerin pergi selama tiga hari. Dia membawa oleh-oleh sangat banyak dari Jakarta. Termasuk baju dan perlengkapan bayi untuk anakku yang masih ada di dalam kandungan.

"Lihatlah, Kak. Kaus kaki ini lucu sekali, kan?" Aerin menunjukan sepasang kaus kaki berwarna kuning untuk bayi dengan hiasan kepala Pikachu.

Aku mengangguk. "Iya, terima kasih. Ini lucu sekali. Anak Kakak pasti suka."

"Ini kakak Aerin yang pilihin. Habis kaus kakinya lucu-lucu, Aerin jadi bingung mau milih yang mana," katanya dengan penuh semangat. Aerin sangat baik padaku. Dia sudah menganggap calon anakku seperti keponakannya sendiri.

"Sabtu besok Sehun datang lagi, kan?"

Aku mengangguk, menata banyaknya oleh-oleh yang Aerin bawa ke keranjang. Setiap hari Sabtu Sehun pasti datang berkunjung. Padahal aku sudah melarang Sehun untuk mengunjungiku setiap akhir pekan. Jarak Jakarta Bandung lumayan jauh, belum lagi kalau terkena macet. Aku tidak ingin Sehun lelah, tapi anak ayam itu terlalu keras kepala.

"Ah, jadi gak sabar mau ketemu Calon Pacar." Aerin menangkup kedua tangannya di depan dada. Kedua matanya tampak berbinar. Tidak sabar menunggu Sehun datang.

Aku terkekeh mendengar ucapan Aerin barusan. "Gimana acara tunangan Kakak lo. Lancar?"

Aerin mendesah panjang. Wajahnya tiba-tiba berubah lesu. "Lancar apanya? Acaranya penuh dengan drama."

"Drama gimana?" tanyaku tidak mengerti.

Aerin menatapku. "Masa' ya, Kak. Mantan suami tunangan kakak gue tiba-tiba datang ke acara tunangan. Dia bilang kalau masih mencintai tunangan kakak gue itu."

Keningku berkerut. "Aneh sekali. Tapi tunangan kakak lo itu sudah resmi berpisah dengan mantan suaminya, kan?"

Aerin mengangkat bahu. "Katanya sih, sudah. Tapi entahlah, Aerin juga gak tahu. Mantan suaminya kayaknya masih cinta banget sama tunangan kakak gue itu."

Aku menghela napas, tidak pernah menyangka jika hubungan Kakak Aerin serumit itu. "Semoga semuanya lancar sampai hari pernikahan."

Aerin berdecak. "Ah, males banget. Aerin malah pengin pernikahan mereka batal."

Aku refleks memukul lengan Aerin pelan. "Hus, gak boleh ngomong kek gitu!"

Aerin memutar bola mata. "Bodo amat." Dia beranjak dari tempat tidur. "Waktunya minum susu, kan?"

Aku mengangguk.

"Aerin buatin, ya?" tawarnya.

Aku menggeleng. "Gak usah. Kakak bisa bikin sendiri."

Aerin mengibaskan tangan di depan wajahnya, seolah tidak terepotkan sama sekali. "Alah, gak pa-pa. Demi calon ponakan." Dia melenggang menuju dapur begitu saja. Aku lantas mengikutinya di belakang.

❤❤❤

Aku terkikik geli melihat Aerin yang mondar-mandir di depan pintu sedari tadi.

"Sehun kok belum datang juga, Kak?" tanyanya setelah melihat benda mungil bertali di pergelangan tangan kirinya. "Biasanya jam segini Sehun sudah datang," katanya tidak sabar.

Aku tersenyum. "Mungkin kena macet." Aku sebenarnya juga heran kenapa Sehun belum datang. Biasanya dia selalu datang tepat jam sepuluh pagi.

"Aerin udah cantik belum, Kak?" tanyanya lagi.

Aku memerhatikan penampilan Aerin dari atas sampai bawah. Aerin memakai kemeja putih yang ukurannya sedikit kebesaran di tubuhnya dan celana jeans yang robek di beberapa bagian. Rambut merahnya dia cepol asal memperlihatkan leher jenjangnya. Aerin sebenarnya cantik, tapi sayang, penampilannya urakan.

My Lovely TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang