Kamis, 22 Februari 2018, 11.24 AM.
Anka duduk di kursi tunggu rumah sakit sambil melihat foto- foto TKP yang sudah dicetak dan disatukan di dalam folder dengan rapi oleh Jenny. Wanita itu ternyata bisa diandalkan, pekerjaannya juga rapi. Anka tersenyum puas saat mengingat kerapian Jenny, tetapi kemudian wajahnya berubah masam saat mengingat Kayra. Gadis itu bahkan tidak mengerti pengetahuan dasar tentang wine. Kemarin ia harus bersusah payah menjelaskan berbagai hal pada gadis itu, membuang- buang waktunya yang berharga.
Saat Anka mulai tenggelam dalam pikirannya sendiri, seseorang melambaikan tangan di depan wajahnya, membuat pria itu tersadar. Ia segera mendongak dan menemukan seorang pria yang mengenakan jas dokter berdiri di depannya sambil tersenyum, mengulurkan sebuah amplop besar berwarna coklat, "Ini adalah hasil cek darah Nona Keisha Zea. Kadar alkohol dalam darahnya cukup tinggi. Kami juga sudah menghubungi pihak keluarga, dan keluarganya berkata bahwa tidak ada yang boleh melakukan apapun pada jasad Nona Keisha sebelum mereka melihat langsung."
Dengan sopan Anka mengucapkan terima kasih, membuka amplop yang diberikan oleh dokter itu. Ia melihat angka- angka yang tertera pada kertas di dalam amplop, lalu berdiri, "Bagaimana dengan barang- barang pribadinya? Apakah ada barang yang bisa dijadikan petunjuk?" Dokter itu berpikir sejenak, kemudian menjawab, "Kami menemukan sebuah dompet, yang memudahkan kami mengidentifikasi Nona Keisha, tapi tidak ada barang lain yang kami temukan. Kami bahkan tidak bisa menemukan ponselnya."
22 Februari 2018, 01.00 PM.
Kayra memperhatikan seorang gadis berkulit sawo matang yang sedang membuat teh di meja makan yang terletak di ruang makan staf hotel. Gadis itu memiliki rambut panjang hitam dan mata besar yang indah, membuat Kayra tanpa sadar melihat matanya sendiri lewat kamera ponsel, memperlihatkan mata sipitnya yang sekarang berkantong hitam. Gadis bermata besar itu melihat ke arah Kayra yang sedang duduk di kursi yang ada di sudut ruangan, lalu mengambilkan segelas air untuk Kayra. Ia berjalan mendekati Kayra dengan hati- hati, mengulurkan gelas berisi air, "Anda pasti lelah. Silakan diminum."
Sambil tersenyum Kayra menerima gelas itu, "Terima kasih." Gadis itu tersenyum lebar. Mereka berkenalan dan saling menceritakan pekerjaan mereka. Gadis berkulit sawo matang itu adalah orang Bali asli, yang tinggal di Jakarta sejak ia lulus kuliah. Pyrallis Eleanor, gadis Bali itu, adalah seorang Sommelier[1] yang sudah bekerja di hotel itu selama 3 tahun.
Kayra dan Pyrallis mengobrol selama beberapa menit, sampai kemudian Pyrallis berkata bahwa Keisha adalah sahabatnya. Kayra menatap Pyrallis dengan terkejut, tidak menyangka akan mendapat informasi yang cukup penting secara tiba- tiba tanpa susah payah, lalu menepuk- nepuk pundak gadis itu dengan lembut, berusaha untuk menghibur. Tiba- tiba seseorang masuk ke ruangan itu dengan terburu- buru. Kedua gadis itu menoleh ke arah pintu.
Anka masuk ke dalam ruangan dengan wajah gusar. Ia menatap Kayra dengan tajam, "Kau. Cepat cari seorang Sommelier yang bekerja di hotel ini. Kita memerlukan bantuan ahli untuk ini." Jenny masuk ke ruangan setelah Anka, dengan tangan bersarung tangan, memegang tiga botol kaca untuk wine yang disimpan di dalam kamar nomor 5203. Wanita itu meletakkan botol- botol itu di atas meja makan yang ada di tengah ruangan. Seorang polisi mengikutinya, membawa dua botol lain yang masih penuh, lalu meletakkannya di meja makan, di sebelah ketiga botol yang lain. Kelima botol itu memiliki bentuk yang berbeda, dengan warna wine yang berbeda. Salah satu botol sudah kosong dengan sedikit sisa, botol yang ditemukan Kayra diatas meja kerja kamar 5203.
Pyrallis beranjak berdiri dari tempatnya di sebelah Kayra, memperkenalkan dirinya pada Anka dan mengatakan bahwa ia seorang Sommelier. Anka menatap Pyrallis dengan sedikit terkejut, lalu mengangguk. Anka mempersilakan Pyrallis mendekat, "Kami mohon bantuan anda. Bisakah anda membedakan wine- wine ini dan kadar alkohol di dalamnya?"
YOU ARE READING
Malefactor
General FictionSeorang gadis yang bekerja di sebuah hotel di Jakarta Selatan terjatuh dari lantai 52 pada suatu Hari Jumat di bulan Februari 2018. Bunuh diri? atau pembunuhan?