Guru Baru

78.6K 896 31
                                    

Aku berjalan dengan kesal menuju kelas. Sudah kupastikan jika hari ini aku benar-benar terlambat. Semua ini gara-gara Park Chanyeol. Sahabat kecilku yang paling resek. Semalam Chanyeol meminta ditemani menonton drama Korea. Aku sebenarnya sudah mengantuk sekali. Namun, cowok bertelinga lebar itu tidak pernah membiarkanku memejamkan mata sebentar saja. Chanyeol selalu berteriak heboh bila melihat adegan ciuman di drama Korea tersebut. Jika Chanyeol terus berteriak, mana mungkin aku bisa tidur?

Kuketuk pintu kayu di hadapan dengan takut-takut. Jam pertama hari ini pelajaran matematika. Pelajaran yang paling kubenci. Bisa aku bayangkan bagaimana wajah guru matematika berkepala botak bertubuh seperti karung beras yang terkenal galak di sekolah. Pak Joko pasti marah.

"Masuk!" Terdengar perintah dari dalam. Entah kenapa suara Pak Joko hari ini terdengar berbeda. Apa mungkin beliau sedang terkena flu karena sekarang musim penghujan?

Aku memasuki kelas sambil menundukkan kepala. Teman-teman sekelas seolah-olah sedang fokus menatapku. Mungkin mereka heran melihat wakil ketua kelas terlambat masuk sekolah.

Aku menarik napas panjang lalu mengembuskannya perlahan agar perasaan lebih tenang.

"Aeris Ariana, kamu terlambat lima belas menit!"

Aku mendongak, menatap lelaki tampan yang menyebut namaku, lalu melihat kanan kiri mencari Pak Joko. Di mana guru matematikaku yang menyebalkan itu? Apa Pak Joko berevolusi menjadi lelaki tampan yang saat ini sedang menatapku tajam. Apa dia guru baru?

"Aeris Ariana," ucap lelaki itu sedikit keras.

"Iya, saya," ucapku sambil menunjuk diri sendiri.

"Kerjakan soal yang ada di papan."

"Hah?" Aku refleks melihat papan tulis. Di papan tertulis soal matematika tentang logaritma yang sama sekali tidak aku mengerti. Apa-apaan ini? Masak pagi-pagi aku harus sarapan soal matematika? Yang benar saja.

"Saya tidak bisa, Pak."

"Itu sudah soal yang paling mudah, Aeris. Masak kamu tidak bisa mengerjakannya?"

Aku menggaruk kepala yang tidak gatal. Aduh, siapa sih, nih orang? Menyebalkan sekali. Bahkan lebih menyebalkan dari Pak Joko. Aku memang tidak bisa mengerjakan soal itu.

Chanyeol tertawa geli melihatku yang mati gaya di depan kelas. Dasar sahabat durhaka!

"Saya sungguh tidak bisa mengerjakan, Pak."

Lelaki yang tidak kuketahui namanya tersebut mengembuskan napas panjang. "Kamu bisa meminta bantuan teman untuk membantu mengerjakan soal di depan."

"Bapak serius?" tanyaku kelewat semangat.

Dia mengangguk.

Asyik! Aku pun segera menghampiri Chanyeol.

"Ngapain lo?"

"Menurut lo?" Aku langsung menyeret Chanyeol untuk membantu mengerjakan soal di depan kelas.

Rasakan pembalasanku!

Sudah sepuluh menit lebih aku dan Chanyeol berdiri di depan kelas. Kami berdua sangat payah di mata pelajaran matematika. Yang kami lakukan sedari tadi hanya diam, memandang soal di papan. Teman-teman menertawakan kami di belakang, tapi aku tidak peduli. Setidaknya aku tidak malu sendirian di depan kelas

"Kampret lo, Ai." Chanyeol berbisik.

"Lo lebih kampret dari gue," balasku ikut berbisik.

"Sialan, ini apa coba?" gerutunya memandang soal kesal.

"Soal matematika ini enaknya diapain ya, Chan?"

"Dicincang-cincang, diberi saos, lalu dirica-rica, pasti rasanya enak, tuh."

My Lovely TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang