03

97K 18.7K 5.2K
                                    

Pernah tidak sih kalian merasa lelah dengan hidup kalian sendiri, lalu cuma bisa menangis?

Itulah yang sedang Mark rasakan.

Jadwalnya luar biasa padat, rasanya kepala Mark mau pecah.
Dia berusaha tetap menjalani semuanya sebaik mungkin, tapi tetap saja semua ini terasa berat.

Mark sudah melamun sambil menangis karena kesal di rooftop sekitar satu jam lebih.

Untungnya rooftop bukan tempat favorit para siswa seperti di fanfiction atau manga. Rooftop SOPA hanya hamparan datar lantai semen yang panas dan tidak terawat.

Kalau bukan untuk menangis, Mark tidak sudi menginjak tempat ini.

Bel istirahat berbunyi.
Mark berencana menghindar dari semua orang sampai selesai istirahat.
Dia sudah bolos satu jam pelajaran ㅡmasa bodoh, toh sudah sering dia meninggalkan pelajaran.

"Mark Lee!"

Mark hampir mati konyol karena pegangannya di pembatas atap tergelincir saat kaget mendengar suara cempreng yang ia kenal.

"Ngapain sih siang-siang disini? Nih hasil ulangan susulan udah kelu..." Esther tidak melanjutkan kalimatnya melihat Mark kalang kabut mengusap-usap wajahnya.

Mata sembab.
Hidung merah.

"Kamu nangis ya?" ledek Esther. "Oh my God, you're fugly."

"Enggak kok, cuma kelilipan!" Mark malu, tapi tetap membela diri. "Ngapain nyariin? Kangen?"

"Ew," senyum meledek Esther lenyap. "Ini hasil ulangan susulan udah keluar. Biar fair kita buka bareng, oke?"

Mark melihat amplop cokelat di tangan Esther. Ia langsung menghampiri satu-satunya cewek yang berani memanggilnya fugly ㅡfucking ugly.

"Ya udah cepet buka," kata Mark tidak sabar.

Esther dengan percaya diri menyobek ujung amplop itu lalu mengeluarkan dua lembar kertas ulangan miliknya dan Mark.

Dia tersenyum lebar karena yakin nilainya lebih tinggi dari Mark ㅡsementara Mark waswas.

"Hah? HAHAHAHAHA," tawa Mark meledak melihat angka yang tertulis di kedua kertas itu.

Senyum Esther lenyap, dia menatap dua kertas di tangannya dengan dahi berkerut tak percaya.

Esther Choi 90
Mark Lee 90,5

Mark bersorak sambil memompa tinjunya di udara. Hal-hal kecil semacam ini membuat perasaannya lebih baik.

"Ya udah aku ngaku kalah," ucap Esther kecewa. "Aku kira kamu bego."

Mark menjulurkan lidahnya.
"Apa sih hal yang Mark Lee nggak bisa."

"Selisih 0,5 aja bangga," Esther memutar bola matanya.

"Jadi taruhan masih berlaku kan?" Mark menyeringai.

"Pasti," jawab Esther. "Aku anaknya sportif kok. Kamu mau minta apa?"

Mark bergumam sambil berlagak berpikir, lalu tersenyum jahil pada Esther.
"Keperawananmu," desis Mark.

Wajah Esther memerah, tampak nyaris meledak.
Dia sudah mengambil ancang-ancang akan menendang Mark dengan kaki panjangnya.

"Bercanda!" seru Mark sebelum wajah tampannya ditendang.

Esther mengacungkan jari tengahnya, lalu melipat lengan di dada.

"Aku mau sesuatu ㅡbenda, yang paling berharga yang kamu punya," jawab Mark. "Kali ini aku serius."

Esther mematung mendengar permintaan Mark.
Sebuah benda muncul di pikirannya.

Benda yang sudah lama tidak ia gunakan.

Sesuatu yang sangat berharga...

... dan berbahaya.

ㅡtbc

Thank u for reading, kindly check my profile @smallnoona for more stories :)

Backup ; mark lee ✔ [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang