Never Let You Go (3)

345 16 4
                                    


Gintoki masih terkesiap ditempatnya, masih tidak percaya dengan indera penglihatannya.

"Shou...Shouyou sensei!!?"gumamnya pada diri sendiri.

Sosok Shouyo Yoshida masih tersenyum di depannya, tangannya masih mengulur di depan dengan telapak tangan yang terbuka seolah menunggu Gintoki untuk meraihnya.

"Shouyou sensei... Benarkah itu kau?" Ucapnya masih tak percaya, pandangannya menuju ke tangan Shouyou sensei.

Shouyou menganguk pelan ditengah cahaya yang meneranginya. Ia memberi isyarat Gintoki untuk mengikutinya.

Meskipun Gintoki masih bingung dengan ajakannya tapi karena itu sosok Shouyou Yoshida, guru yang sudah mengajarinya banyak hal, orang yang ia hormati seumur hidupnya bahkan nyawanya pun ia rela berikan demi seorang Shouyou Yoshida karena gurunya itu juga sudah melakukan banyak pengorbanan untuknya yang dulu hanyalah seorang anak kecil yang tangannya penuh dengan lumuran darah.

Ketika Gintoki berusaha mencapai uluran Shouyou sensei, tiba-tiba saja pria itu mundur dari posisinya semula, semakin Gintoki mendekat semakin Shouyou menjauh. Tidak mengerti dengan situasi itu, terlintas beberapa pertanyaan di benak pria perak itu tapi jaraknya dengan Shouyou semakin jauh, tangannya berusaha menggapai dan langkah kakinya semakin cepat memotong jarak antara mereka, Gintoki tidak ingin untuk ke sekian kalinya kehilangan gurunya apalagi rasa bersalahnya yang selalu menghantui seumur hidupnya karena dia yang secara langsung dan tragis mengeksekusi gurunya walau dalam keadaan terpaksa.

Gintoki mencoba mengeluarkan suaranya yang seakan tertahan di tenggorokannya, berkali-kali ia meneriakkan nama gurunya tapi percuma, namun hanya bisikan yang keluar dari mulutnya. Sosok Shouyou yang masih tersenyum masih melambai kearahnya, Gintoki pun semakin cepat berlari.

Ketika jaraknya semakin dekat, tiba-tiba saja langkahnya berhenti, terhenti tepatnya ia menoleh ke jarinya yang seolah-olah menahannya untuk bergerak, ia terbelalak, ada beberapa helaian rambut pirang yang terikat di jari manisnya, helaian pirang bercahaya itu mengikat kuat di jarinya.

Gintoki menatap ikatan itu dengan  seksama sekaligus bingung kenapa ada helaian rambut yang terikat dijarinya, apa yang terjadi sebelumnya sehingga benda pirang itu ada dan menghentikannya mengejar gurunya.

Semakin ia memikirkannya Kepalanya kembali berdenyut.

"Gintoki...."

Lamat-lamat indera pendengarnya menangkap dari kejauhan suara seorang perempuan memanggil namanya.

Gintoki mencoba mencari asal suara tapi mata ikannya tidak bisa melihat apa-apa dikegelapan itu.

Pria perak itu bingung, ia menoleh ke depan, sosok Shouyo Sensei sudah memudar dari pandangannya seiring kegelapan, ia mencoba melangkahkan kakinya sekali lagi mengejar Shouyou tanpa arah tapi helaian pirang itu tetap saja menahannya.

Gintoki mencoba memutus helaian pirang itu, dengan sekuat tenaga ia menarik kuat dengan kedua tangannya tapi percuma karena helaian itu sangat kuat terikat di jarinya.

Ditempat yang serba gelap dan tidak dia ketahui ini Gintoki tidak bisa berpikir dengan jernih apa yang baru saja terjadi, kenapa dia ada berada di tempat ini, kenapa dia bisa bertemu dengan Shouyou sensei kenapa dia menjauh darinya terus kenapa ada helaian pirang sangat kuat terikat di jari manisnya, apa dia sudah mati? Ia mengacak-acak rambut ikalnya, frustasi.

