a/n. yang mau tau gambaran jelasnya Ruang Makan Husein tonton aja dokumenter sekolah akmil di Youtube, kalo ga salah inget yang acaranya Net TV ada tuh. Kalo yang punya Kompas TV, lupa ada atau nggak.
Damar
Makan siang bagi para Sersan Mayor Satu Taruna adalah saat-saat yang paling ditunggu, karena perut-perut kelaparan kami sudah berteriak minta diisi setelah hampir lima jam menerima pelajaran dan kegiatan yang sangat menguras otak dan fisik itu. Makan siang juga saatnya kami para Raja kampus 'bersenang-senang', bercengkerama dan mengikat tali persaudaraan dengan para junior kami tersayang. Tapi aku tau, bagi para junior –karena aku pun pernah melewati masa itu- ketika jam makan siang tiba dan mereka harus berjalan ke ruang makan, jantung mereka pasti selalu dag-dig-dug tidak karuan sambil berdoa semoga hari ini adalah salah satu hari baik mereka. Karena mereka tidak pernah tau apa yang sudah menunggu di dalam Ruang Makan Husein.
Di dalam ruang makan itu, ada sebuah meja panjang yang tersusun menempel di ujung ruangan yang merupakan meja kehormatan dan diduduki oleh para pejabat Resimen Korps Taruna –seperti BEM di Universitas atau OSIS di Sekolah-. Sementara di hadapan meja kehormatan itu, setidaknya ada sekitar enam puluhan meja tempat para junior itu 'diuji'setiap harinya. Dalam satu meja persegi panjang, biasanya diduduki oleh sebelas atau dua belas orang taruna yang terdiri dari satu atau dua orang sermatutar -yang selalu duduk di ujung meja- dan masing-masing dua sampai tiga orang sermadatar, sersan serta kopral yang duduk melingkari meja tersebut.
Beberapa meja di ruang makan juga biasanya sudah 'ditandai' menjadi meja untuk kor masing-masing, seperti Kortel/Korjek untuk kor Jakarta, Kehed untuk kor Jawa Barat, Ngapak untuk kor Banyumas dan sekitarnya, Kor Udayana untuk Bali dan sekitarnya, Korit untuk kor Indonesia Timur; juga meja alat-alat Lokananta seperti meja Bass Drum, Bass Horn atau meja Tenor Drum; sementara sisanya adalah meja-meja yang terlebih dulu diduduki senior, sudah menunggu adik-adiknya dengan tangan terlipat di ujung meja.
Dari semua meja itu juga, tentu saja ada meja-meja yang sangat-sangat dihindari oleh para junior ketika mereka memasuki ruang makan -the hot table- yaitu meja milik senior-senior rawan di Akmil, tak terkecuali meja para Penghuni Paviliun Setan. Yang biasanya terjadi, siapa pun yang mendatangi mejaku untuk izin duduk bersama pasti tidak pernah bisa makan dengan tenang, apalagi ketika aku sudah mengincar dan menunjuk salah satu junior bermasalah untuk makan bersamaku. Aturan baku seperti banyaknya centong nasi yang harus dihabiskan –Sermatutar satu centong, Sermadatar dua centong, Sersan tiga centong, dst- bisa lebih ekstrim lagi ketika suasana hatiku sedang buruk.
Tapi hari-hari itu rasanya sudah jauh berlalu. Karena sejak aku mengenal Regita lebih dekat, aku sudah mengurangi sikap rawanku terhadap junior. Apalagi ketika Tata pernah bercerita kalau ia tidak suka dan sangat-sangat anti dengan pria kasar, aku langsung merasa bersalah begitu saja.
God, I'm so whipped!
Aku curiga jangan-jangan sebentar lagi predikatku sebagai senior rawan bisa berubah menjadi senior paling persuasif kalau Regita terus-terusan melarangku 'ngehajar anak orang' katanya. Tapi inilah kami, aku harap ia bisa mengerti bahwa memang seperti inilah cara kami dididik dan ditempa untuk menjadi prajurit yang kuat.
Aku berulang kali menjelaskan perlunya didikan keras seperti itu untuk membentuk mental yang tahan banting. Bagaimana jika suatu saat nanti posisi kami dalam tawanan musuh, dan mental kami lemah? Bisa-bisa kami membocorkan rahasia negara dan membahayakan bangsa sendiri.
"Tapi kan sekarang negara kita nggak lagi perang, Bang?" sanggahnya waktu itu.
"Eh, kita nggak pernah tau Negara kita ke depannya mau gimana ya. Makanya, orang-orang itu seharusnya jangan ngatain tentara nggak ada kerjaan loh. Bersyukur kalo kami nggak ngapa-ngapain, artinya Negara aman."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lacuna (Dear Abang)
Short Story" ... di belahan bumi manapun kamu berada, Merah Putih nggak boleh sampai jatuh ke tanah." "Makasih ya, Gerias." Damar menggeleng, orang lain yang baru mengenalnya mungkin akan memanggilnya demikian, tapi tidak dengan gadis ini. "Damar. Nama panggi...