Bab 1. Putus

522K 33.4K 643
                                    

"Hoi..." Romeo menepuk bahu Kevin. Cowok itu berdecak tanpa mengangkat kepala. Tetap menunduk dan tampak kacau. Romeo heran. Tidak biasanya Kevin kacau seperti ini. Cowok dingin itu biasanya tidak pernah menunjukkan ekspresi berlebihan. "Kenapa lo? Citra kemana? Tumben nggak ikut lo?!" Romeo mengernyit sembari mengedarkan pandangannya. Mengira Citra sedang ke kamar kamar kecil atau ke supermarket.

"Diam!" Perkiraan Romeo sirna. Melihat wajah kaku Kevin, menunjukkan hal yang tidak biasa, alias sebuah masalah terjadi.

"Berantem sama Citra?"

Kevin berdecak sebal.

"Atau putus sama Citra?"

Romeo tak berhenti menebak. Meskipun Kevin dan Citra baru jadian beberapa hari, tetapi kedua sejoli itu tidak pernah terpisahkan seperti ini. Citra biasanya mengekori Kevin. Cowok itu memaksa Citra harus ikut dengannya kemana pun pergi.

Bukan sepenuhnya keinginan Citra ikut dengan Kevin. Tetapi paksaan cowok itu tidak bisa di elakkan lagi. "Diam, sialan!" Kevin memaki. Menggeram emosi dan mengepalkan kedua tangan.

Romeo terkikik geli. Cowok temperamental itu paling bawel jika sedang ditimpa masalah. Uring-uringan dan menjadikan apa saja di sekitarnya sebagai pelampiasan. Seperti saat ini, Kevin menekan-nekan layar ponsel dan memaki. Seolah benda ditangannya itu penyebab masalah yang dihadapinya.

"Kalau masih sayang, bilang aja kali, Vin. Jangan dipendem dan biarin dia pergi." Romeo masih mengompori. Kevin menatap tajam, lalu beranjak dari sana. Sama sekali tidak mengubris Romeo. Cowok itu menatapnya polos, seolah perkataannya tidak berefek apa-apa setelahnya.

Tepat ketika Kevin berdiri hendak meninggalkan Romeo yang berisik, Barta dan Stef muncul dengan wajah bahagia. Kevin mengabaikan mereka, tetap meninggalkan ruangan tersebut dengan wajah datar dan tangan dimasukkan ke dalam kantong.

"Kenapa dia?" Tanya Stef. Romeo hanya mengangkat bahu. Lalu mereka bertiga duduk santai di sofa. "Seriusan si kunyuk itu mau pulang?" Stef meradang. Kevin tak kunjung kembali menghampiri mereka setelah lima belas menit berlalu.

"Putus kali dia sama Citra, makanya dia gaje begitu." Romeo mengutarakan tebakannya.

"Eh, serius?" Barta langsung menyahut dan mengerutkan dahi.

"Terus apa masalahnya kalau mereka putus?" Stef berujar polos. Memandang kedua sahabatnya secara bergantian.

"Anying. Dia galau!" Romeo memutar bola mata.

"Kevin cinta sama Citra maksud lo?! Nggak mungkin lah!" Stef masih tidak percaya. Menenggak soda dari kaleng hingga tandas setengah.

"Lo aja bisa cinta sama Bu Nina!" Cibir Romeo mengejek. Stef langsung menyengir lebar, cowok itu paling baper kalau sudah menyangkut Nina. Wajahnya memerah seperti layaknya gadis belia yang baru mengenal cinta.

Terkadang tampak berlebihan.

"Citra sama Kevin seumuran. Masih remaja, wajar kalau dia suka, yah... meskipun kita tahu bagaimana Citra." Lanjut Barta, yang diangguki semangat oleh Romeo. "Jauh beda sama lo dan Bu Nina."

"Najis banget lihat muka lo sok malu-malu gitu kalau lagi ngomongin Bu Nina." Romeo kembali mendesis jijik.

"Suka sama tante-tante. Ciri khas jaman now banget itu bocah!" Barta ikut mengompori. Mencebik karena Stef sama sekali tidak terpengaruh. Semakin senang hingga dia hanya bisa menyengir lebar untuk menunjukkan hatinya yang berbunga-bunga.

"Bu Nina itu beda asal kalian tahu!" Stef membela diri. "Kalau lo pada udah kenal cinta, pasti ngerti. Sama nih kayak Kevin sama Citra. Uring-uringan gaje dan caper-caper najong."

"Najis banget." Umpat mereka berdua.

Keduanya langsung meninggalkan Stef yang masih senyum mesem-mesem memikirkan Nina, sang pujaan hati.

Tak peduli karena hanya dia sendiri yang tertinggal di sana. Lalu beberapa saat kemudian ponselnya berdering. "Iya, Nina sayang." Stef tersenyum lebar. "Oh, udah selesai?" Stef setia mendengar ocehan dari seberang line. Tersenyum lebar dan memeluk bantal kursi. "Iya. Siap. Langsung otewe..." Lalu sambungan terputus. Stef meraih kunci motor dari meja dan melesat pergi meninggalkan ruangan tersebut tanpa peduli tidak ada lagi orang di sana.


***

Jakarta, 12 Mei 2018


Up ini doang. Lagi meriang, merindukan kasih sayang 😂😂😂

Anying. Makin tua makin jadi 😂

Demi si BangKe, okelah. Gpp hehe.

Hayoloh... Sampe sini gimana gaes?

Masih petcah atau udah retak? 😂😂😂😂

EX [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang