· • -- ٠ ✤ ٠ -- • ·
Jia mulai muak dengan ini semua, semakin lama hal-hal tak masuk akal yang terjadi malah semakin membuatnya ingin cepat terjaga dari mimpi. Ia bahkan masih tidak tahu bagaimana caranya terbangun dari tidur, sudah berulang kali melukai bahkan mencubit pipi dan pahanya hingga meninggalkan bekas sama sekali tak memberikan efek apa pun melainkan hanya rasa sakit yang berdenyut pada kulitnya serta bekas membiru yang tidak akan hilang dalam beberapa hari.
Seminggu yang lalu usai pertemuan dadakan dengan Pangeran Jyll yang menyembunyikan banyak misteri berakhir menyebalkan dengan ia yang tak dapat mengingat sebagian besar apa yang terjadi, ia tak lagi bertemu dengan pria pucat misterius itu usai perjumpaan di hutan dengan serentet kalimat aneh yang mengalir dari bibirnya. Jia tak paham, akan tetapi Shen mungkin telah memahami maknanya hingga dapat mengambil sikap bagaimana seharusnya ketika berhadapan dengan pria angkuh tersebut.
Hingga kini dirinya kedapatan banyak termenung tak peduli tempat, membuat Yves harus berulang kali menyadarkannya sampai kesal sendiri dan menyarankan agar ia beristirahat di ruang kesehatan. Tetapi ia tak mau menurut dan memilih untuk tetap berada di kelas sebab tak ingin melewatkan pelajaran sihir, kali ini kelasnya akan belajar membuat ramuan penawar racun, Yves sempat bilang bahwa penawar yang dibuat masing-masing anggota keluarga akan memiliki aroma yang berbeda meski menggunakan ramuan yang sama. Tentu saja ia penasaran akan memiliki aroma seperti apa ramuan hasil racikannya.
Sepulang sekolah dengan rasa cukup gembira sebab ramuan penawar racun yang berhasil ia buat hari ini menguarkan aroma lavender, Jia berpisah dengan teman-temannya di depan gerbang sekolah. Menempuh jalan sendirian sebab hari ini Glorion akan pulang terlambat, katanya punya kelas tambahan untuk memperbaiki nilai setelah beberapa hari libur karena sakit. Sebenarnya ia ingin menanti pria itu hingga kelas tambahannya selesai, akan tetapi Glorion melarangnya dengan alasan dirinya pasti akan bosan dan kelelahan, jadi ia hanya menurut saat pria itu memintanya pulang lebih dulu terlebih ia tidak membawa makanan yang cukup untuk mengganjal perut, kantin pastinya sudah tutup pada sore hari sebab seluruh siswa sudah pulang.
Usai Glorion yang menciumnya secara tiba-tiba dibarengi dengan pengakuan perasaan terhadap dirinya, lebih tepatnya kepada Shen, Jia berusaha untuk tak mengingatnya lagi dan menganggap bahwa hal itu tak pernah terjadi. Meski harus melukai perasaan Glorion yang tampak tulus menyukai Shen, ia hanya tidak tahu harus bersikap bagaimana sebab dirinya bukanlah orang yang pria itu sukai, ia sama sekali tidak berhak memberikan jawaban apa pun atas perasaan tersebut. Meski terasa agak canggung karena Glorion pasti juga berharap, Jia berusaha untuk terus mencairkan suasana yang ada di antara dirinya dan pria itu, setidaknya hubungan pertemanan Shen dan pria itu jangan sampai mengalami masalah yang serius.
Jalanan sore ini memang terasa sepi, pedati-pedati yang biasa ditarik oleh kuda tak ada yang melintas satu pun. Entah karena dirinya yang pulang terlalu sore atau memang hari ini aktivitas warga memang sedikit kurang, setelah itu angin dingin berembus begitu kencang menghempas jendela kayu dari sebuah rumah hingga menimbulkan suara gaduh yang membuatnya terkejut. Si pemilik rumah tampak kesal, menutup kembali daun jendela dan menguncinya rapat agar tidak kembali terhempas.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Vol. 1] 𝐓𝐡𝐞 𝐏𝐥𝐚𝐠𝐮𝐞 𝐀𝐩𝐨𝐜𝐚𝐥𝐲𝐩𝐬𝐞 | ✓
Fanfiction[𝐣𝐞𝐨𝐧 𝐣𝐮𝐧𝐠𝐤𝐨𝐨𝐤] [E-BOOK ONLY] Pada dasarnya ada banyak hal yang menjadi larangan bagi para Stollion, sudah berlangsung berabad-abad dan terus diterapkan kepada anak serta cucu mereka. Dilarang menatap kepada hierarki yang lebih tinggi, d...