MUB-16
Sakura melongo melihat nominal angka yang tertera di rekeningnya. Jumlah nolnya meningkat tajam. Ia sampai menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya. Sasuke ternyata tak main-main dengan ucapannya. Padahal ia belum sepakat untuk setuju.
"Ternyata dia gak lagi bercanda" ucap Sakura malas. Dia lalu melemparkan ponselnya setelah berhasil mengetahui jumlah saldonya.
Bohong kalau Sakura tak bahagia mendapat rejeki nomplok. Satu banding seribu jika ada gadis yang menolak tawaran itu. Apalagi hanya bertugas untuk menemani datang ke kondangan . Dibayar gede, dapat makan gratis lagi. Siapa yang gak mau coba? Munafik kalau lo gak mau!
"Mungkin buka usaha 'Biro temen kondangan' boleh juga," gumam Sakura sambil tersenyum miring.
Tapi yang jadi pertanyaan Sakura adalah, kenapa Sasuke rela mengeluarkan uang yang tidak sedikit hanya demi sebuah hal konyol? Sebegitu pentingkah kondangan kali ini? Apa Sasuke tidak punya gadis lain yang mau diajak kesana? Kenapa harus dirinya?
Atau Jangan-jangan Sasuke punya Pobhia datang ke kondangan sendirian karena pernah di tinggal nikah ceweknya? Bisa jadi sih.
"Hah..bodo amatlah cuma kondangan ini, yang penting sewa kosan gue lunas sampai tiga bulan ke depan," ucap Sakura bahagia.
****
Pemulihan kulit Ino tergolong cepat. Dalam beberapa hari, lukanya sudah berganti kulit yang baru. Tapi Ino masih takut keluar rumah. Takut kalau ketemu mas-mas yang kemarin minta ganti rugi.
"Ino?" Sakura memanggil Ino yang lagi asik mendengarkan musik di teras depan.
"Hem?"
"Punya baju yang pantes buat kondangan gak, pinjem dong?"
Ino mengernyit. Nggak Tenten nggak Sakura kenapa pada sibuk ngurusin kondangan dari kemarin. Memang siapa sih yang nikah?
"Lhah kemarin bukannya lo ke Mall sama Tenten? Beli apa emang?"
"Itu Tenten yang beli, bukan gue. Gue cuma nemenin belanja aja."
Ino berfikir sejenak, "Kalau Lo pake baju gue yang ada kegedean Ra, beli aja yang baru, gue temenin."
Bener juga kata Ino. Mumpung ATM ada isinya. Harus di manfaatkan bukan. Sekalian tlaktir Ino dan Tenten.
Berhubung Tenten lagi ngampus, traktirannya besok aja. Lagipula nanti malam mereka juga akan pergi ke kondangan bersama.
"Oke No, gue masih punya waktu empat jam nih, tapi Lo masuk kerja gak hari ini?"
"Enggak Ra, gue libur, si bos nyuruh tutup kafe khusus hari ini."
"Serius?"
Ino mengangguk. Angin apa yang membuat Sasuke tiba-tiba membuat jadwal liburan mendadak? Bukankah dia sering mengatakan waktu adalah uang. Bahkan Sasuke pernah marah gara gara kafe sempat tutup satu jam akibat ada kebakaran kecil di dapur.
"Ya udah temenin gue!"
Berhubung motor Ino masih betah nginep di bengkel, terpaksa mereka pesan taksi online untuk sampai tempat tujuan.
Ketika sedang asik menunggu mobil datang, tiba-tiba ada yang ketok-ketok di pagar depan kos.
"Sakura, itu si Bos?" Tunjuk Ino ke orang yang berdiri di balik pagar.
"Lhah..mau ngapain dia?"
"Samperin sana!"
Sakura pun menghampiri Sasuke yang sudah memperhatikannya sejak tadi.
"Mau ngapain? Kan kondangannya masih ntar malem."
Sasuke menghela napasnya kasar.
"Lo gak baca pesan gue?""Hah pesan?" Sakura langsung buru-buru mengecek notifikasi ponselnya. Dan benar, ada pesan dan panggilan tak terjawab dari Sasuke.
Si Bos
Siap-siap!..gue jemput Lo sekarang!Itu isi pesan Sasuke.
"Berangkat sekarang emang mau kemana? Jamnya dirubah?" Tanya Sakura heran.
"Pokoknya Lo ikut gue sekarang."
"Gak bisa gitu, gue kan harus siap-siap dulu," kata Sakura. Ya kali ke kondangan gak dandan dulu.
"Udah jangan cerewet."
Sasuke pun menarik tangan Sakura dan mendorongnya masuk ke dalam mobil.
"Sas, kita mau kemana?" Sakura panik. Lagi dan lagi Sasuke melakukan pemaksaan. Dasar menyebalkan.
"Udah diem!"
"Tapi mau kemana dulu?"
Sasuke tak menggubris kata-kata Sakura. Ia lalu masuk ke dalam mobil dan melaju cepat meninggalkan Ino yang meneriaki Sakura dari balik pagar kosan.
"SAKURA LO MAU KEMANA!!!! HOEYY SAKURA!!"
Maaf Ino sayang.
****
Kini Sakura duduk di depan sebuah cermin besar. Di samping kirinya sudah berdiri mas-mas yang tangannya memegang suatu alat yang biasanya banyak di temui di salon.
Tangan mas-mas itu perlahan mulai menyentuh rambut Sakura.
"Stop! Lo mau apain rambut gue!" Kata Sakura sambil memegang rambut pendeknya.
"Aduh cinta, gue mau bikin Lo cantik hari ini," kata cowok gemulai itu.
Anjir bencong! Sakura sedikit kaget.
"Tapi rambut gue udah bagus gak usah diapa-apain lagi," kata Sakura sambil menatap horor catokan rambut yang di pegang cowok itu.
"Coba deh lihat diri Lo." Cowok gemulai itu membalikkan badan Sakura sehingga tubuhnya kembali menghadap cermin. Kini Sakura bisa melihat wajahnya dengan jelas.
"Rambut Lo itu lurus, tipis, agak kering, gampang patah adduuww..ini rambut atau bihun belom direndem!" Ujar cowok itu sambil mengurai rambut Sakura dengan jari lentiknya.
"Apa Lo bilang? BIHUN??" Sakura langsung mengepalkan tangannya erat erat. "Boleh gak, gue catok bibir Lu? Sialan."
"Duh jangan marah dong. Pokoknya nurut sama eike cinta, Lo bakalan cantik malam ini."
"Ta.. tapi??" Sakura mulai berontak.
"Nurut sama dia atau gue botakin kepala Lo?" Suara Sasuke terdengar dari arah belakang. Sakura langsung begidik.
"Gue bisa dandan sendiri! Ngapain Lo bawa gue ke tempat ini?" Sakura protes.
"Biar lo gak malu-maluin gue di acara nanti."
Anjir Sasuke jujur banget. Boleh sleding mulutnya gak?
"Gue serahin ke Lo, Dei," perintah Sasuke ke cowok pemilik salon itu.
"Okey handsome, percayakan semua ke gue," kata Deidara percaya diri.
Sakura pasrah.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY UNIVERSE BOS (PDF)
FanfictionSTATUS REPUBLISH (60 chapter tamat) Sakura kesal karena gaji bulanan yang biasanya ia terima belum juga masuk ke rekening. Ia terpaksa berbicara dengan bosnya-- seseorang yang belum pernah ia temui sebelumnya, untuk meminta kepastian. Sakura tak men...