"Gimana Nad kabarnya si Ana? Tau gak, tadi si Rio mukanya keliatan panik banget waktu izin ambil tasnya Ana." Celoteh Putri.
"Tadi sih udah siuman. Ya wajarlah mereka sahabatan dari kecil. Sirik aja kamu Put." Sela Nadin sambil meneguk air mineralnya.
"Kira-kira mereka kejebak friendzone gak ya?? Secara mana tahan sih sahabatan sama cowok macem Rio. Kalok aku di posisinya si Ana sih, mungkin aku yang nembak Rio duluan kalik, hahaha."
"Gak lucu gak usah ketawa." Jawab Nadin cuek.
"Gak asik ah. Kamu tadi pasti ketemu Rio juga kan pas nunggu Ana?" Tanya gadis itu lagi. Putri memang di kenal sangat menggilai Rio. Ia masuk dalam katagori pengagum anak kelas 11 IPA itu.
"Tauk ah Put. Deket kalian aku jadi ngegibah mulu. Makan yang bener aja udah." Ucap Nadin pada 2 teman rempongnya.
"Itung-itung gosip. Gini-gini kamu kan juga demen Rio." Goda Ara yang membuat Putri langsung menatapnya tajam.
"Fitnah dih. Siapa bilang? Udah-udah makan, keburu bell masuk." Bantah Nadin dengan pernyataan Ara.
Nadin dengan cepat memakan baksonya, sebenarnya dia juga ingin memberi tahu apa yang tadi dia lihat. Tapi menurutnya itu tidak penting 'Toh Rio lagi panik, karna wajah Ana yang juga pucet banget tadi.'
***
Rio masuk ke dalam UKS dengan membawakan roti dan susu kotak.
Melihat Riana yang masih pulas tertidur, pelan-pelan laki-laki itu mengangkat kursi dan meletakkan di samping ranjang Ana.
Berlahan ia meraih tangan gadis itu dan mencium punggung tangannya.
"Riana." Panggil Rio berbisik.
"Hm?" Dehem Riana dengan mata masih tertutup.
"Jadi pulang?"
Riana mengangguk. Berlahan ia membuka matanya dan mengubah posisinya duduk.
"Nih makan dulu." Rio menyodorkan roti dan susu kepada Riana. Lalu gadis itu langsung menyantap makanan bawaan Rio.
"Lain kali jangan telat minum obatnya." Riana mengangguk sambil memakan roti bawaan Rio.
"Kamu gak usah anter aku pulang. Telponnin papa aja suruh jemput." Ucap Riana yang masih sibuk mengunyah sambil merapikan rambut Rio.
Rio meraih tangan Riana yang masih merapikan rambutnya.
"Udah ya, sampek disini aja kita ada jarak. Udah berapa kali aku khawatir kamu masuk UKS. Kita gak sekelas, yang. Aku gak bisa jagain kamu sepenuhnya."
"Aku bukan anak kecil lagi, Rio. Kamu itu pacar aku atau bodyguard aku sih?" Ucap Riana diselingi tawa. Rio menghembuskan nafasnya pasrah. Di sisi lain Riana bisa melihat ketidak setujuan Rio karna ia yang selalu membuat jarak antara keduanya.
"Kamu malu ya pacaran sama aku?" Riana mengkerutkan keningnya bingung.
"Kenapa harus malu? Kamu kan ganteng, pinter." Sela Riana membantah pemikiran Rio.
"Aku serius An."
"Aku juga serius."
"Berhenti mainin rambutku, bahkan kamu jawabnya gak liat mata aku. Apa itu udah serius?" Riana menurunkan tangannya dan berhenti meminum susu kotaknya.
"Aku serius Rio." Jawabnya dengan lebih pelan.
"Aku baik-baik aja. Aku cuma gak mau terus-terusan kayak bergantung sama kamu. Aku cuma mau kamu juga main sama temen-temenmu dan gak terus-terussan deket sama aku. Aku takut—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent ✔
Teen Fiction[COMPLETE✔] [CERITA PANJANG⚠] "Untuk bisa bertahan aku harus diam, jika tidak ingin terluka mulutku harus tetap bungkam. Membuat semua menjadi kebohongan, untuk bisa mempertahankan sebuah hubungan. Tapi jika terbuka adalah sebuah pilihan, aku tidak...