Near... far... wherever you are...
I believe that the heart does go on...
Once... more... you open the door
You're here in my heart and...
My heart will go on and on...
"Love can touch us one time and last for a lifetime..." Adam tiba-tiba berada disebelahku, langsung mencopot earphone disebelah kupingku dan meneruskan lagu yang kudengarkan melalui suaranya. Jika kalian mendengar suara Adam, mungkin tak semerdu alunan suara milik penyanyi berkebangsaan Prancis, Celine Dion, tetapi bisa kuyakinkan perempuan manapun yang dinyanyikan dengan tatapan langsung seperti yang ia tujukkan padaku membuatku... ah sudahlah."mungkin kau bisa meneruskan suaramu melalui ajang pencarian bakat. Harus kuakui kau memiliki suara yang... ya, bisa kubilang skala 1 sampai 10 kuberi nilai 9" ujarku yang memberikan komentar jujur mengenai suaranya.
"aku tak ingin bernyanyi dihadapan banyak orang, jika orang yang saat ini berada disebelahku sudah cukup terpukau."
"am i?"
"you are..."
"baiklah, harus kuakui tak hanya paras dan tubuhmu yang mengesankan."
"kau harus mengakuinya dihadapanku, sekarang"
"baiklah, harus kuakui sekarang... aku lapar, bisakah kau tolong memesankan makanan untukku?" ujarku dengan senyum lima jari dan membuat gerakan menaik turunkan mata secara intens, entah ini yang disebut tatapan memohon dengan sok imut, aku tak bisa melihat wajahku sendiri saat ini.
"whatever you want princess"
"hey!" setelahnya ia langsung berjalan menuju kasir dan memesan makanan cepat saji. Setelah pulang sekolah aku memutuskan untuk tidak kembali pulang kerumah dulu atas ajakan Adam. Anggaplah ini sebuah kencan, aku harus pelan-pelan menapaki keadaan dimana tak ada lagi nama Arseto dalam hidupku. Aku tak ingin lagi bertanya mengapa dan apa, mengingat kami tak memiliki status yang mengikat, tak ada hak untukku menanyakan sesuatu yang bukan menjadi urusanku dengan kehidupannya. Walaupun perasaanku masih mengatakan untuk tetap peduli terhadapnya, dan penasaran apa yang terjadi dibulan-bulan tanpa kehadiranku... I believe that the heart does go on...
Aku terkejut tiba-tiba Adam mengusap pipiku dengan tangannya, setelah ia mencopot sumpalan earphone dikedua kupingku. "ada apa, Lif? Mengapa kau menangis?" Adam tampak terlihat khawatir dengan linangan air mataku yang tiba-tiba mengalir, dengan segera kuseka mataku dengan kedua tangan.
"oh tak apa, aku hanya terbawa perasaan dengan lagu ini. Entah mengapa aku terlalu mendalami liriknya, hingga tak sadar aku sudah tenggelam." Dengan sadar lagu ini membuat bayangan tentang hubunganku dengan sosok Arseto memenuhi isi pikiranku, sepertinya aku membutuhkan air meneral agar menetralkan isi pikiran dan perasaan.
"Arseto?" tiba-tiba Adam menyebut namanya, membuatku berucap dalam benak 'apakah Adam memiliki kemampuan membaca pikiran seseorang?'
"mmh... sepertinya aku harus ke toilet, membasuh wajah agar tak terlihat seperti orang menyedihkan yang dikira oranglain sedang ada masalah pergolakan batin, yang ternyata hanya karena lirik lagu. Aku segera kembali" dengan cepat langkah ini menuju ke toilet. Setelah keluar dari bilik toilet, betapa terkejutnya aku dengan kehadiran Adam yang sudah menggendong tasku dan membungkus makanan yang baru saja dipesan.
"sepertinya aku sedang tak ingin makan dengan suasana restoran disini. Bagaimana jika kita kebioskop, memilih film yang bagus, dan memakannya saat film diputar?" ujar Adam yang tampak aneh menjelaskannya kepadaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
alifian
Teen FictionAlifian Permadi adalah salah satu dari sekian banyaknya remaja-remaja didunia ini yang memiliki kisah pribadinya sendiri. Kisah kehidupan keluarga, pertemanan, persabahatan hingga percintaan dialaminya layaknya problematika kehidupan biasa. P.s. T...