Ale mengelus rambut panjang Ai dengan penuh kasih. "Kita berjuang bersama, oke? Kita tidak berjauhan, sayang.. hanya berpisah sementara. Kejarlah impianmu dan aku akan menunggumu disini."
Ai menggeleng dalam pelukannya. Ale tersenyum getir. "Sayang.. Berjuanglah menggapai impianmu. Dan aku juga berjuang menunggumu. Berjauhan juga sama beratnya bagiku, Aisley.. tapi hal itulah yang akan membuat perasaan kita lebih berharga nantinya."
Ai menjauhkan dirinya dan menatap Ale kembali. "Kau tidak akan berselingkuh dariku kan Om?" Selidiknya dengan ekspresi lucu.
Ale terkekeh dan mencubit hidung Ai. "Seharusnya aku yang mengatakan itu! Jika kau sudah menjadi model hebat, pasti banyak pria yang ingin mendekatimu, sayang. Membayangkannya saja membuatku cemburu." Ale menangkup wajah Ai, menunduk dan mengecup bibir gadis itu sekilas.
"Tidak! Yahh,, meskipun banyak yang nantinya lebih tampan darimu, tetap hanya kau dihatiku. Percayalah!"
Ucapan Ai justru membuat Ale mendengus kesal dan Ai justru tertawa.
"Jadi bagimu aku ini kurang tampan heh?" Ale berpura-pura marah.
"Sedikit kurasa-kyaaaa!!" Ale langsung mengangkat tubuh Ai dibahunya.
"Kau perlu menerima hukuman, Aisley-ku sayang!" Ancamnya dengan seringai jahil.
"Dengan sepenuh hati akan aku terima hukumannya, Om-ku yang sedikit tampan." Jawab Ai tertawa dalam gendongan Ale.
Mereka kemudian masuk ke dalam kamar Ale. Terdengar suara tawa mereka yang keras kemudian beberapa saat lamanya berganti desahan-desahan halus.
-oOo-
"Tidak ada yang terlupa?."
"Tidak ada. Aku hanya membawa baju dan beberapa perlengkapan saja."
Pria itu mengangguk. "Baiklah, kita berangkat sekarang?."
Gadis itu tersenyum sedih. "Bisakah aku menolaknya?."
"Ayolah Aisley.." Ale mendekati gadis itu. "..kita sudah membahasnya. Kau tau ini juga berat bagiku." Ucap pria itu mengelus pipi Ai.
Gadis itu mengangguk pelan. "Aku mengerti. Maafkan aku, ayo kita berangkat." Dia kemudian menengadah dan memaksa tersenyum pada Ale.
Benar apa yang dikatakan Ale. Pria itu juga merasakan hal yang sama seperti dirinya. Jadi, tidak seharusnya dia menyerah sekarang.
Beberapa hari setelah keputusan mutlak dari kedua orangtua mereka, Ai menerima kabar bahwa dirinya berhasil dalam audisi dan harus menandatangani kontrak untuk masa uji cobanya.
Dan selama itu pula, Ai harus tinggal ditempat yang sudah disediakan agensi untuk para calon modeling lainnya yang nantinya akan dilatih dulu sebelum mendapatkan pekerjaan langsung sebagai model.
Yang membuat Ale kesal, kenapa kabar bahagia itu justru datang tepat setelah kedua orangtua mereka meminta ia berjauhan dari Ai?. Terlebih, tempat yang dimaksud oleh agensi Ai terletak diluar kota. Ale tentu tidak akan sekesal sekarang jika seandainya lokasi Ai tidak sejauh itu.
Ai hanya terkikik melirik wajah masam Ale yang terlihat enggan melepaskannya. Mereka masih berada dalam mobil, Ai hanya tinggal keluar dari sana dan bergabung dengan beberapa calon model lain-mereka berada didalam gedung agensi, tepatnya di loby yang berdinding kaca dan terlihat dari dalam mobil Ale.
"Aku boleh keluar sekarang? Atau Om ingin ikut masuk juga ke dalam?." Ucap Ai menggoda Ale.
"Tidak ada pilihan lain?. 'Kau tetap disini' misalnya." Balas Ale.
Ai tertawa. "Ayolah..." rengek Ai menarik lengan Ale.
"Satu ciuman. Maka aku akan membiarkanmu keluar dari sini." Ale menyeringai.
"Dasar curang!" Ai merenggut, tapi kemudian dia mencondongkan tubuhnya ke arah pria itu dan mengecup pipi Ale.
Ale menggeleng. "Tidak, bukan disitu. Tapi disini." Dia menunjuk bibirnya.
Ai memutar bola matanya kesal. "Asal tidak lama, oke?." Pintanya.
"Aku tidak bisa berjanji." Elak Ale tersenyum licik.
"Ayo cepat!." Ale berkata lagi karena melihat wajah Ai yang kesal padanya.
Mau tidak mau Ai menuruti pria itu, kembali mencondongkan tubuhnya ke arah Ale.
Sejujurnya, Ai hanya berniat untuk mengecup sekilas bibir pria itu, tapi seperti apa yang sudah diduganya, Ale menahan tengkuknya dan melumat bibirnya. Kini bukan lagi Ai yang mencium, tapi Ale yang menciumnya.
Mulanya juga Ai membiarkan aksi Ale pada bibirnya dan membalasnya, tapi ketika menyadari bahwa pria itu enggan melepaskan ciuman mereka sedangkan jam tangan Ai menunjukan dia harus berkumpul beberapa menit lagi, maka Ai mencoba mendorong tubuh Ale dan berusaha melepaskan ciuman mereka.
"Hmmmpphh! Hhmppp!" Protes Ai yang tidak bisa melepaskan tekanan tangan Ale dari tengkuknya.
Beruntung pria itu mengalah dan melepaskan bibirnya dengan nafas yang sedikit terengah antara keduanya.
Dan pria itu mendapatkan pelototan marah dari Ai, "Aku kelepasan." Ucapnya beralasan dengan terkekeh.
"Aku harus pergi sekarang." Ai kembali melembutkan ekspresinya.
Dia baru saja membuka pintu mobil sedangkan tangan satunya menyapukan tisu dibibirnya-tentunya mencoba menghilangkan bekas ciuman mereka yang membuat bibir Ai membengkak sedikit, ketika suara Ale terdengar lagi.
"Sering-sering menghubungiku, sayang..."
Ai menoleh sebelum benar-benar keluar dari mobil. Dia tersenyum, "Aku janji." Ucapnya kemudian keluar dari sana dan berlari pelan memasuki gedung agensi.
Ale memandangnya, terus sampai gerombolan para wanita itu keluar dari gedung dan memasuki sebuah bus besar yang sudah terparkir didekat sana sejak tadi. Sampai bus itu benar-benar menghilang, kini Ale menghela nafas panjang.
"Aku akan tersiksa karena merindukanmu." Lirihnya pelan kemudian menyalakan mesin mobil dan beranjak dari sana.
-oOo-
ToBeContinued
26 Oktober 2018
Maaf ya, update dikit..
Karena fokus utama ngerjain Tempting Of You yang versi novel.
Rencana nanti mau release Desember.Mohon dukungan dan semangatnya ya..
Serta saya meminta do'a untuk kelancaran proses persalinan nanti yang diperkirakan bulan November.Luv,
Ilka P.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tempting Of You
Romance#2nd Story of Series "Old Man's Love" *** Aleron Hilano West merasa begitu kesal dengan ibunya yang terus-terusan mendesaknya untuk menikah. Usianya memang dikatakan sudah lebih dari cukup untuk menikah, tapi Ale-begitu panggilannya- juga belum mene...