.
Jilan masih terjaga dari tidurnya saat mendengar seseorang mengetuk pintu kamar. Dia menaruh buku yang sedari tadi dibacanya ke atas meja dan buru-buru turun dari sofa untuk membuka pintu yang dikuncinya dari dalam. Berpikir yang di luar sana adalah Ikal yang telah kembali entah dari mana, Jilan lekas memutar knop. Dia hendak menggerutu pada Ikal mengenai dirinya yang rela menahan kantuk demi menunggu kepulangan Sang suami, tapi langsung mengurungkan niat begitu dia menyadari bahwa yang berdiri di hadapannya adalah Wira Lingkasa.
"Mana Ikal?" Wira bertanya tanpa basa-basi. Tubuh Jilan menegang menyadari aura Wira yang terasa tidak hangat seperti biasanya. Jilan berdeham canggung sebelum merespon.
"Ikal lagi keluar, Pah."
Wira melirik arloji di tangannya. Sudah nyaris jam sebelas malam. Wira kembali menatap menantunya itu.
"Kemana? Dari jam berapa?"
"Gak tau, Pah. Dari jam tujuh."
Terdengar helaan napas berat. Jilan meremas jari-jemarinya. Meski tidak tahu tujuan Wira mencari Ikal, hati Jilan tiba-tiba merasa tidak tenang.
"Dia bawa hp?"
Jilan mengangguk kala teringat Ikal sempat balik untuk mengambil ponsel yang pria itu simpan di dalam laci nakas sebelum pergi berjam-jam lamanya.
"Bawa, Pah."
"Yasudah, kamu tidur duluan aja. Jangan nungguin Ikal. Kalau lagi keluar, terkadang anak itu emang suka gak kenal waktu."
Wira hengkang dari hadapan Jilan yang keheranan. Jilan menutup kembali pintu, kemudian bersandar di sana. Wanita itu mengigit ujung jempolnya dan berusaha tenang dengan berpikir positif meski benaknya sibuk menebak apa yang tengah terjadi. Kenapa Wira mencari Ikal?
***
Terletak di jantung kota Jakarta, Astra Club menawarkan interior mewah yang begitu menawan dipandang mata. Selain memiliki furniture berlapiskan emas dan juga bangku cappellini warna senada, langit-langit ruangannya pun dihiasi lampu gantung dari kristal. Setiap kali lampu sorot terarah ke atas, maka ruangan otomatis akan berkilau.
Sosok Ikal ada di sana. Dia duduk sendirian di salah satu kursi yang membelakangi meja bartender dan tampak sibuk meneguk minuman di slokinya. Sepasang iris Ikal menatap khidmat ke arah lantai dansa. Di depan sana, suasana tampak riuh sekali. Semua manusia menari dalam jarak teramat dekat hingga menciptakan suasana yang begitu intim. Bahkan Ikal dapat menyaksikan ada beberapa lelaki mencuri kesempatan untuk menyentuh tubuh wanita yang berada di dekatnya, dan wanita tersebut pun seolah tidak keberatan. Ikal sibuk memperhatikan pemandangan di depannya, dia sama sekali tidak menyadari ada begitu banyak panggilan tak terjawab dari Wira yang terpampang di ponselnya yang dia letakkan di atas meja bar.
Night club memang paling ampuh untuk melepaskan stress yang kerap dirasakan Ikal. Kali ini dia datang ke sana dengan berbagai alasan. Ikal cukup stress memikirkan kekasihnya yang tak kunjung membalas pesan, Jihan bahkan tidak mau menemuinya ketika dia menyempatkan diri untuk berkunjung ke kediaman keluarga Han. Sepertinya Jihan marah besar perkara Ikal mengabaikan gadis itu di lapangan. Belum lagi tentang perkelahian dia dengan Rino. Ditambah dengan tingkah Jilan yang selalu membuatnya pusing.
***
Jarum jam yang berdenting di kesunyian ruang, membuat Ikal mengerjapkan mata berkali-kali. Obyek yang mulanya terlihat blur di netra, perlahan-lahan mulai jelas seiring kesadarannya yang memulih. Dan hal pertama yang dia lihat adalah langit-langit ruangan kamar apartemennya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH
RomanceIkal Lingkasa sangat membenci Han Jilan. Gadis itu telah menjadi duri di dalam hubungannya dengan Sang kekasih. Mereka menikah karena perjodohan yang dilakukan orang tuanya. Kebencian Ikal yang mendalam kepada Jilan, membuat pria itu selalu bersikap...