"Kenapa kau datang sendiri Khun? Kenapa tidak gabung saja tadi?"
Singto hanya tersenyum dan melirik kearah Krist yang terlihat tersenyum mengejek kearahnya. Ingatkan Singto untuk tidak membiarkan Krist tidur di Apartemannya malam ini. "Bergabung saja dengan kami, khun. Malam ini ada yang membayar pesanan kami semua."
"Aku bersama temanku, apa kalian tidak keberatan?" Tanya Singto.
"Ahh, tidak apa. Aku akan mengatakannya pada temanku juga. Bukankah banyak orang dimeja makan akan semakin seru?"
Singto hanya tersenyum palsu dan menyetujuinya saja. Akan lebih merepotkan jika Ia tidak setuju.
Krist yang melihat Singto berjalan kearahnya hanya memasang senyum ejekan untuk mantan seniornya tersebut. "Kenapa Khun? Ada yang mengajakmu makan bersama atau Khun sedang mengumpat tentangku?"
Singto menepuk bahu Krist. "Mereka mengajakku bergabung, dan aku mengatakan jika aku bersamamu, dan mereka setuju-setuju saja."
Krist diam dan berdiri dari duduknya. "Ayo." Ujar Krist datar.
---------------------^_^
"Kupikir temanmu siapa Khun, ternyata Juniormu dulu yang magang."
Singto hanya tersenyum dan meminum minumannya. Mereka sudah selesai memakan makanan yang mereka pesan masing-masing. Dan sekarang, mereka hanya duduk dengan santai sebentar selagi menunggu pesanan Krist yang katanya membungkus untuk dibawa pulang.
"Kalian masih sering bertemu?"
"Masih, jika dia ada pekerjaan yang ingin Ia tanyakan padaku." Jawab Singto dengan datar.
Krist diam seraya menatap Singto.
"Ahhh kalau begitu sampai jumpa besok pagi diKantor, Khun."
Singto dan yang lainnya pun berdiri, mereka saling ber Wai dan juga melampai ringan. Tidak lupa Krist dan Singto pun tersenyum untuk kesopanan mereka pada orang yang sudah mentraktir mereka makan. Hahh hanya sebagai pelengkap saja.
"Tidak kusangka, teman kantormu masih mengingatku." Ujar Krist seraya mengambil tas kerja Singto dan membawanya. Dia membiarkan Singto membawa dua bungkus makanan yang Ia pesan tadi. "Siapa yang melupakan Cassanova yang menggoda wanita-wanita di kantor? Sampai-sampai semua kalangan wanita dikantor kau kencani semua." Ujar Singto dengan datar. Krist yang mendnegarnya mengerutkan alisnya. "Hei tidak semua, aku hanya mengencani beberapa. Setelah itu aku bertaruh denganmu, dan yahh aku lupa akan mendekati wanita-wanita."
"Aku mengalihkan fokusmu." Sahut Singto.
Krist mendengus dan memutar bola matanya, terserah Singto. "Aku fokus karena aku ingin tahu bagaimana dirimu dulu. Apalagi ada rumor mengatakan kau kekasih anak pemilik Perusahaan."
"Kau terpancing akan rumor? Dasar tukang gosip." Sindir Singto.
"Kau terlalu misterius p'Sing. Senyum palsumu terkadang membuatku kesal dan penasaran, apalagi perilakumu. Kau seperti orang yang bosan akan hidup."
Singto menyenggol bahu Krist dan menatap Krist dengan tatapan kesal. "Apa maksudmu aku bosan hidup?"
"Menatap jendela sendirian, makan di kantin sendirian, diam di atas balkon kantor sendirian, an juga berbicara dengan datar, ahh dan menatap datar akan semua. Kupikir kau butuh piknik atau kau bosan hidup dulu. Tapi semua hilang saat kau mulai membuka satu persatu dirimu padaku. Dan aku berpikir, mungkin kau terlalu muak atau terlalu lelah."
Singto tersenyum tipis, ahh dia tidak menyangka jika Krist memperhatiannya sedetail itu. Dia pikir, Krist hanya junior yang hanya mengajaknya bertaruh dengannya. Hahh lucu sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
We?
FanfictionMereka adalah dua anak manusia yang sedang berjuang dengan luka yang sama
Ss2 ep 4
Mulai dari awal