"Shouyou sensei...." Lirihnya pelan.

Sementara ia masih memikirkan apa yang terjadi, tiba-tiba saja jarinya yang terikat helaian pirang itu seolah-olah ada yang menariknya semakin kencang.

Helaian pirang itu memanjang bercahaya dari  kegelapan tempat Gintoki sebelumnya sampai mengarah ke jarinya.

Ditengah rasa kalutnya itu sekali lagi ia mendengar suara yang memanggilnya.

"Tidak mungkin...." Gumamnya.

Suara itu semakin lama semakin dekat, perlahan sosok perempuan itu mendekat, mata Gintoki terbelalak menatap perempuan itu.

"Tsu..Tsukuyo...!" Gintoki tercekat saat perempuan itu mulai mendekat ke arahnya.

Gintoki menatap Tsukuyo dengan tatapan heran dan perasaan campur aduk, terlebih lagi ia semakin kaget saat melihat helaian pirang yang dari tadi mengikatnya berasal dari jemari halus perempuan itu yang terikat dengan helaian rambut peraknya.

Sosok Tsukuyo yang dilihat Gintoki pun melangkah mendekat ke hadapannya.

"Tsukuyo....??" Lirih Gintoki seraya mengangkat tangannya menyentuh sisi wajah Tsukuyo.

"Bodoh... Kau bodoh Gintoki...!!" Isak Tsukuyo disela tangisannya.

"Oiii kau terlihat kucel kalau menangis!!" Tegurnya sambil mengusap air mata di pipi Tsukuyo pelan.

Tsukuyo langsung memeluk erat Gintoki kepelukannya.

"Bodoh.. Hiks... kembali lah Gintoki, semua orang menunggumu...." Kata Tsukuyo didada Gintoki.

Gintoki terdiam sedikit terperanjat.

"Tsukki Aku bertemu dengan Shouyou sensei.." Ucapnya sedikit senang memberitahu perempuan  yang ada didekapannya itu.

Tsukuyo semakin mempererat pelukannya setelah mendengar pengakuan Gintoki.

"Tsukuyo sepertinya Shouyou sensei menginginkan aku untuk mengikutinya" kata Gintoki lagi tanpa mengerti kenapa perempuan itu memeluknya dengan erat.

Tsukuyo menggeleng cepat dipelukan pria itu, seakan menolak semua yang baru saja dikatakan Gintoki.

"Sadarlah Gintoki tempatmu bukan disini, ini bukan saat yang tepat untuk kau pergi" Tsukuyo terdiam sejenak masih terisak dan masih bersandar didada tegap pria itu "semua orang menunggumu Gintoki, apa kau mau meninggalkanku? Apa kau melupakan janjimu?  Lagipula apa kau melupakan ini?" Tanya Tsukuyo menuntut sambil menunjukkan helaian perak yang terikat di jari manisnya.

Gintoki tertegun, sebenarnya ia masih bingung dengan situasinya sekarang tapi melihat apa yang ditunjukkan Tsukuyo membuatnya menyadari sesuatu.

Gintoki merentangkan tangan kanannya yang terikat helaian pirang  didepan Tsukuyo. Perempuan pemilik rambut pirang itu tersenyum kecil, ia senang pria itu mengingat janji mereka sebelum pergi melindungi shogun, Tsukuyo ikut merentangkan tangannya yang juga terikat helaian rambut perak, perlahan ia menelusupkan jari-jari lentiknya disela jemari Gintoki. Ia menggenggam erat tangan itu dengan segenap hati dan tenaganya seolah tidak akan membiarkan Gintoki lepas darinya lagi.

Cahaya dari helaian rambut yang mengikat janji di jari mereka tiba-tiba saja  bersinar sangat terang saat tangan mereka menyatu, tempat mereka yang semula gelap gulita menjadi terang benderang seketika.

TBC

Never Let You Go (completed)Where stories live. Discover now